Hutan Primer METODA PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu

Gambar 2. Hutan yang rusak akibat perladangan liar di Ketenong 2 Dari Gambar 1 dan 2 terlihat bahwa kerusakan hutan akibat perladangan ini sangat berbahaya, yaitu umumnya pembukaan hutan dilakukan di daerah tebing-tebing yang curam 20 - 30 daerah kemiringan topografi seperti ini rawan erosi. Sedangkan yang ditanam adalah tanaman nilam, singkong dan kopi robusta. Sebagai pembanding kondisi hutan yang rusak maka dilakukan juga pengamatan di hutan yang masih utuh primer dengan melakukan inventarisasi pohon Hasil pengamatan dari lima petak ukur di hutan primer dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Telah terkumpul data dari 5 petak ukur hasil infentarisasi pohon hutan primer di daerah Bukit Kopassus Bukit seblat dan Bukit Kostrad Gunung Gedang. Panjang dan lebar petak ukur masing-masing adalah 20 m x 100 m. Hasil pengukuran adalah sebagai berikut .

B. Hutan Primer

timber cruising. 156 hasil hutan Vol. 17 No. 2, Oktober 2011: 150 – 159 BULETIN Tabel 6. Potensi hutan hasil analisa vegetasi dengan sistem jalur No. petak Tegakan pohon n Volume m3 Tiang n Volume m3 Jumlah pohon Jumlah Volume 1 91 151.78 37 4.38 128 156.16 2 82 138 28 4.32 110 142.32 3 90 224.36 37 4.21 127 228.57 4 72 138.83 24 2.75 96 141.58 5 89 113.91 31 3.1 120 117.01 Total 424 766.88 157 18.76 581 785.64 Dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa data jumlah pohon tingkat tiang diperoleh dari ukuran petak 10 m x 10 m, tetapi dalam perhitungan data menjadi 2 x lipatnya yaitu 2 x 157 batang = 314 batang atau volumenya menjadi 27.52 m . Sehingga total volume 805 m ha. Hasil pengamatan tingkat tingkat semai dan tingkat pancang jumlahnya 400 batang. Hasil perhitungan belum apat disajikan karena masih dipeoses. Sementara untuk mengetahui parameter ekolgis hutan yang terdiri dari kerapatan dan frekuensi tumbuhan hutan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. 3 3 + Tabel 7. Analisa parameter ekologi pohon tingkat tegakan dan tiang pada 5 Petak Ukur seluas 10.000 m 2 Pu 1 Pu 2 Pu 3 Pu 4 Pu 5 KR FR No. Jenis n n n n n ? n K F INP 1 Kempayan 1 1 0.000 0.2 0.2 0.2 0.4 2 Jelepung 34 6 14 11 9 76 0.008 16.5 1 4.5 21.1 3 JentiAporosa sp 1 2 3 0.000 0.7 0.4 1.8 2.5 4 MerantiShorea sp 4 1 1 6 0.001 1.3 0.6 2.7 4.0 5 Mubabihi 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 6 Bantik apu 3 3 0.000 0.7 0.2 0.9 1.6 7 Gelam merahEugenia sp 3 7 10 5 9 34 0.003 7.4 1 4.5 11.9 8 JelatanAporosa sp 6 6 7 7 7 29 0.003 6.3 1 4.5 10.8 9 AbuEugenia sp 10 5 16 8 8 47 0.005 10.2 1 4.5 14.8 10 SagaiSerianthos sp 3 3 0.000 0.1 0.2 0.9 1.0 11 Durian rimboDurio sp 2 1 3 0.000 0.7 0.4 1.8 2.5 12 Kubabilai 1 1 1 3 0.000 0.7 0.6 2.7 3.4 13 Medang merahLitsea sp 5 1 6 0.001 1.3 0.4 1.8 3.1 14 Medang cabeLitsea sp 2 1 3 0.000 0.7 0.4 1.8 2.5 15 Medang kambingLitsea sp 2 2 0.000 0.4 0.2 0.9 1.3 16 Medang pelapungLitsea sp 13 8 7 28 0.003 6.1 0.6 2.7 8.8 17 Medang kunyitLitsea sp 7 2 9 0.001 2.0 0.4 