117 -
Partisipan III, pernah mengikuti konseling, tetapi tidak memberikan sedikit pun perubahan. Berubah setelah mendapat
dukungan penuh dari abang almarhum dan menjalani proses tercepat dalam mengambil keputusan berhenti dari narkoba.
b. Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi keberhasilan ketiga
partisipan memutuskan untuk berhenti dari narkoba adalah pelayanan secara rohani dan mengenal Tuhan secara pribadi. Dukungan ini
memberikan kesadaran dan pengenalan akan diri sendiri di hadapan Tuhan dan di hadapan orang-orang di sekitarnya, serta kesadaran
bahwa hidupnya tidak akan bertahan lama jika masih tetap hidup dengan narkoba. Dengan demikian, ketiga partisipan pun memiliki
keyakinan dan self efficacy yang tinggi untuk meninggalkan narkoba. c.
Ketiga partisipan mulai bergaul dengan narkoba dengan mencoba ganja, yang kemudian diteruskan dengan berbagai jenis lain yang lebih
berat dan berbahaya. Mereka mencobanya karena tren yang sedang berkembang di tengah-tengah pergaulan dan keinginan untuk mencoba
sesuatu yang baru. Jenis-jenis narkoba yang digunakan tersebut juga mempengaruhi lama tidaknya proses partisipan untuk berhenti
menggunakannya.
V. B. Diskusi
Mengambil keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba adalah suatu hal yang hampir mustahil dilakukan bagi ketiga partisipan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
118 Hal ini sesuai dengan pendapat McCaul et.al., dalam Taylor 1999 yang
menyebutkan bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh seseorang yang ingin memiliki pola hidup yang sehat dan mengubah kebiasaan buruk pada masa lalu
adalah relaps. Seseorang yang pernah berhenti menggunakan narkoba dalam jangka waktu tertentu akan cenderung untuk kembali menggunakannya, meskipun
telah melakukan berbagai cara atau mengikuti program penyembuhan. Bahkan ketika komitmen dan keputusan untuk tidak akan menggunakan narkoba lagi telah
diambil . Ketiga partisipan dalam penelitian ini juga mengalami hal yang sama, yaitu relaps. Seperti yang dikemukakan oleh Ockene dalam Sarafino, 2006,
relaps berarti kembali melakukan pola perilaku yang sama dengan yang sebelumnya. Relaps ini akan sangat kuat pada beberapa minggu dan bulan
pertama setelah berhenti. Yang dimaksud dengan relaps di sini adalah masalah yang khusus pada gangguan kecanduan alkohol, merokok, ketergantungan obat-
obatan, dan obesitas Brownell, Marlatt, et al., dalam Taylor, 1999. Brandon, Copeland dan Saper Taylor, 1999 menambahkan bahwa relaps cenderung terjadi
pada individu yang mengalami depresi, cemas, atau under stress. Ketika seseorang terlibat dalam narkoba, maka dapat dikatakan bahwa saat
itu juga dia telah masuk dalam lingkaran hitam kehidupan yang sangat sulit untuk diputuskan. Hal ini dapat digambarkan seperti memakan buah simalakama, jika
tetap menggunakan maka dia akan mati secara pelan-pelan; namun jika berhenti maka dia juga akan merasakan sakit pain yang sangat berat dan menyiksa. Rasa
sakit seakan-akan telah menjadikan para pengguna narkoba merasa tidak berdaya lagi hidup sendiri dan berpisah dari narkoba. Bagi pengguna narkoba, rasa sakit
Universitas Sumatera Utara
119 tidak hanya muncul secara fisik, tetapi juga psikis. Keluhan-keluhan yang muncul
akibat gangguan pada tubuh sensori sangat mempengaruhi emosi dan pikiran seseorang yang menggunakan narkoba, yang akhirnya akan menjadi sesuatu yang
terinternalisasi ke dalam aspek psikisnya, seperti cemas, perasaan-perasan negatif, mood yang buruk, serta pengendalian diri yang sulit. Hal ini kembali
menimbulkan keluhan-keluhan secara fisik, seperti mual, pusing, tubuh menggigil dan sakit yang luar biasa. Rasa sakit secara fisik ini kemudian kembali
mengganggu emosi dan pikirannya. Demikianlah hal ini akan terus berlangsung seperti sebuah proses atau sirkulasi. Sirkulasi ini seperti lingkaran setan dan hanya
bisa diputus dengan mengatur kognitif atau pikirannya, atau disebut dengan mapping restrukturisasi
