Tradisi pada Masa Nifas

11. “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai zikirnya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut. Berikut kutipan wawancara kepada Ibu Warsiah, “ Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan mitos kehamilan pada saat masa kehamilan, tidak akan saya lakukan menurut pemberitahuan orang tua kepada saya, bahwa melanggar syarat-syarat kebiasaan dan pengetahuan kehamilan akan berdampak pada kondisi anak saya nantinya, jadi tidak saya lakukan.” Pengalaman dan pengetahuan terhadap mitos ini masih dilakukan pada masyarakat. Kepercayaan ini merupakan alokasi penyampaian informasi dari orang tua ke anaknya masih terus berjalan sehingga menjadi suatu tradisi yang tidak dapat diganggu lagi. Mereka memiliki kebiasaan dan mempercayai hal-hal tersebut sebagai kelayakan yang harus dijalani, walaupun mitos tersebut tidak dapat dibenarkan. Anggapan bahwa mitos tersebut selalu dilakukan dan dapat menjauhi dari penyakit, sehingga mereka masih menjalaninya hingga sekarang.

4.9.5.2 Tradisi pada Masa Nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta ari-ari dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Secara tradisional, upaya perawatan masa nifas telah lama dilakukan dengan berdasar kepada warisan leluhur dan hal tersebut bervariasi sesuai adat dan kebiasaan pada masing-masing suku, misalnya suku Jawa yang memiliki aneka perawatan selama pasca persalinan. Berikut kutipan wawancara kepada Ibu Manisem, “ Setelah melahirkan badan jadi lemah diberi minum jamu buat nambah tenaga. Dilarang tidur telungkup, diharuskan tidur dengan cara setengah duduk, Universitas Sumatera Utara tidak boleh makan yang sembarangan. Kegiatan ini dibantu oleh orang tua saya dan merekalah yang menyiapkan segala sesuatunya.” Tradisi Jawa memiliki berbagai perawatan seperti pemeliharaan kesehatan tubuh maupun rohani. Pelaksanan tradisi ini dilakukan karena memiliki peran dalam menyampaikan informasi terhadap pengalaman-pengalaman tradisional yang dilakukan masyarakat dalam memahami arti kesehatan khususnya pada masa pasca persalianan. Kebiasaan yang masih dijalani hingga sekarang adalah bukti masih adanya unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dalam mengisi dan menentukan jalannya kehidupan manusia. Kebiasaan itu terlihat pada metode dalam perawatan seperti : 1. Perawatan kebersihan diri, terdiri dari: mandi wajib nifas, mengobati vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menempelkan pada bagian perut dengan menggunakan daun sirih. 2. Perawatan untuk menjaga dan memulihkan kesehatan tubuh terdiri dari: meminum jamu, perawatan dengan pemakaian pilis, pengurutan, bengkongan dan wowongan. 3. Perawatan untuk menjaga keindahan tubuh. terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem, duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum racikan jamu. Berikut kutipan wawancara kepada Ibu Ningsih, “Masa setelah melahirkan yang saya lakukan seperti minum jamu, pakai pilis, pengurutan, dan wowongan yang berguna untuk mengembalikan kondisi badan setelah kelelahan melahirkan dan untuk menambah darah. Kebiasaan ini juga yang sering dilakukan oleh ibu-ibu lain kalau abis melahirkan.” Universitas Sumatera Utara

4.9.5.3. Tradisi Mendem penguburan Ari-ari

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Masyarakat Pengguna Pengobatan Tradisional Shin She A Hok Tahun 2004

1 32 90

Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu bara

0 41 170

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

9 42 130

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

10 116 137

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 6 130

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 12

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 2

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 8

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 19

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 3