Sistem Perikanan Laut Pola Musim Penangkapan

14

2.3 Sistem Perikanan Laut

Suatu perikanan dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu biota akuatik, habitat akuatik, dan manusia sebagai pengguna sumberdaya alam yang bersifat mampu pulih ini. Dalam mengkaji sistem sumberdaya ikan dan menyusun berbagai upaya pengelolaannya, perlu memperhatikan keragaman dan adaptasi dari populasi dan bahkan komunitas biologi. Selain itu, dinamika sumberdaya juga sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dan faktor eksternal lainnya seperti perubahan iklim. Pusat-pusat perikanan saat ini seperti halnya Indonesia, masih terbatas pada wilayah pantai sehingga eksploitasi sumberdaya di wilayah ini cenderung mengarah pada pemanfaatan secara berlebihan over exploitation dan meninggalkan berbagai bentuk konflik yang terjadi Widodo Suadi 2006. Dari segi aspek manusia, sistem perikanan lebih rumit lagi karena dinamika dari subsistem ini menyangkut aspek psikologi, antropologi, sosial, ekonomi, kelembagaan, dan aspek politik. Dengan demikian dalam pengelolaan perikanan, subsistem manusia cenderung menjadi penentu berhasil atau tidaknya berbagai rencana pengelolaan perikanan. Komponen manusia meliputi nelayan, pasca panen dan pemasaran, serta berbagai faktor sosial ekonomi perikanan Widodo Suadi 2006.

2.4 Pola Musim Penangkapan

Menurut Nontji 1987 in Setiawan 2006, pola musim yang berlangsung di suatu perairan dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin. Berdasarkan arah utama angin yang bertiup secara periodik di atas wilayah Indonesia, maka di Indonesia dikenal dengan istilah musim barat dan musim timur. Dajan 1984 in Bahdad 2006 menjelaskan bahwa untuk dapat melakukan operasi penangkapan dengan efisiensi diperlukan informasi yang tepat mengenai saat musim penangkapan yang baik. Informasi mengenai pola musim penangkapan digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam pelaksanaan operasi penangkapan. Berhubungan dengan musim penangkapan ikan di Indonesia dikenal dengan adanya empat musim yang sangat mempengaruhi kegiatan penangkapan yaitu musim barat, musim timur, musim peralihan awal tahun, dan musim peralihan akhir 15 tahun. Kedua musim peralihan tersebut sering disebut sebagai musim pancaroba. Bulan Desember hingga Februari dikenal sebagai angin musim barat di Indonesia. Selama bulan Maret, angin barat masih bertiup tetapi kecepatannya berkurang. Sedangkan pada bulan April dan Mei dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun. Selama bulan Juni hingga Agustus di Indonesia berhembus angin musim timur. Kemudian memasuki bulan Oktober dan November dikenal sebagai periode musim peralihan atau pancaroba akhir tahun Nontji 1987 in Setiawan 2006. Perhitungan operasi penangkapan menggunakan data hasil tangkapan dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan metode rata-rata bergerak moving average. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan variasi musiman, residu, dan adakalanya sebagian dari variasi siklus agar diperoleh trend yang bercampur dengan siklus. Keuntungan menggunakan metode rata-rata bergerak yaitu dapat mengisolasi fluktuasi musiman sehingga dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan dan dapat menghilangkan kecenderungan yang biasa dijumpai pada metode deret waktu. Kerugian dari metode ini yaitu tidak dapat menghitung pola musim penangkapan sampai tahun terakhir dari data yang ada Bahdad 2006. 2.5 Sumberdaya Ikan Kuniran 2.5.1 Klasifikasi dan karakteristik umum morfologi