KESIMPULAN Penyusutan Kering Oven

Gambar 7. Gua akar pohon Jelupung di bandingkan dengan 3 orang peneliti

V. KESIMPULAN

1. Luas keterbukaankerusakan hutan akibat perladangan liar di Desa Ketenong 1, Ketenong 2, Seblat dan Sungai Lisai masing-masing 5 ha, 10 ha, 6 ha dan 50 ha. Dari ke 4 Desa tersebut volume kayu yang hilang setelah jumlahnya dikalikan faktor koreksi 0,4 maka total volume kayu yang hilang menjadi 1059 m ha. 2. Potensi jumlah dan volume kayu tingkat pohon dengan tingkat tiang rata-rata 200 pohonha dan 805 m ha. 3. Parameter Parameter ekologis vegetasi yang mempunyai Nilai Indeks Penting NIP adalah pohon jelupung. Pohon ini tumbuh secara dominan dan termasuk pohon langka didunia. Tidak ada di hutan Pulau Indonesia lainnya. 4. Agar hutan yang masih Virgin di Gn. Seblat ini tetap lestari dan aman dari gangguan tangan jahil, maka disarankan agar dibangun POS Jaga yang perrmanen, serta lebih baik diusulkan untuk diberi nama Bukit KOPASSUS. 5. Khusus untuk daerah tambang emas di Desa Ketenong 1 disarankan untuk dapat dijadikan sebagai zonase wisata usaha tradisional tambang emas, karena di daerah tersebut terdapat gua ambang emas bekas galian jaman colonial belanda. 3 3 159 Analisis Kerusakan Hutan akibat Perladangan ..... Zakaria Basari PENELITIAN AWAL TEKNIS ALAT KERUK SISTEM KABEL LAYANG Oleh: Situ merupakan bagian penggunaan lahan dari suatu tata ruang Daerah Aliran Sungai DAS, yang berfungsi menampung air hujan. Sangat disayangkan banyak situ atau danau maupun sungai mengalami pendangkalan. Pendangkalan terjadi akibat sedimentasi karena buangan sampah-sampah dan kotoran lainnya. Pendangkalan harus dikeruk yang dapat dilakukan dengan berbagai alat berat jenis eksavator dengan konsekuensi biaya operasinya cukup mahal. Pada studi ini dicoba dikaji alat keruk lumpur Wesyankus, yang cara pengoperasiannya dilakukan dengan menggunakan teknologi kabel layang. Prototipe ini dibuat sebagai pengembangan alat penjepit pada proses pengeluaran kayu. Alat ini dioperasikan secara mekanik karena digerakan bukan menggunakan sistem hidraulik atau elektrik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kinerja alat termasuk kesulitan dan kelemahannya dan diharapkan prototipe yang diuji coba ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung solusi upaya pengerukan lumpur dalam antisipasi banjir. Alat keruk yang dicoba ada dua macam yaitu tipe kotak dan tipe sayap. Dari hasil percobaan diketahui produktivitas alat keruk lumpur tipe sayap lebih besar dari pada produktivitas alat tipe kotak. Meskipun demikian, hasil pengukuran alat tipe sayap ini belum maksimal, sehingga konstruksi mesin atau sistem alat keruk perlu dilakukan perbaikan. Kata kunci : Alat keruk lumpur, situ, danau, sitem mekanik, efektif, efisien, ramah lingkungan Banjir besar yang melanda luas di Ibukota Negara Jakarta di antaranya terjadi pada tahun 2001. Hal serupa juga terjadi di berbagai tempat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan wilayah Indonesia lainnya. Fenomena ini masih terus saja berlangsung walau sebenarnya hujan yang turun kadang tidak terlalu besar. Hujan merupakan pemicu terjadinya banjir, dan banjir terjadi karena beberapa faktor antara lain: pasang surut air laut rob, kondisi dan sistem pengaliran, karakteristik dan kondisi luas areal dalam mendukung daya serap air ke dalam tanah, daya tampung situsungai, jebolnya tanggul, tipe hujan dan intensitas hujan Anonim, Wesman Endom ABSTRAK

I. PENDAHULUAN