Analisis CPUE Catch Per Unit Effort dan RPUE Revenue Per Unit

31 pada bulan Januari dan April karena nilai IMPnya berada di bawah 50 yaitu masing-masing senilai 17,80 dan 26,74. Apabila dikaitkan dengan musim perairan yang terjadi di Indonesia, musim penangkapan ikan kuniran hanya terjadi pada musim timur dan musim peralihan timur-barat dengan musim puncak terbaik untuk melakukan penangkapan Ikan Kuniran pada bulan Agustus musim timur dengan IMP tertinggi. Hal ini sesuai menurut Syamsiyah 2010 yang menyatakan sewaktu musim barat biasanya banyak terjadi hujan, angin dan arus yang kencang menyebabkan jumlah trip penangkapan yang dilakukan oleh nelayan menjadi menurun sehingga hasil tangkapan yang didapat pada musim barat biasanya lebih rendah dibandingkan pada musim timur.

4.4 Analisis CPUE Catch Per Unit Effort dan RPUE Revenue Per Unit

Effort Analisis RPUE merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk melihat apakah nelayan mengalokasikan upaya penangkapannya berdasarkan keuntungan atau laba yang akan diperolehnya. Analisis ini juga disebut dengan prakiraan keuntungan yang tidak dapat dihitung secara langsung. Oleh karena itu, prakiraan keuntungan ini diestimasi dengan menggunakan perhitungan pendapatan bioekonomi dengan persamaan yang dimodifikasi dari Bene and Tewfik 2000 in Khoiriya 2010 sehingga didapat hasil perhitungan prakiraan keuntungan seperti terlampir pada Lampiran 7. Hasil perhitungan prakiraan keuntungan tersebut disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 10 di bawah ini. 32 Gambar 10 Dinamika CPUE dan RPUE ikan kuniran. Berdasarkan Gambar 10 di atas terlihat dinamika antara nilai CPUE dan RPUE. Peningkatan yang terjadi pada CPUE juga diikuti oleh peningkatan pada RPUE. Hal ini tampak terlihat jelas karena RPUE berbanding lurus dengan CPUE berdasarkan formula yang digunakan yaitu RPUE = p x CPUE dengan p adalah harga yang berlaku. Dari Gambar 10 di atas, nilai CPUE tertinggi terdapat pada tanggal 2 Maret 2012 sebesar 192,4 kgtrip dan terendah terdapat pada tanggal 19 Februari 2012 sebesar 14,3 kgtrip. Hal yang sama juga terjadi pada nilai RPUE. Nilai RPUE tertinggi juga terdapat pada tanggal 2 Maret sebesar Rp. 1.350.000,- dan terendah juga terdapat pada tanggal 19 Februari sebesar Rp. 100.000,-. Berdasarkan perbandingan dinamika CPUE dan RPUE tersebut, ikan kuniran yang didaratkan di PPP Labuan merupakan ikan yang kurang responsif terhadap pasar karena pada saat jumlah tangkapan ikan kuniran meningkat tidak diikuti oleh penurunan prakiraan keuntungan, yang terjadi adalah sebaliknya. Peningkatan jumlah tangkapan ikan mengakibatkan peningkatan prakiraan keuntungan juga. Komoditas ikan akan dikatakan responsif terhadap pasar jika jumlah tangkapan ikan meningkat diikuti dengan penurunan prakiraan keuntungan nelayan Khoiriya 2010. Gambar 10 di atas dapat mengindikasikan adanya ketidakpastian harga yang cukup tinggi pada sumberdaya ikan kuniran. Hal ini terlihat pada grafik dinamika CPUE dan RPUE diatas. Dinamika CPUE sangat terlihat, sedangkan nilai RPUE cenderung terlihat stabil. Oleh karena nilai CPUE berfluktuasi dengan nilai RPUE 33 yang cukup stabil maka diduga adanya dinamika harga yang cukup signifikan yang terjadi pada sumberdaya ikan kuniran tersebut. Selain perbandingan CPUE dan RPUE, untuk mengetahui keadaan dari sumberdaya ikan kuniran dapat digambarkan pada grafik yang memplotkan antara CPUE dan E yaitu pada Gambar 11 berikut ini. Gambar 11 Hubungan CPUE dan upaya penangkapan ikan kuniran selama tahun 2001-2011 TPI 1 Labuan, diolah 2012. Berdasarkan Gambar 11 di atas terlihat bahwa nilai CPUE mengalami penurunan dengan semakin tingginya upaya penangkapan yang dalam hal ini adalah jumlah trip penangkapan ikan kuniran. Hubungan antara CPUE dan upaya penangkapan E menggambarkan produktivitas dari alat tangkap cantrang dalam melakukan penangkapan ikan kuniran yang dicerminkan dalam nilai CPUE. Menurut Sparre dan Venema 1999, hubungan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi upaya penangkapan yang dilakukan maka nilai CPUE akan semakin rendah dapat mengindikasikan bahwa terjadinya penangkapan yang berlebihan atau biasa disebut over fishing. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengelolaan agar kelangsungan hidup sumberdaya ikan kuniran tetap terus lestari dan berkelanjutan di alam. 34

4.5 Alternatif Pengelolaan Perikanan Kuniran