Berarti S yang tersedia masih lebih besar dibanding berat muatan. Diameter drum yang diijinkan didapat dari rumus :
D ≥ e x e x dengan:
D = diameter drum atau puli pada dasar alurnya dalam mm = diameter kabel = 10 mm
e = faktor yang terganung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya Tabel = 16
e = faktor yang tergantung pada konstruksi kabel Tabel = 1 sehingga D = 16 x 1 x 10 mm = 160 mm = 16 cm. Dengan demikian diameter drum itu
seharusnya berukuran minimal 16 cm. Saat ini diameter dasar drum untuk penarik alat keruk lumpur adalah berukuran 16,5 cm, berarti dilihat dari persyaratan ini drum yang
dipakai telah dapat memenuhi persyaratan ini. Dengan demikian secara teknis alat ini
dapat dipakai untuk pengerukan lumpur pada sistem kabel layang. Dalam pelaksanaannya setelah dipakai beberapa waktu di Situ Dongkal, dengan
jarak bentang bertambah sekitar 55 m, diyakini mengakibatkan beban lebih besar dibanding saat diuji coba di Situ Salam. Ini kemudian berpengaruh pada poros penarik
drum, sehingga poros itu kemudian agak goyang lagi. Karena itu poros drum diganti dengan ukuran lebih besar yakni 32 mm. Setelah penggantian itu, drum penggulung
berputar dengan normal. Konsekuensi lain akibat perubahan itu ialah menyebabkan terjadinya perubahan dudukan poros pada dua drum yang lainnya. Dari pengalaman
ini dikeahui beberapa hal yang diperlukan perbaikannnya agar kinerja alat keruk dapat dioperasikan dengan baik ialah:
1. Rem pengendali kecepatan drum penarik alat keruk. Rem ini berupa rem cakram
sepeda motor. 2. Rem pengendali drum untuk menurun dan menaikan alat keruk. Rem ini juga
menggunakan juga rem cakram dari sepeda motor. 3. Rem pengendali antara drum penarik alat keruk dengan rem untuk melepas peluru
penarik alat keruk. Rem ini dipasang dengan perlu penguatan tambahan dibanding model sebelumnya.
Selain itu penyempurnaan dilakukan pada tali yang difungsikan untuk menahan agar mudah saat membuka dan menutup alat keruk, sedangkan anting-anting
diperlukan pada ketiga kabel agar kabel agar semuanya dapat menggantung di udara. Dari pengalaman ini dapat diambil pelajaran bahwa agar tidak terjadi lagi hambatan
dalam melakukan operasi pengerukan lumpur, seyogyanya poros untuk drum yang berfungsi untuk menarik dan membawa beban harus berdiameter cukup besar.
Setelah beberapa kali uji coba, operator mesin mulai dapat mengenal penguasaan cara mengoperasikan mesin dalam hal 1 Menjalankan alat keruk menuju
w 1
2
1 2
d d
D. Produktivitas Kerja Perangkat Alat Keruk
170
hasil hutan
Vol. 17 No. 2, Oktober 2011: 160 – 179
BULETIN
ke tengah situ, 2 Berhenti sesaat untuk kemudian membuka kunci peluru agar turun dari kereta, 3 Penurunan alat keruk, mengambil lumpur dan kembali ke kereta
pembawa, 4 Membawa kembali kereta dan alat pemuat keruk ke daratan untuk dikeluarkan lumpurnya yang dibuka secara perlahan.
