1
BAB I PENDAHULUAN
I. A. Latar Belakang Masalah
Mengkonsumsikan narkotika dan obat-obatan narkoba tanpa ijin atau resep dokter merupakan suatu bentuk penyalahgunaan. Tindakan ini pada
akhirnya dapat mengancam tidak hanya individu yang bersangkutan tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kehidupan bangsa dan negara BNN, 2004.
Setiap tahun jumlah pengguna narkoba terus meningkat, mulai dari anak- anak SD sampai kepada orang dewasa. Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat
1.365.000 pengguna narkoba dan dalam survei terakhir yang dilakukan oleh UNHDC, sebuah lembaga dunia yang berkompeten atas persoalan bahaya
Narkoba, sudah 1,5 persen atau 3,6 juta penduduk adalah pemakai Narkoba. Tidak ada
satu kabupaten
di Indonesia
pun yang
bebas dari
Narkoba http:www.bnn.go.id, 2006.
Majalah Tempo, Jakarta pada hari Jumat, 30 Juli 2005 menjabarkan bahwa 70 persen dari 4 juta pecandu narkoba di Indonesia tercatat sebagai anak usia
sekolah, yakni berusia 14-20 tahun, bahkan menyusup ke usia SD. Hal ini dikemukakan oleh Muchlis Catyo, Kepala Subdit Kesiswaan Direktorat
Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional. Penggunaan narkoba akan menimbulkan dampak buruk, tidak hanya secara fisik merusak
produktivitas, tubuh terasa sakit dan ngilu, hidung berair, kulit disentuh terasa seperti ditusuk jarum, dan lain-lain tetapi juga psikis menjadi pecandu dan terasa
Universitas Sumatera Utara
2 sakit jika tidak mengkonsumsi lagi, sulit berkonsentrasi, bahkan harus mengubah
pola-pola hidup. Awalnya para remaja hanya merokok dan minum minuman keras.
Kemudian lama-kelamaan ketagihan dan berkembang menjadi pecandu obat- obatan terlarang dan narkoba. AMA, CirauloShader, DavisonNeale, dalam
Sarafino, 1998. Hal ini juga sesuai dengan yang dialami oleh Ben: “Aku udah merokok mulai kelas 3 SD. Dan sejak itu juga aku suka minum
minuman keras, seperti tuak, bersama teman-teman ku. Dan waktu itu juga aku suka dimarahi dan dipukuli sama bapak karena aku suka berkelahi
dengan orang lain. Waktu itu juga aku uda mulai make ganja sampe SMA. Tapi waktu baru-baru masuk kuliah juga aku masih tetap make ganja.
Kemudian setelah 1 tahun di Medan, aku mulai make yang lebih tinggi dosisnya.”
Sesungguhnya, narkoba merupakan suatu zat yang digunakan dalam kesehatan, yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia apabila masuk ke
dalam tubuh manusia dan menurut petunjuk dokter. Namun, penggunaan obat- obatan atau zat untuk diri sendiri tanpa indikasi dan tidak bertujuan medis disebut
sebagai penyalahgunaan zat atau obat-obatan drug abuse. Penyalahgunaan yang terus menerus hingga menimbulkan suatu kondisi yang menyebabkan penggunaan
yang berulang-ulang dan individu mengalami ketergantungan baik secara fisik maupun psikologis. Kondisi inilah yang disebut sebagai addiction. Pada kondisi
ini, seorang pecandu akan semakin sulit untuk bisa berhenti, karena adanya ketergantungan terhadap narkoba Sarafino, 1998.
Kebutuhan untuk terus mengkonsumsi obat dalam rangka menghindari gejala putus obat gejala fisik maupun psikis yang timbul karena penghentian
penggunaan satu jenis obat atau zat secara tiba-tiba disebut sebagai satu
Universitas Sumatera Utara
3 ketergantungan. Ketergantungan ini terjadi sebagai akibat dari perubahan yang
bersifat penyesuaian, yang berkembang di dalam tubuh karena penggunaan obat- obatan yang terus menerus PPIKBCME, 2002.
Weiss dan
Mirin dalam
Nevid, Rathus,
dan Greene,1994
mengemukakan ada tiga jalan yang umum dilalui seseorang secara bertahap menjadi pecandu narkoba. Awalnya hanya merupakan tahap coba-coba atau
penggunaan sekali-kali. Pada tahap ini penggunanya merasa nyaman, senang, dan bangga. Pengguna merasa yakin masih memiliki kontrol dan bisa berhenti kapan
saja. Tahap selanjutnya, yaitu routine use, pengguna telah membangun kehidupannya di sekitar pencarian dan penggunaan narkoba. Para pengguna
narkoba mencoba untuk menutupi konsekuensi negatif dari tindakan mereka terhadap diri sendiri dan juga orang lain, dan mulai terjadi perubahan nilai-nilai.
Keluarga, pendidikan atau pekerjaan yang dulunya merupakan prioritas utama, kini menjadi sesuatu yang kurang berharga dibandingkan dengan narkoba.
Masalah-masalah akan terus meningkat ketika tahap ini terus berlanjut. Penggunaan narkoba akan berubah menjadi suatu kecanduan atau ketergantungan
ketika para penggunanya merasa tidak punya kekuatan untuk melawan pengaruh narkoba tersebut. Hal ini terjadi karena narkoba mengandung psychoactive effects,
yang mampu mengubah mood, kognitif, dan perilaku individu yang menggunakan Sarafino, 1998.
Kecanduan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang kompulsif penggunaan obat karena dorongan yang sangat kuat meskipun tahu akan
berakibat merugikan. Itu sebabnya penggunaan narkoba sangat sulit untuk
Universitas Sumatera Utara
4 dilepaskan dan dihentikan, meskipun ada keinginan yang kuat dalam diri
pengguna untuk tidak lagi mengkonsumsikannya PPIKBCME, 2002. Kondisi ini diungkapkan oleh seorang wanita berusia 23 tahun, sebut saja Ririn, yang telah
menggunakan narkoba selama 11 tahun : “Aku pingin banget berhenti, tapi susah bener ya??? Aku uda berkali-kali
nyoba berhenti, tapi tetap ga tahan. Akhirnya aku make lagi, dan make lagi dan make lagi …”
Kecanduan merupakan perbuatan yang merugikan diri sendiri karena dapat menimbulkan ketergantungan zat, keracunan akut atau kematian. Selain itu
juga akan merugikan orang lain karena pecandu mampu mengganggu ketertiban dan mempengaruhi orang lain agar mau seperti dirinya sendiri – seperti yang
disampaikan seorang mahasiswa pengguna Narkoba, Ben, berusia 24 tahun. Dia telah menggunakan narkoba sejak kelas 5 SD dan sedang berjuang untuk
melepaskan diri dari kecanduan narkoba: “Pokoknya, narkoba itu sangat membuat kita kesakitan ketika kita tidak
menggunakannya. Badan lemas, tidak bisa
konsentrasi, selalu mengkhayal, dan yang paling sakit adalah di hati dan jantungku. Terasa
sangat perih dan daya tahan tubuh pun hampir tidak ada. Ga ada semangat untuk beraktivitas. Dan kalo bisa, berhati-hati lah berteman dengan
pengguna. Karena pengguna itu sangat licik… Mereka akan berusaha sebisa mungkin supaya kita juga sama dengan dia, menjadi seorang
pengguna. Dengan segala cara akan dilakukannya. Meskipun dia sudah sangat dekat dan kenal dengan kita. Pokoknya pengguna itu sangat licik
lah….”
Kecanduan narkoba juga mempengaruhi kejahatan dengan mengurangi hambatan, menciptakan kebutuhan akan uang untuk membeli narkoba,
menyebabkan kesulitan dalam hubungan keluarga, dan ketidakpedulian terhadap orang lain dan lingkungan. Yang penting, si pengguna dapat memperoleh ‘barang’
Universitas Sumatera Utara
5 dan dapat menikmatinya dengan puas, sehingga sering sekali pengguna narkoba
ini dikenal sebagai individu yang kriminalis, seperti mencuri, merampas dari orang lain bahkan dari sahabatnya sendiri. Hal ini membuat banyak orang tidak
bertahan berteman dengan para pengguna narkoba. Rutter,1998. Menurut Barret, dalam Sarafino 1998, realita-realita tersebut di atas
membuat hidup pecandu sangat sulit dan menghadapi banyak masalah, sehingga jika berhenti menggunakan narkoba, hanya kepahitan hidup yang terasa. Tetapi
jika sedang menggunakan, maka semua masalah ini seakan tidak pernah ada. Itulah sebabnya sangat sulit untuk berhenti dari kecanduan narkoba. Setelah si
pengguna dalam kondisi yang sadar dan tidak sedang menggunakan narkoba, mereka baru menyadari bahwa apa yang dilakukan itu berakibat buruk bagi
dirinya sendiri: ditinggalkan oleh teman-teman dekat, tidak punya uang dan tidak bisa berbuat apa-apa, serta bermasalah dalam perkuliahan, dan juga rasa sakit di
tubuh. Ada rasa takut, cemas, marah akan diri sendiri karena telah menyia- nyiakan waktu dan uang yang telah diberikan orang tua, serta penyesalan yang
mendalam muncul dalam hati. Namun kondisi tersebut justru sering sekali diatasi oleh si pengguna dengan kembali menggunakan narkoba dan untuk sesaat dapat
melupakan masalah-masalah tersebut. Hal ini terjadi berulang-ulang, seperti siklus yang tidak dapat diputuskan lagi, sampai akhirnya maut menjemput si pengguna
narkoba. “Sebenarnya aku merasa jauh lebih enak dan nikmat ketika aku memakai
narkoba. nggak ada yang kupikirkan. Semuanya nikmat dan pikiran melayang-layang. Kita seperti di sorga la pokoknya. Tapi ketika aku sadar
dan tidak sedang memakai obat, aku tidak punya teman lagi, tidak punya duit lagi, nggak suka ngapain pun, bawaannya hanya tidur aja. Seperti hari
ini, aku tidur mulai jam 2 sampe jam 6.30 sore dan aku tidak kuliah. Tapi
Universitas Sumatera Utara
6 sangat sulit bagi ku untuk meninggalkannya. Apalagi klo aku ga tahan lagi
waktu ga make lagi. Jadi aku seringnya make lagi meskipun kemudian menyesal lagi. Nah, setelah 4 tahun aku memakai narkoba secara rutin,
aku sudah tidak tahan lagi dan satu ketika aku langsung teringat dengan mamakku dan aku sangat menyesal. Hingga akhirnya aku memutuskan
untuk tidak mau memakai lagi. Meskipun sangat berat kurasa, namun aku akan terus berusaha. Meskipun sampai saat ini, aku sering merasa
kesakitan dan tidak berdaya, namun aku mau berusaha lah…Tapi kalo aku ga tahan lagi, aku masih mau make lagi, tapi kadang dosisnya kukurangi
atau kuganti jenisnya dengan yang lebih ringan”
Kondisi di atas sangat sulit bagi pecandu sendiri, karena dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat menentukan kelanjutan hidupnya kelak: tetap
menggunakan narkoba dan menikmatinya, atau berhenti tetapi dengan segala konsekuensi, seperti sakaw, dibenci teman-teman yang pecandu lainnya, tidak
punya teman dan dikucilkan, dibenci oleh keluarga, malu dan merasa tidak punya harga diri, merasa hina dan miskin, dan juga harus menahan rasa sakit yang luar
biasa, cemas dan depresi, bahkan sampai muncul keinginan untuk bunuh diri Weiss Mirin, dalam Nevid, dkk., 1994.
Mengingat akibat-akibat yang dapat muncul dari kecanduan narkoba tersebut, para pecandu sebenarnya mempunyai keinginan untuk berubah dan
berhenti dari dunia yang gelap tersebut. Keinginan untuk kembali hidup seperti manusia lain yang hidup normal dan sehat, meraih kesuksesan dan keluarga yang
harmonis, teman-teman yang perhatian dan tempat berbagi, bahkan dihormati orang lain. Dapat beraktivitas dengan normal dan hidup bahagia tanpa harus
menahan rasa sakit. Hidup lebih produktif, kreatif dan menarik. Dalam keinginan tersebut, seorang pecandu haruslah mempertimbangkan segala konsekuensi yang
mungkin terjadi, baik konsekuensi positif ataupun negatif, ketika keinginan
Universitas Sumatera Utara
7 tersebut terus berlanjut sampai kepada mengambil suatu keputusan dari berbagai
alternatif-alternatif pilihan yang ada. Memilih satu diantara dua atau lebih alternatif bukanlah hal yang mudah Nevid, Rathus, Greene, 1994.
