12 keuntungan ekonomi dan sosial dari sumberdaya yang tersedia Widodo Suadi
2006. Penentuan tujuan menjadi sangat penting sebab dalam praktiknya, salah
satu sebab utama kegagalan pengelolaan perikanan adalah ketiadaan tujuan yang ditetapkan secara jelas dan tepat. Penentuan tujuan pengelolaan perikanan
merupakan langkah pertama yang sangat esensial.
2.2 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan
Pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan adalah pengelolaan yang mengarah kepada bagaimana SDI yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan
sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang, di mana aspek keberlanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial-ekonomi, masyarakat dan institusi. Bengen
2005 in Mallawa 2006 mengatakan bahwa suatu pengelolaan dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan
berkelanjutan yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial, dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya ikan termasuk keanekaragaman hayati biodiversity
sehingga pemanfaatan SDI dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan
pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan.
Sedangkan keberlanjutan secara ekonomi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan
penggunaan SDI serta investasi secara efisien. Namun, wacana keberlanjutan perikanan telah mengalami evolusi dari waktu ke waktu dari dimensi tunggal
ekologis-biologis hingga multidimensi ekologis-ekonomis-sosial. Wacana keberlanjutan perikanan ini diawali dengan munculnya paradigma konservasi yang
dipelopori oleh para ilmuwan biologi sejak lama. Dalam paradigma ini, keberlanjutan perikanan diartikan sebagai konservasi jangka panjang long-term
conservation sehingga sebuah kegiatan perikanan akan disebut “berkelanjutan”
13 apabila mampu melindungi sumberdaya perikanan dari kepunahan. Dari paradigma
ini muncul misalnya ikon MSY maximum sustainable yield Adrianto 2002. Charles 2001 melengkapi paradigma keberlanjutan perikanan dengan wacana
baru tentang perlunya paradigma komunitas. Dalam paradigma ini, keberlanjutan perikanan dicapai melalui pendekatan “kemasyarakatan” yang berarti bahwa
keberlanjutan perikanan diupayakan dengan memberi perhatian utama pada aspek keberlanjutan masyarakat perikanan sebagai sebuah sistem komunitas. Konsep-
konsep traditional fisheries yang terbukti mampu melakukan self-control terhadap hasil tangkap, penggunaan teknologi yang sesuai, tingkat kolektivitas yang tinggi
antara anggota komunitas perikanan, dan adanya traditional knowledge yang mencerminkan upaya ketahanan perikanan dalam jangka panjang merupakan
beberapa variabel penting dalam paradigma ini. Pengurangan kapasitas perikanan telah menjadi trend di tingkat global. Pengurangan kapasitas yang dikaitkan dengan
prinsip-prinsip perikanan berkelanjutan bukan semata-mata ditujukan untuk kepentingan kelestarian ikan itu sendiri atau keuntungan ekonomi semata, tetapi
secara seimbang juga harus memperhatikan persoalan keberlanjutan komunitas perikanan yang ditunjang oleh keberlanjutan institusi yaitu mencakup kualitas
keberlanjutan dari perangkat regulasi, kebijakan dan organisasi untuk mendukung tercapainya keberlanjutan perikanan itu sendiri.
Manajemen kapasitas perikanan nasional sebaiknya dilakukan secara seimbang dengan mempertimbangkan semua faktor baik ekologi, ekonomi, dan
komunitas nelayan. Ketika potensi ekonomi masih terbuka maka manajemen kapasitas perikanan dilakukan secara arif sehingga tidak terjebak dalam masalah
excess capacity kelebihan kapasitas yang walaupun bersifat domestik tetapi biasa memicu kritik global jika telah menyangkut masalah lingkungan dan cadangan
sumber daya perikanan. Sebaliknya, ketika pengurangan kapasitas perikanan perlu dilakukan sebagai wujud dari fungsi kontrol terhadap keberlanjutan SDP, maka
kepentingan komunitas nelayan harus pula dipertimbangkan keberlanjutannya. Pengurangan jumlah nelayan dapat dilakukan dengan transformasi vertikal yaitu
memindahkan fungsi primer nelayan menjadi fungsi sekunder atau tersier termasuk dalam hal ini potensi perikanan wisata Adrianto 2002.
14
2.3 Sistem Perikanan Laut