Hasil sementara dari uji coba alat keruk diperoleh sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil uji coba sementara pengangkatan lumpur dengan alat keruk model kotak
Waktu keruk menit No
Jarak m
Pergi Lepas
sd keruk
Angkat sd
terkunci Pulang
Buka kunci sd
keluarkan lumpur
Pengun- cian
Total Hasil
cm Keterangan
A Pengujian awal
1 40
1.27 1.42
2.35 2.04
3.05 5.18
15.31 20
Sistem rem tidak berjalan
normal 2
46 1.48
3.24 3.10
2.18 5.02
3.24 18.25
20 Sistem rem
tidak berjalan normal
3 95
3.19 4.09
4.40 3.13
4.96 0.48
20.24 24
Sistem rem tidak berjalan
normal 4
13 1.13
0.98 1.24
1.01 0.40
0.45 5.21
Alat tak menutup
5 24
2.13 2.12
2.56 2.08
0.39 0.36
9.64 Alat tak
menutup 6
38 1.30
1.46 4.37
1.45 1.29
0.40 10.26
Alat tak menutup
7 40
1.34 2.26
2.78 1.67
1.44 0.50
9.99 Alat tak
menutup 8
30 1.27
2.21 3.08
1.38 1.21
0.14 9.30
Alat tak menutup
Jumlah 326
13.11 17.78
23.89 14.93
17.75 10.75
98.20 64
Rata-rata 40.75 1.64
2.22 2.99
1.87 2.22
1.34 12.28
8 B
Pengujian lanjutan 1
30 0.89
0.07 0.39
3.04 4.00
0.15 8.55
10 2
40 1.10
0.68 1.09
1.20 0.47
0.78 5.32
10 3
45 0.58
1.49 2.06
2.80 1.21
0.60 8.74
25 4
51 1.48
0.39 0.69
1.64 0.88
0.31 5.40
20 5
46 2.56
1.48 1.05
1.14 0.12
0.36 6.71
10 6
76 1.16
1.02 0.40
0.58 1.21
0.78 5.15
20 7
70 1.26
0.45 0.57
1.19 1.30
0.48 5.25
14 8
74 0.84
1.17 1.39
1.85 1.25
0.30 6.80
5 9
20 1.36
1.21 1.36
0.78 1.28
0.11 6.11
10 Jumlah
452 11.23
7.96 9.01
14.23 11.72
3.88 58.03
124 Rata2
50.22 1.25
0.88 1.00
1.58 1.30
0.43 6.45
13.78
171
Penelitian Awal Teknis Alat Keruk ..... Wesman Endom
Dari Tabel 1 diketahui rata-rata lumpur terkeruk setebal 13,78 cm yang setara dengan volume sebanyak 0.049608 m atau kurang lebih 0,05 m pada jarak angkut rata-
rata sejauh 50,22 m dalam waktu 6,45 menit. Berarti produktivitas kerjanya adalah sebesar 0.9188 m .hmjam. Secara komersial nilai ini relatif masih sangat rendah. Untuk
alat keruk model sayap, kinerja alat disajikan pada Tabel 4.
3 3
3
Tabel 4. Produktivitas kerja alat keruk model sayap
Keterangan : waktu lebih panjang karena operator harus membereskan 3 buah jalur lilitan kabel yang keluar dari dalam drum
Waktu keruk menit
Hasil lumpur cm
No Jarak
Perjalanan pergi
Lepas sd
pengisian Angkat
sd terkunci
Perjalanan balik
Buka kunci
Pengun- cian
Total Cm
liter A
UJI PENDAHULUAN 1
20 1.05
1.01 1.16
0.53 0.44
0.18
4.37
Kosong 2
22 1.10
0.31 0.19
1.05 0.45
0.28
3.38
Kosong 3
25 1.08
0.59 0.86
0.45 0.60
0.45
4.02
Kosong 4
40 1.38
0.56 1.17
1.25 0.38
0.23
4.97
Kosong 5
24 1.01
1.16 0.53
0.40 0.65
0.46
4.21
Kosong Jumlah
131 5.624
3.625 3.907
3.68 2.51
1.599 20.945
Rata-rata 26.2 1.1248
0.725 0.7814
0.736 0.502
0.3198 4.189
B UJI COBA LANJUTAN
1 17
1.50 0.27
1.73 2.09
0.99 0.13
6.71
56.5
240
2 25
2.53 1.94
1.98 0.36
0.09 0.34
7.24
30
90
3 18
1.76 0.85
1.18 1.18
0.40 1.68
7.04
24
58
4 17
1.17 1.23
1.55 1.59
0.43 0.85
6.81
30
90
5 18
1.07 1.57
1.30 1.30
0.63 0.43
6.30
20
42
6 45
0.99 0.31
1.57 2.11
1.73 0.23
6.95
30
90
7 45
1.33 0.97
0.93 1.67
0.25 0.69
5.83
30
90
8 42
0.44 0.38
2.70 1.70
0.97 0.79
6.99
35
95
9 53
1.50 1.00
1.84 1.84
0.26 0.03
6.46
40
140
10 50
2.01 0.84
2.93 3.79