Kerinduan untuk melepaskan dan berhenti menggunakan narkoba juga mengarahkan yang bersangkutan maupun keluarganya untuk mengikuti program
rehabilitasi ataupun melakukan detoksifikasi. Sekalipun demikian, tetap saja sangat sulit meninggalkan penggunaan narkoba. Narkoba telah menjadi bagian
dari hidup pecandu. Prem 25 tahun yang telah empat kali menjalani terapi pemulihan yang berbeda-beda, mulai dari substitusi heroin atau putau dengan
kodein, detoksifikasi cara cepat, penyembuhan dengan pendekatan agama di suatu tempat di Pulau Jawa, sampai akhirnya menjalani terapi metadon di sebuah rumah
sakit ketergantungan obat di Jakarta, menuturkan: “Sebenarnya saya sudah capek, ingin hidup normal seperti orang lain.
Tapi, susah sekali menahan godaan.” Wijaya 2004, mengatakan bahwa banyak orang yang ingin mengambil
keputusan, tetapi hanya sedikit orang yang mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, terutama jika keputusan itu akan menyangkut kehidupan di masa
yang akan datang. Cox dan Klinger dalam Nevid, dkk, 1994 mengatakan, suatu keputusan yang dibuat merupakan dasar pertimbangan untuk mengantisipasi
konsekuensi jangka panjang dan jangka pendek yang disebabkan karena menggunakan narkoba. Ketika para pecandu menindaklanjuti keinginan untuk
berubah dan berhenti tersebut, maka mereka mulai menimbang-nimbang dan
Universitas Sumatera Utara
8 melihat perjalanan hidup mereka selama ini berdasarkan pengalaman-pengalaman
hidup yang pernah mereka lalui. Kehidupan mereka yang dulu sebelum menjadi pecandu narkoba, bahagia
bersama teman-teman dan keluarga yang disayangi, meraih kesuksesan di sekolah dan juga organisasi-organisasi lain, juga menjalani hari-hari dengan penuh
semangat dan impian dan cita-cita akan masa depan yang cerah. Kemudian mengingat kehidupan ketika saat candu narkoba. Awalnya merasakan kenikmatan
yang luar biasa, terlihat gaul dan hebat, tidak pernah merasakan masalah-masalah kehidupan serta kesulitan yang ada, serasa hidup di surga dengan pikiran yang
melayang-layang dan semuanya seperti dapat diatasi dengan mudah dan cepat. Sampai akhirnya melihat dan menyadari keadaan yang sebenarnya saat ini. Hidup
penuh dengan kehancuran dan masa depan yang suram. Kondisi tubuh yang sudah hancur, jantung dan hati rusak, keseimbangan tubuh hilang dan semangat hidup
tidak ada, tidak punya teman dan dikucilkan, perkuliahan hancur, tidak mempunyai apapun dan hidup miskin, bahkan lebih buruk lagi, hubungan dengan
keluarga rusak, merasa tidak berharga, malu terhadap orang lain. Pokoknya hidup seperti
tidak punya
harapan dan
tujuan lagi.
BNN, dalam
www.KCM.comnarkoba.htm. Sampai pada satu waktu tertentu, pecandu mulai melihat dan menyadari
kondisi dan perubahan yang buruk tersebut, maka keinginan untuk berubah dan berhenti pun muncul, yang diikuti dengan mulai mencari informasi tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan kemungkinan untuk berhenti dari kecanduan narkoba serta akibat-akibat yang mungkin terjadi. Hal ini dapat dimulai dengan
Universitas Sumatera Utara
9 membaca kesaksian para mantan pecandu narkoba, baik dari buku ataupun dari
media televisi atau bahkan dapat dari sahabat mereka sendiri yang telah berhasil berhenti dari jerat kehidupan yang gelap tersebut. Terkait dengan yang mereka
lakukan dan yang mereka alami, baik itu kegagalan atau pun keberhasilan, rasa sakit atau kebahagiaan atau mungkin penderitaan yang harus mereka lalui maupun
gambaran kehidupan yang penuh harapan Janis Mann,1977. Dengan melihat kondisi-kondisi di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti kesempatan seorang pecandu narkoba berhasil membuat keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba dan bagaimana proses pengambilan keputusan
tersebut dilakukan tanpa ada perawatan khusus dan intensif. Dengan demikian, dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul “Gambaran Proses Pengambilan
Keputusan untuk berhenti menggunakan Narkoba pada Pecandu Narkoba.”
I. B. Perumusan Masalah