Sarafino, 2006. Dalam penelitian ini, ketiga partisipan juga mengalami hal yang sama dalam proses pengambilan keputusan berhenti
menggunakan narkoba. Yang dimaksud dengan pain adalah pengalaman yang tidak nyaman pada sensoris dan emosional, yang biasanya diassosiasikan dengan
kerusakan atau iritasi pada jaringan AMA, dalam Sarafino, 2006. Hal yang paling menghambat pengguna narkoba untuk dapat mengatasi
relaps dan berhenti menggunakan narkoba adalah pikiran atau persepsinya sendiri, yang menganggap narkoba telah menjadi satu bagian dari dirinya dan tidak dapat
dilepaskan. Hal ini disebut dengan sugesti. Menurut Chaplin, dalam Kamus lengkap psikologi, 2000, sugesti merupakan proses yang menyebabkan seseorang
bertingkah laku sesuai dengan keinginannya sendiri. Ketiga partisipan dalam penelitian ini terperosok dalam tahap perenungan untuk merubah kebiasaan
mereka, tetapi perenungan tersebut tetap tidak berkembang karena merasa tidak
Universitas Sumatera Utara
120 mampu untuk lepas dari obat-obatan tersebut, dan bahkan tidak berusaha untuk
berhenti. Mereka tidak mempunyai keyakinan dari dalam dirinya bahwa dia mampu untuk melepaskan diri dari ketergantungan obat-obatan. Istilah keyakinan
ini disebut dengan self efficacy. Menurut Zimbardo dan Gerrig 1999, self efficacy
adalah keyakinan bahsa seseorang mampu menghdapi situasi tertentu, yang menimbulkan rasa tertekan dan stress bagi individu yang bersangkutan.
Faktor yang paling mempengaruhi berhasil atau tidaknya seorang pengguna narkoba melawan sugesti sehingga dapat melakukan keputusannya
untuk tidak menggunakan narkoba lagi, adalah dukungan sosial social support dari orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama dari orang tua dan keluarga.
Valentiner, Holahan, dan Moos dalam Taylor, 1999, telah membuktikan sebelumnya, yang mengatakan bahwa dukungan orang tua memampukan anaknya
untuk menghadapi kejadian atau kondisi yang tidak terkontrol, dengan emosi yang baik. Namun ternyata hal ini tidak selamanya benar. Salah satu partisipan dalam
penelitian ini tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang tua maupun keluarganya tetapi akhirnya dapat juga memutuskan berhenti dari narkoba.
Partisipan tersebut justru mendapatkan dukungan dari orang lain, yang belum begitu dikenalnya.
Dukungan sosial ini sangat efektif menurunkan distress psikologis seperti depresi atau cemas, dan perasaan-perasaan negatif, selama proses memutuskan
berhenti dari narkoba, yang merupakan kondisi tertekan dan sangat stress bagi pengguna narkoba yang ingin berhenti dari narkoba. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fleming, Baum, Gisriel, dan Gatchel serta Haines,
Universitas Sumatera Utara
121 Hurlbert, dan Beggs dalam Taylor, 1999. Dukungan sosial tersebut membuat
mereka merasa diperhatikan, dicintai, dan berharga serta bagian dari sebuah komunitas, meskipun telah berbuat hal yang buruk. Hal inilah yang dikemukakan
oleh J.M. Siegel dalam Taylor, 1999, bahwa social support merupakan informasi dari seseorang yang mencintai dan perduli, menghormati dan menghargai, bagian
dari komunikasi dan saling perhatian dari orang tua, pasangan atau kekasih, relasi lain, teman-teman, hubungan sosial dan perkumpulan seperti gereja atau club, dan
bahkan dari hewan peliharaan yang setia. Dukungan tersebut sangat berperan untuk menegur, menguatkan, mengingatkan, dan membantu individu untuk
mengubah pemikiran dan penilaian tentang narkoba sehingga tidak lagi menggunakannya. Yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah suatu bentuk
keperdulian, kenyamanan, perasaan dicintai dan berharga, dan membantu seseorang merasa diterima oleh orang lain atau dalam satu komunitas Gentry
Kobas; Willls Fegan, dalam Sarafino, 2006. Menurut S.Cohen; Reis; Schwarzer dan Leppin; Wills Taylor, 1999,
dukungan sosial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti appraisal support, tangible assistance, informational support, dan emotional support