0.36 0.64
10.57
50
200
11 39
1.01 0.14
1.29 2.58
0.36 0.58
5.95
30
90
12 36
1.62 1.37
1.65 0.92
1.32 0.64
7.52
10
16
13 40
1.28 0.08
1.03 1.58
1.57 0.23
5.77
10
16
Jumlah
445 18.21
10.94 21.67
22.70 9.35
7.25 90.13 395.50 1257
Rata-rata 34.23 1.40
0.84 1.67
1.75 0.72
0.56 6.93
30.42
96,7
172
hasil hutan
Vol. 17 No. 2, Oktober 2011: 160 – 179
BULETIN
Rata-rata lumpur yang terkeruk dengan model sayap setebal 30,42 cm atau setara dengan volume 0,0967 m pada jarak angkut rata-rata sejauh 34,23 m dalam waktu
6,93 menit. Berarti produktivitas kerjanya adalah sebesar 2,45 m .hmjam. Secara komersial nilai ini juga masih relatif rendah sekalipun dibanding model kotak sangat
jauh lebih besar. Kendati demikian untuk ukuran percobaan tahap awal dan jarak bentang cukup jauh, hal ini sudah memberikan adanya indikasi andai operasi dapat
berjalan dengan mesin mulus, kuat, aman dan dapat dikendalikan dengan baik, maka kinerjanya diyakini akan cukup tinggi. Dengan demikian ada harapan bahwa alat ini
dapat dipakai untuk pengerukan lumpur. Pada uji coba pengerukan tahap awal di Situ Salam, UI Depok, rendahnya hasil yang diperoleh ini adalah akibat beberapa hal
berikut: 1. Bentangan kabel penarik maupun pelepas kunci peluru cukup panjang dan kabel
tidak ada penahan sehingga menggelayut masuk ke dalam air.
Keadaan ini menyebabkan diperlukan waktu tersendiri sebelum kereta angkut dapat tertarik ke
darat. Waktu yang diperlukan untuk menggulungmelepas sebanyak hampir
setengah waktu itu sendiri, karena sebenarnya waktu tempuh tidak lebih dari 2 menit untuk jarak 100 m. Oleh karena itu bila mesin sudah berjalan secara optimal,
waktu yang diperlukan tidak lebih dari 3 menit per rit. 2. Kabel yang dipasang pada kereta angkut terkadang lepas, sehingga hal ini akan
menambah waktu yang hilang. 3. Proses untuk mengeluarkan lumpur masih perlu dibantu dengan memasang kabel
penahan yang terkadang masih suka lepas dari kaitannya sehingga hal ini juga menambah waktu yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam uji coba ini di Situ Dongkal, hanya digunakan satu alat keruk yakni alat keruk bentuk sayap. Pertimbangan ini didasarkan pada hasil uji coba yang dilakukan di
Situ Salam Depok, yang memperlihatkan alat keruk bentuk sayap lebih besar hasilnya dibanding alat keruk bentuk kotak. Namun demikian, pada uji coba ini setelah drum
penarik muatan dengan pelepas peluru dicoba dipisah dengan gigi eksentrik yang baru, ternyata masih ditemukan sejumlah permasalahan baru. Beberapa permasalahan itu
ialah : 1. Alat penyangga kabel penarik dan pelepas peluru yang dirancang dapat berjalan
seperti gordeng belum berjalan sesuai harapan, sehingga menyita banyak waktu untuk perbaikannya. Permasalahan ini kemudian dapat diperbaiki dengan cara
memasang pipa kosong bos berdiameter 3 cm sepanjang masing-masing 20 cm, yang ditempatkan di antara setiap penyangga kabel berjumlah 20 buah. Penyangga
kabel ini dihubungkan dengan tambang kecil sehingga saat kereta gantung bergerak secara perlahan, maka setiap penyangga kemudian akan bergerak mengikuti kereta
pada jarak masing-masing 5-8 meter.
