Perbandingan Kayu Lapis dari Batang Sawit dan Kayu Lapis Konvensional

Balfas 2003 juga menyatakan bahwa kayu sawit memiliki beberapa hal yang menguntungkan dibandingkan dengan kayu biasa, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Harga kayu atau biaya eksploitasi sangat rendah. 2. Warna kayu cerah dan lebih seragam. 3. Tidak mengandung mata kayu. 4. Relatif tidak memiliki sifat anisotropis. 5. Mudah diberi perlakuan kimia. 6. Mudah dikeringkan. 7. Pada bagian yang cukup padat kerapatan 500 gcm tidak dijumpai perubahan atau kerusakan fisis yang berarti. Secara keragaan kayu lapis dari batang sawit memiliki stabilitas dimensi yang rendah. Hal ini dimungkinkan karena higroskopisitas venir batang sawit yang menyusun kayu lapis sawit masih tinggi akibat tidak diberi perlakuan. Seperti yang diungkapkan Balfas 2003 bahwa salah satu masalah serius dalam pemanfaatan batang sawit adalah sifat higroskopis yang berlebihan. Meskipun telah dikeringkan hingga kadar air kering tanur, batang sawit dapat kembali menyerap air dari udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20. Berikut keragaan kayu lapis dari batang sawit jika dibandingkan dengan kayu lapis campuran dari limbah batang dan kayu biasa sembarang dan kayu lapis konvensional Gambar 9. 3

C. Perbandingan Kayu Lapis dari Batang Sawit dan Kayu Lapis Konvensional

hybrid A. Kayu lapis batang sawit B. Kayu lapishybrid batang sawit + kayu sembarang C. Kayu lapis konvensional A B C Gambar 9. Perbandingan kayu lapis batang sawit, kayu lapis , dan kayu lapis konvensional hybrid 132 hasil hutan Vol. 17 No. 2, Oktober 2011: 124 – 135 BULETIN Pada Gambar 9 terlihat kayu lapis batang sawit agak lebih bergelombang A jika dibandingkan kayu lapis B. Apalagi jika dibandingkan dengan kayu lapis konvensional C. Hal ini mengindikasikan kayu lapis konvensional yang terbuat dari venir-venir kayu lebih stabil dimensinya dibandingkan A dan B. Seperti diketahui bahwa penyusutan kayu konvensional ada pada tiga arah yang besarnya berbeda-beda bersifat anisotropis, yaitu 0,1 untuk bidang longitudinal, 2~4 untuk bidang radial, dan 4~7 untuk bidang tangensial. Walaupun venir-venir kayu yang menyusun kayu lapis memiliki kembang susut yang tinggi hingga 7, namun kayu lapis konvensional tetap stabil karena konstruksi penyusunannya dibuat bersilangan tegak lurus. Akibatnya penyusutan yang terjadi akan saling ditahan. Misalnya penyusutan venir bagian inti, maka penyusutannya akan ditahan oleh venir bagian dan -nya. Adapun batang kelapa sawit, karena monokotil, dan tersusun atas dan parenkim, maka tidak ada bidang-bidang seperti halnya pada kayu konvensional. Bidang tangensial dan radial yang ada seperti pada kayu konvensional menjadi satu bidang saja pada batang sawit. Akibatnya kembang susutnya menjadi lebih besar. Oleh karena itu jika dibuat venir kemudian direkatkan, stabilitas dimensinya masih lebih rendah jika dibandingkan kayu lapis konvensional. Sebagai solusi untuk optimasi pemanfaatan batang sawit sebagai bahan baku kayu lapis maka dibuatlah kayu lapis yang terdiri atas venir-venir dari batang sawit dan venir-venir kayu konvensional dalam hal ini kayu sembarang. Disebut kayu sembarang karena di dalamnya terdiri atas bermacam-macam jenis kayu, biasanya kayu- kayu buah-buahan Sitorus, 2009. Namun demikian tetap harus diwaspadai mutu stabilitas dimensi dan keawetannya karena kandungan pati yang tinggi pada batang sawit akan mengundang berbagai mikroorganisme. Tampilan kayu lapis hybrid batang sawit disajikan pada Gambar 10. Berdasarkan wawancara dengan manajer produksi kayu lapis pada mulanya bisa dipasarkan dijual karena keragaannya hampir mirip dengan kayu lapis konvensional. hybrid core face back vascular bundles hybrid hybrid Gambar 10. Keragaan kayu lapis : tersusun atas venir batang sawit dan venir kayu sembarang hybrid 133 Kayu Lapis dari Venir Limbah Batang Sawit ..... Arif Nuryawan Osly Rachman Tetapi kondisi ini tidak berlangsung lama karena konsumen yang telah membeli kayu lapis merasa dirugikan akibat kayu lapis ternyata tidak awet. Banyak dari bagian kayu lapis terserang bubuk. Hal ini diduga kandungan pati dari batang sawit yang dijadikan venir masih relatif tinggi. Untuk itu pabrik kayu lapis berupaya melapisi kayu lapis tersebut dengan bahan pengawet kayu asam borat H BO . Tetapi konsumen sudah terlanjur tidak mau membeli kayu lapis tersebut. Akibatnya sekarang industri tersebut gulung tikar. Kayu lapis yang tersusun atas venir-venir dari batang sawit dan kayu sembarang dari segi keragaan masih memenuhi kelayakan sebuah produk kayu lapis namun perlu mendapat perhatian pemberian bahan pengawet kayu sehingga tidak terserang bubuk atau organisme perusak kayu. Saran untuk industri masih diperlukan suatu penelitian jangka waktu keawetan kayu lapis setelah diberi bahan pengawet borat. Pemberian jenis bahan pengawet lainpun perlu dicobakan. Saran untuk penelitian lanjut adalah pengujian kekuatan fisik dan mekanik mengingat dalam penelitian ini sifat kekuatannya belum teruji. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada DP2M Dikti Depdiknas RI atas biaya penelitian ini dan kepada Arif Budiman, Evalina Herawati, S.Hut, M.Si dan PT.Raja Garuda Mas Panel RGM di Blok Songo Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan khususnya Pimpinan PT. Asia Forestama Raya Unit Labuhan Batu Bapak Sian Pau atas kerjasamanya dalam penelitian ini. Anonim. 2008a. Perkembangan Produksi Kayu Bulat dan Kayu Olahan Sepuluh Tahun Terakhir. . [5 12 2008] ______. 2008b. Luas Kawasan Hutan dan Perairan. . [5 - 12 2008] Bakar, E.S. 2003. Kayu Sawit Sebagai Substitusi Kayu dari Hutan Alam. Forum Komunikasi Teknologi dan Industri kayu, Volume: 21Juli 2003., JTHH, Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. Balfas, J. 2003. Potensi Kayu Sawit Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri Perkayuan. Makalah Seminar Nasional Himpunan Alumni-IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera Utara. Medan. hybrid hybrid hybrid hybrid hybrid hybrid hybrid 3 3

IV. KESIMPULAN DAN SARAN