. Dalam proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba, keempat
bentuk dukungan sosial tersebut juga sangat dibutuhkan, namun dari penelitian ini, dukungan yang paling mempengaruhi keberhasilan untuk memutuskan tidak
lagi menggunakan narkoba adalah emotional dan appraisal support. Keluarga partisipan pertama dan ke-3 serta pacar partisipan ke-2 memberikan pemahaman
dan pandangan yang positif tentang hidup sehingga partisipan dapat mengatasi
Universitas Sumatera Utara
122 sugesti yang mereka rasakan dengan baik, tanpa harus kembali menggunakan
narkoba. Selain itu, keluarga dan teman-teman mereka selalu mendukung dan memperdulikan mereka, baik di saat-saat yang sehat maupun ketika merasa
kesakitan, sendiri dan tidak berdaya selama proses mengambil keputusan terakhir. Hal inilah yang disebut dengan appraisal support, yaitu dukungan yang
membantu seseorang untuk memahami kondisi atau kejadian yang sangat stress dengan lebih baik serta menemukan strategi untuk mengatasinya. Sementara
emotional support adalah dukungan dari keluarga dan teman dengan
menenangkan seseorang yang dinilai berharga dan diperdulikan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pelayanan secara rohani dan
dukungan doa juga sangat menentukan kekuatan dan kemampuan seorang pengguna narkoba dapat memutuskan berhenti menggunakan narkoba untuk
selamanya serta melakukan keputusannya tersebut. Pengenalan dan perenungan siapa diri di hadapan Tuhan membuatnya sadar bahwa dia tidak mempunyai kuasa
apa-apa atas dirinya, apalagi untuk melawan sugesti terhadap narkoba yang dirasakan. Namun dengan doa dan pengenalan akan Tuhan membuatnya sadar
bahwa Tuhan juga pasti memampukan setiap orang yang mengandalkan Dia untuk tidak berbuat dosa, termasuk untuk tidak menggunakan narkoba. Hal ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh BNN 2005, yang membuktikan bahwa keberhasilan seorang pecandu narkoba berhenti menggunakan narkoba
adalah karena pengetahuan tentang agama dan ketaatannya beribadah kepada Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
123 Disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan atau
komunitas pergaulan seseorang yang sedang berusaha berhenti menggunakan narkoba sangat menentukan keberhasilannya untuk meninggalkan narkoba dan
memutuskan untuk berhenti untuk selamanya. Seorang pengguna narkoba yang ingin berhenti harus meninggalkan pergaulan lamanya dan bergabung dengan
sebuah komunitas yang baru. Komunitas tersebut tentunya adalah komunitas yang melakukan hal-hal positif. Di dalam komunitas yang baru tersebut juga dia akan
memiliki kegiatan-kegiatan baru, sehingga pengguna narkoba yang sedang berusaha berhenti, lambat laun akan melupakan obat yang memikat pikiran
tersebut dan mulai memusatkan perhatiannya kepada komunitas dan kegiatan yang baru tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berkman dan Syne Taylor, 1999, yang menemukan bahwa seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang sedikit dan persekutuan yang buruk akan lebih
cenderung untuk menderita dan bahkan meninggal dunia lebih cepat selama melalui proses yang sangat tertekan dan stress.
Pengetahuan dan jenis narkoba yang digunakan juga mempengaruhi seorang pengguna narkoba untuk mengambil keputusan berhenti atau tidak dari
narkoba. Menurut Kurt Lewin Lieberman, 1999, butuh waktu untuk menjalani suatu proses pembiasaan dari lingkungan yang berpengaruh terhadap
pembentukan pola perilaku seseorang. Pengambilan keputusan untuk berhenti dari narkoba juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kegiatan dan kerja mereka
sebagai aktivis LSM yang bertujuan untuk membantu para pecandu untuk berhenti dari narkoba dan juga pelayan di dalam sebuah persekutuan rohani yang
Universitas Sumatera Utara
124 membantu mereka untuk melawan sugesti dan dampak-dampak negatif dari
mencandu serta menemukan tujuan hidup yang baru sesuai dengan kehendak Tuhan.
V. C. Saran