1.8 3.8 18 Medang sakoLitsea sp 2 1 6 6 15 0.002 3.3 0.8 3.6 6.9 19 Medang kuningLitsea sp 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 20 Medang sekep Litsea sp 2 2 0.000 0.4 0.2 0.9 1.3 21 Medang timbunLitsea sp 8 3 1 12 0.001 2.6 0.6 2.7 5.3 22 Duren hantuDurio sp 2 2 4 0.000 0.9 0.4 1.8 2.7 157 Analisis Kerusakan Hutan akibat Perladangan ..... Zakaria Basari Pu 1 Pu 2 Pu 3 Pu 4 Pu 5 KR FR No. Jenis n n n n n ? n K F INP 23 Lempao 3 4 6 3 16 0.002 3.5 0.8 3.6 7.1 24 Lempao bunga 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 25 Lempao batu 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 26 Kulit manisCinnamomum sp 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 27 Teumeus 2 7 6 7 10 32 0.003 7.0 1 4.5 11.5 28 Teumedo 13 13 0.001 2.8 0.2 0.9 3.7 29 EumpeningQuequs sp 4 13 3 5 25 0.003 5.4 0.8 3.6 9.1 30 RasamalaAltingia exelsa 8 3 3 3 17 0.002 3.7 0.8 3.6 7.3 31 Asem kiatMangifera sp 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 32 Leumsua 2 2 0.000 0.4 0.2 0.9 1.3 33 BalamPalaquim sp 1 1 1 0.000 0.7 0.6 2.7 3.4 34 Gelam jambu Eugenia sp 3 5 4 4 16 0.002 3.5 0.8 3.6 7.1 35 Sempua 2 2 4 0.000 0.9 0.4 1.8 2.7 36 Stewea 3 4 7 0.001 1.5 0.4 1.8 3.3 37 Petai rimboParkia spesiosa 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 38 Tajimtopoa 3 3 0.000 0.7 0.2 0.9 1.6 39 RauFicus erecta Roxb 3 3 6 0.001 1.3 0.4 1.8 3.1 40 Eumpoy 1 3 2 6 0.001 1.3 0.6 2.7 4.0 41 Tuboabelai 1 1 2 0.000 0.4 0.4 1.8 2.3 42 Cenia ajun 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 43 Lubus 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 44 Kapung 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 45 EungasGluta renghas 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 46 Mentirai 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 47 KelabauDacryodes regusa 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 48 JenataoAporosa sp 1 1 2 0.000 0.4 0.4 1.8 2.3 49 Eumbuan 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 50 Cengea 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 51 Kendo 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 52 Tajai tupoa 1 1 0.000 0.2 0.2 0.9 1.1 Tabel 7. Lanjutan Dari Tabel 7 terlihat bahwa jenis pohon yang mempunyai Nilai Index Penting tertinggi adalah pohon Jelepung sehingga Nampak pohon ini paling dominan. Pohon ini merupakan pohon yang paling antik dan langka di dunia, karena bentuknya sangat berbeda dibanding dengan pohon-pohon yang lainnya yaitu, bentuk akarnya tumbuh ke atas seperti akar tunggang pohon mangrove. Tetapi diameter tengah akar mencapai 1 - 4 m dengan ketinggian 1- 3 m, di atas akar tumbuh batang pohon dengan jumlah 4 - 5 batang yang diameter rata-rata 40 cm. Ditengah akar tersebut berlubang seperti pintu Gua dengan ukuran lebar 1 - 3 m. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 7 berikut. 158 hasil hutan Vol. 17 No. 2, Oktober 2011: 150 – 159 BULETIN Gambar 7. Gua akar pohon Jelupung di bandingkan dengan 3 orang peneliti

V. KESIMPULAN