2. Poros drum penarik muatan yang sempat diperbaiki kembali bengkok. Hal ini dapat dimengerti akibat jarak yang semakin jauh sehingga beban kabel di dalam
drum juga bertambah. Hal ini diyakini mengakibatkan poros drum kurang kuat menahan beban yang lebih besar.
3 3
173
Penelitian Awal Teknis Alat Keruk ..... Wesman Endom
Sebagaimana disampaikan di depan bahwa karena kondisi Situ Dongkal berbeda dengan Situ Salam UI, dengan kedalaman air tidak lebih dari 50-100 cm dan kedalaman
lumpur sekitar 5-10 cm. Dari uji coba pengerukanpun memberikan gambaran hasil yang jauh lebih sedikit dibanding yang dilakukan di Situ Salam Depok. Hal ini terlihat
sesaat setelah alat keruk diturunkan dari kereta gantung, tidak dapat menembus lebih dalam karena alat kontrol telah menekuk akibat menyentuh permukaan tanah di dalam
air dangkal sehingga lumpur yang terkeruk hanya sedikit saja.
Analis biaya operasi pengerukan lumpur yang dibahas diambil pada alat tipe sayap mengingat pada tipe sayap hasilnya lebih baik dari pada tipe kotak. Untuk itu
pendekatan dilakukan dengan antara lain dilihat dari penggunaan minyak solar sebagai bahan bakar mesin disel yang dipakai. Catatan yang ada memperlihatkan bahwa selama
mesin dihidupkan pada uji coba pengerukan lumpur selama 5 jam dari jam 10.05 -12.05 kemudian disambung dari jam 13.00-16.00, pengurangn bahan bakar terjadi sebanyak 4
cm. Itu berarti rata-rata berkurang 0,8 literjam.
Pada kesempatan lain dengan dihidupkan mesin dari jam 8.44-12.12. kemudian disambung dari jam 1.35 16.30 atau
secara keseluruhan selama 7,13 jam, tangki solar yang berisi semula tinggi 17,3 cm menjadi tinggal 11,5 cm. Berarti ada pengurangan setinggi 5,8 cm atau rata-rata 5,8
liter7,13 jam = 0,81 literjam. Dengan pembulatan ke atas, penggunaan bahan bakar solar sebanyak 0,8-0,9 literjam, dibulatkan menjadi 1 literjam. Penggunaan solar ini
juga termasuk di dalamnya dipakai saat memperbaiki konstruksi mesin untuk memotong, menggerinda maupun mengelas.
Konsumsi solar sebanyak itu kurang lebih sama dengan penggunaan solar untuk pengeluaran kayu, karena pada saat dipakai operasi pada pengeluaran kayu, konsumsi
bahan bakar solar sebesar rata-rata 0,98 - 1,22 literjam dan pada uji tahun 2005 penggunaan bahan bakar rata-rata 0,94 literjam Endom, 2006.
Pada hasil penelitian untuk pengeluaran kayu diketahui bahwa biaya operasi pengeluaran kayu dengan menggunakan teknologi kabel layang adalah sebesar Rp
26.870m dengan biaya investasi diperhitungkan saat itu sebesar Rp 80 juta Endom 2006. Atas dasar acuan ini dapat diperkirakan bahwa biaya pengerukan lumpur juga
tidak akan terlalu jauh dari biaya pengeluaran kayu.
Hasil analisis biaya untuk operasi pengerukan lumpur dengan dicoba dilakukan pendekatan bahwa biaya investasi untuk mesin, alat keruk, kabel dan seperangkat
peralatan yang lainnya adalah senilai Rp 130 juta, maka diperoleh rincian analisa biaya sebagai berikut.
E. Analisa Biaya