Produksi dan Nilai Produksi Ikan Kuniran

26 Berdasarkan Gambar 6 tersebut dapat dilihat bahwa daerah penangkapan ikan kuniran hanya berada di sekitar pantai pulau-pulau di Perairan Selat Sunda. Hal ini disebabkan oleh ciri dari habitat yang disukai oleh ikan kuniran yaitu cenderung menyusuri tepi pantai dan hidup di perairan yang dangkal Widodo 1980 in Siregar 1990. Selain itu, ketersediaan kapal, alat tangkap, ABK, dan biaya operasional yang memadai juga menjadi alasannya. Nelayan hanya mampu menjangkau daerah- daerah tersebut dengan permodalan yang rendah untuk melakukan operasi penangkapan. Pengalaman dari nelayan sebelumnya ataupun dari cerita antar sesama nelayan juga menjadi acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan kuniran. Armada kapal yang digunakan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan ikan kuniran dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan informasi dari TPI 1 Labuan, total kapal penangkap ikan kuniran atau sering disebut kapal gardan yang aktif hingga saat ini hanya sekitar 5 kapal motor. Masing-masing kapal memiliki kapasitas mencapai 12-14 orang dan biasanya melibatkan 8-10 orang ABK. Nelayan gardan melakukan penangkapan selama 3-4 hari per trip dengan menggunakan alat tangkap cantrang atau mereka biasanya menyebutnya jaring payang dengan bantuan gardan yang berfungsi saat penarikan jaring dari air hauling. Gardan digunakan sebagai mesin bantu untuk memudahkan penanganan alat tangkap dan memperingan kerja di atas kapal. Ikan kuniran ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dengan mesh size pada bagian kantong sekitar 0,3 cm. Alat tangkap cantrang yang salah satunya terdiri dari jaring payang yang digunakan untuk menangkap ikan kuniran di Labuan dapat dilihat pada Lampiran 9. Penentuan lokasi penangkapan ikan oleh nelayan di sekitar perairan Labuan ini memang masih dilakukan secara tradisional dan berdasarkan pengalaman melaut. Jarak yang ditempuh oleh nelayan harus melebihi 3 mil k arah Barat, Barat Daya, atau pun Barat Laut dari wilayah Labuan.

4.2 Produksi dan Nilai Produksi Ikan Kuniran

Penelitian yang telah dilakukan ini menghasilkan data produksi dan nilai produksi ikan kuniran yang berfluktuasi. Hasil tangkapan produksi dan nilai produksi harian ikan kuniran diperoleh dari 4 nelayan yang melakukan penangkapan 27 ikan kuniran di sekitar perairan Labuan. Fluktuasi hasil tangkapan ikan kuniran tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Hasil tangkapan ikan kuniran saat sampling. Berdasarkan Gambar 7 di atas, dapat terlihat bahwa produksi harian ikan kuniran untuk masing-masing nelayan yang melakukan penangkapan cenderung berfluktuasi. Produksi tertinggi terdapat pada nelayan 2 sebesar 192,4 kg pada tanggal 2 Maret 2012. Sedangkan produksi terendah didapatkan sebesar 14,3 kg pada tanggal 19 Februari 2012. Fluktuasi produksi harian rata-rata yang terjadi selama pengamatan mengindikasikan adanya ketidakpastian hasil tangkapan. Dalam kegiatan penangkapan ikan kuniran yang dilakukan oleh nelayan Labuan digunakan alat tangkap cantrang dengan bantuan gardan selama 3-4 hari melaut. Masing-masing nelayan memiliki hasil tangkapan yang berbeda-beda, namun hasil tangkapan seluruh nelayan tersebut cenderung mengalami fluktuasi. Nelayan tidak dapat memastikan berapa jumlah hasil tangkapan yang dapat diperoleh setiap kali melakukan penangkapan. Hasil tangkapan ikan kuniran yang tertangkap pada jaring nelayan akan segera ditangani dengan pemberian batu es agar hasil tangkapan tetap dalam kondisi segar meskipun disimpan dalam waktu beberapa hari menjelang kapal mendarat. Setelah memperoleh hasil tangkapan yang cukup banyak, biasanya nelayan akan pulang dan mendaratkan hasil tangkapan tersebut ke TPI untuk segera dilelang. Umumnya, ikan kuniran yang diperoleh dalam jumlah banyak akan 28 dilelang dengan harga yang rendah, sedangkan ikan kuniran dalam jumlah sedikit akan dilelang dengan harga yang cukup tinggi. Hasil tangkapan yang diperoleh akan berbanding terbalik dengan harga jual terhadap sumberdaya tersebut. Berdasarkan Gambar 6 dan 7 di atas, dapat terlihat bahwa hasil tangkapan untuk nelayan 3 dan 4 lebih sedikit dibandingkan dengan hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan 1 dan 2. Hal ini berhubungan dengan daerah penangkapan dari masing-masing nelayan. Nelayan 3 dan 4 hanya melakukan penangkapan di daerah yang langsung berbatasan dengan laut yaitu di Pulau Rakata dan Pulau Panaitan yang mana jumlah ikan demersal khususnya ikan kuniran sangat sedikit di daerah tersebut sehingga hasil tangkapan yang diperoleh pun juga sedikit. Fluktuasi produksi harian yang terjadi secara kontinu selama satu tahun dapat mencerminkan trend penangkapan yang terjadi pada tahun tersebut. Gambaran pola produksi yang diperoleh dapat digunakan untuk menduga waktu penangkapan yang baik untuk memperoleh hasil tangkapan yang optimal. Meskipun tidak sepenuhnya hal tersebut dapat digunakan karena melihat kondisi cuaca yang saat ini sering sekali sulit untuk diprediksi. Trend produksi dan nilai produksi ikan kuniran di Labuan untuk tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Trend produksi dan nilai produksi ikan kuniran tahun 2005-2011. Tempat Pelelangan Ikan 1 Labuan, diolah 2012. 29 Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat terlihat bahwa trend produksi dan nilai produksi pada periode tahun 2005-2006 dan 2010-2011 cenderung mengalami fluktuasi. Selama periode tahun tersebut, produksi tertinggi terdapat pada bulan Mei 2010 sebesar 5.260 kg ikan kuniran dengan harga jual sebesar Rp. 5.000,- dan memperoleh nilai produksi sebesar Rp. 6.465.000,-. Sedangkan produksi terendah selama periode tahun tersebut terdapat pada bulan Desember 2011 sebesar 352,9 kg dengan harga jual sebesar Rp. 6.000,- dan memperoleh nilai produksi sebesar Rp. 2.117.400,-. Nilai produksi akan cenderung mengikuti pola produksi yang diperoleh seperti yang terlihat pada Gambar 8 di atas. Banyak hal yang dapat mempengaruhi terjadinya fluktuasi pada produksi ikan. Jumlah trip penangkapan yang dilakukan nelayan dalam satu bulannya akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu bulan tersebut. Nelayan hanya akan melakukan penangkapan ikan pada kondisi cuaca yang memungkinkan. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan, maka sebagian besar nelayan memilih untuk tidak melakukan kegiatan penangkapan. Selanjutnya, apabila kegiatan penangkapan terganggu, maka produksi ikan yang diperoleh juga akan terpengaruh sehingga penghasilan yang didapat oleh nelayan pun menjadi berkurang. Oleh karena itu, terdapat ketidakpastian dalam produksi penangkapan ikan.

4.3 Pola Musim Penangkapan Ikan Kuniran