79
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanaman Songga sangat berpotensi menjadi salah satu
komoditi HHBK obat unggulan lokal yang spesifik di Provinsi Nusa Tenggara Barat karena sudah dikenal masyarakat sejak lama dan bernilai ekonomis.
2. Pemanfaatan songga oleh masyarakat di Kabupaten Dompu dan Bima adalah untuk mengobati sakit malaria, demam, lemah badan dan untuk menjaga stamina. Secara
kearifan lokal bagian yang dimanfaatkan adalah buah yang sudah masak tua. 3. Kendala pengembangan tanaman songga adalah terbatasnya bahan baku, kurangya
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat, sistem pemasaran yang masih tradisional dan kurangnya dukungan pemerintah melalui kebijakan dan peraturan
yang jelas.
1. Secara ilmiah nama botanis songga harus dilakukan identifikasi agar dapat diketahui dengan pasti
yang sebenarnya agar tidak terjadi lagi perdebatan di kalangan masyarakat dan ilmuwan.
2. Potensi tanaman songga perlu segera ditingkatkan untuk menjamin kelangsungan bahan baku pada saat dibutuhkan. Budidaya di luar kawasan hutan dan pembinaan
teknis kepada masyarakat merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan. 3. Pengembangan pengelolaan tanaman songga dapat berdampak bagi peningkatan
ekonomi wilayah dan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. Pengembangannya dapat dilakukan dengan pola hutan kemasyarakatan, hutan rakyat atau hutan
tanaman rakyat akan memberikan hasil yang baik.
Anonim, 2009. Buku Penelitian Departemen Kesehatan RI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Jakarta.
Cunha, T. 1986. Usaha isolasi dan identifikasi kandungan alkaloid kayu bidara laut BL. asal kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
FMEPA-UNHAS. Makasar. Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Setiawan, B. 2010. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayatim Biofarmaka Belum Optimal. Formatnews Jakarta 245.
Supriadi, 1986. Efek hipoglokemik rebusan kayu songga Bl.
terhadap binatang percobaan kelinci. JF FMIPA-UNHAS. Makasar. Strychnos ligustrina
species
Strychnos ligustrina
Strychnos ligustrina
Pengembangan Songga sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu ..... Sentot Adi Sasmuko
KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTIM TERTUTUP PADA PEMUTIHAN PULP DI INDONESIA
Oleh:
Pada kegiatan produksi pulpkertas khususnya proses kimia, tahapan pemutihan diperlukan guna menghasilkan macam kertas tertentu dan turunan selulosa
lain. Pada umumnya tahapan tersebut menggunakan bahan kimia berdasar khlor. Tahapan tersebut selain memerlukan volume air yang besar, juga mengakibatkan
besarnya volume limbah pemutihan yang membahayakan kehidupan mahluk hidup, antara lain AOX, EOCl, dioksin senyawa kimia yang dicurigai menyebabkan
penyakit kanker, sisa bahan pemutih, serta bahan relatif terdegradasi. Selain itu limbah pemutihan tersebut bersifat korosif terhadap peralatan logam. Di Indonesia terdapat
lima pabrik pulpkertas yang menggunakan bahan baku kayu dengan kapasitas produksi di atas 200.000 tontahun, termasuk proses pemutihan pulp. Pada tahun 2006
produksi kelima pabrik tersebut mencapai 3 juta ton pulp putihtahun. Diperkirakan proses pemutihan tersebut membutuhkan volume air sekitar 36-45 juta kilolitertahun,
dan menghasilkan limbah cair pemutihan 27-30 juta kilolitertahun. Hal tersebut memerlukan
dengan biaya tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah menerapkan sistim pengolahan tertutup pada proses pemutihan pulp,
sehingga penggunaan air proses dan elati dapat dihemat, bahan pemutih yang digunakan dapat didaur ulang serta akan mengurangi dampak relatif lingkungan.
Kata kunci : Proses pemutihan, sistim tertutup, volume air, limbah buangan pemutihan, dampak lingkungan
Proses pemutihan merupakan salah satu tahap lanjutan pengolahan pulp. Untuk menghasilkan produk kertas tertentu atau turunan selulosa lain. Pemutihan bertujuan
merubah bahan penyebab warna yang masih terdapat dalam pulp, sehingga pulp memiliki derajat kecerahan yang tinggi. Terdapat dua cara pemutihan yaitu:
menggunakan bahan kimia kuat untuk menghancurkanmenyingkirkan sisa lignin dan zat ekstraktif yang masih terdapat dalam pulp; dan menggunakan bahan kimia selektif
untuk menetralisir atau merubah struktur bahan penyebab warna pada pulp, tetapi tidak menyerang lignin secara elativ. Cara pertama banyak digunakan pada pulp kimia
Dian Anggraini Han Roliadi
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN