Konsep sakit dalam kebudayaan Jawa

4.9. Interprestasi Data

4.9.1. Konsep sakit dalam kebudayaan Jawa

Masyarakat Jawa dahulu adalah masyarakat yang percaya bahwa semua benda, binatang dan manusia mempunyai jiwa dan kekuatan ajaib. Kekuatan alam adalah hasil dari makhluk-makhluk halus. Kondisi manusia ditentukan oleh alam dan roh-roh yang menghuni alam itu. Hubungan antara manusia dan alam gaib sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Misalnya setiap orang punya jiwa dan ketika sudah meninggal rohnya punya peranan dalam kegiatan sehari-hari. Keseimbangan itulah yang diyakini mereka sebagai keharusan yang dijaga dan mendapatkan manfaatnya. Keseimbangan tersebut yang menjadikan mereka tetap patuh dan taat menjalankan adat istiadat agar dampak buruk dapat dihindarkan. Masyarakat Jawa yang ada di desa Tanah Tinggi merupakan masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa pada umumnya yang sudah lama menetap dan memiliki keturunan asli Jawa tetapi lahir dan besar di Sumatera utara. Masyarakat Jawa di desa ini masih menjalankan aktivitas kebudayaannya tetapi sudah tidak menjalankan secara utuh dan murni seperti pada kebudayaan asli pada masyarakat Jawa dahulunya yang berasal dari Pulau Jawa. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan zaman dan alkulturasi sosial, ekonomi, budaya, dan agama sehingga masyarakat pada masa sekarang ini tidak banyak yang mengerti kebudayaan secara utuh, akan tetapi konsep- konsep pengetahuan terhadap sakit dan pengobatan tradisional masih melekat hingga sekarang. Universitas Sumatera Utara Sakit memiliki banyak arti dalam kehidupan manusia, baik diartikan secara umum ataupun khusus. Pemahaman sakit akan memiliki arti yang berbeda-beda dari setiap pandangan pemikiran manusia dalam menterjemahkan arti sakit yang memiliki makna yang tertentu. Secara ilmiah penyakit disease diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya sakit illness adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit Sarwono, 1993:31. Fenomena subyektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak. Masyarakat Jawa mempunyai konsepsi sakit berdasarkan pandangan kebudayaan mereka masing-masing terhadap berbagai penyakit, demikian halnya pada kasus pemahaman terhadap arti sakit maupun penyakit berdasarkan persepsi kebudayaan Jawa. Pada umumnya masyarakat di Indonesia mempersepsikan bahwa sakit sebagai gangguan atau rasa tidak nyaman dalam tubuh. Kebudayaan Jawa memiliki pengetahuan sakit dalam memberi pengaruh terhadap anggapan sakit yang diartikan sebagai hubungannya dengan kegiatan sehari-hari. Sakit terjadi terhadap orang yang memiliki perasaan tidak enak, perubahan terhadap kelainan fisik yang dirasakan atau tidak enak badan, terganggunya aktivitas dalam kehidupan sehari-hari atau tidak bisa bekerja. Sakit yang disebabkan oleh penyakit seperti batuk, pilek, flu, penyakit kulit, sariawan, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan gangguan yang dianggap ringan yang sering tidak dianggap sakit oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan, walaupun masyarakat mengalami penyakit ini, dirinya tidak Universitas Sumatera Utara menghiraukan penyakit tersebut, karena penyakit itu lazim terjadi. Berikut kutipan wawancara dengan Ibu Sawen yaitu : “Sakit itu, kalau bagi saya ngak enak makan, minum terasa sakit, ngak bisa kerja, badan terasa berat, kepala pusing, pokoknya badan terasa ada yang mengganjal. Kalau anak saya sakit gejalanya seperti ngak mau makan, menangis terus, rewel, gak mau main”. Kutipan wawancara di atas diperkuat dari hasil wawancara dengan Ibu Warsiah adalah sebagai berikut : “Kalo sakit batuk, pilek ataupun meriang saya masih menyempatkan bekerja. Terkadang sakit kayak gitu dibiarkan aja nanti baik sendiri. Kalau sakit udah parah baru saya gak bekerja” Sakit adalah perasaan tidak nyaman dan perasaan individual yang tidak dapat dirasakan atau dibagi dengan orang lain. Setiap individu akan merasakan reaksi dan persepsi yang berbeda karena sakit menyangkut dua aspek yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi faktor-faktor seperti budaya, usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman masa lalu. Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa sakit sebagai suatu kondisi yang berbeda-beda menurut masing-masing individu manusia. Perbedaan tersebut tampak pada bagaimana mereka menjelaskan arti sakit yang benar-benar sakit atau hanya sakit yang belum tentu dianggap sakit oleh orang lain. Arti sakit memiliki banyak makna yang berbeda-beda dari satu individu dengan individu masyarakat lainnya. Hal ini terjadi karena penilaian arti sakit juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masyarakat dari budaya yang melekat yang sudah lama terjadi dan terus-menerus Universitas Sumatera Utara hingga sekarang. Walaupun defenisi terhadap sakit berbeda tetapi memiliki persamaan pada berbagai aspek kebudayaan seperti situasi dan kondisi yang memiliki klasifikasi keadaan sakit pada tubuh manusia. Budaya sakit seperti pada keadaan di atas menjelaskan bagaimana masyarakat tidak terlalu memperhatikan kesehatannya apabila mengalami gejala sakit tersebut. Mereka beranggapan bahwa penyakit yang sering mereka alami ini tidak menjadi suatu halangan bagi mereka untuk tetap bekerja serta menjalankan aktifitasnya. Pandangan bahwa sakit adalah seringnya dirasakan gangguan, berakibat penyakit diangggap sudah sembuh, karena rasa sakit sudah tidak terasa lagi. Pandangan budaya tentang sakit dan penyakit umumnya dilihat dari penyebabnya. Akan tetapi mereka juga beranggapan bahwa sakit yang sebenarnya adalah mereka yang tidak berdaya untuk bekerja lagi dan diharuskan banyak beristirahat di rumah serta tidak boleh meninggalkan tempat tidur. Pengetahuan sakit dapat dijelaskan sebagai kondisi terganggunya kondisi fisik semata. Sakit hanya tercipta karena melemahnya kondisi tubuh yang terkena virus dan bakteri penyakit yang mengakibatkan tubuh manusia tidak berada pada kondisi sebelumnya pada waktu sehat. Sakit pada masyarakat memiliki skala dalam menentuan terjadinya gejala sakit. Masyarakat mengartikan bahwa sakit terdiri dari sakit yang ringan dan sakit yang parah. Sakit yang ringan artinya sakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan obat yang mereka dapat disekitarnya. Obat ini yaitu obat yang berupa ramuan obat yang mereka buat sendiri dari bahan tumbuhan obat dan obat yang dapat mereka beli yang berupa pil, kapsul, puyer dan lain sebagainya, yang mereka Universitas Sumatera Utara dapatkan di warung-warung dan kedai yang ada di sekitar mereka. Berikut kutipan wawancara dengan ibu Mulianti, ”Untuk sakit ringan, seperti sakit kepala, pilek, dan batuk biasanya saya coba dulu obat warung sebanyak satu atau dua tablet, dan biasanya sembuh. Biasanya makan sebutir sesudah makan, kalau belum sembuh, makan lagi satu butir. Kalau sudah dirasa sembuh, ya tidak makan obat lagi. Obat tradisional kadang-kadang juga digunakan, misalnya bawang dicampur dengan minyak kelapa untuk boreh kepala anak saya yang sakit panas” Keadaan sakit dalam pandangan masyarakat terjadi tidak hanya berasal dari gejala yang terjadi pada fungsi fisiologis, sakit juga dapat berasal dari suatu agen lain yang menyebabkan terjadinya sakit. Agen inilah yang tidak dapat dijelaskan melalui pengetahuan medis semata yang menampilkan beberapa proses yang tidak lazim terjadi, tetapi memilki peran penting dalam menyampaikan makna sakit melalui konsep budaya tertentu yang memiliki peran dalam menjelaskan arti sakit umumnya. Konsep budaya inilah yang dapat memahami arti suatu gejala penyakit yang tidak dapat dijelaskan secara medis modern, tetapi dapat dijelaskan oleh budaya, kebiasaan dan pengalaman mereka yang menjadi pengetahuan terhadap penjelasan tidak dapat dijelaskan oleh medis modern pada umumnya. Berikut kutipan wawancara dengan Ki Sarjan yaitu : “Sakit bukan hanya yang diderita dari oleh tubuh seperti sakit pada umumnya, ada juga orang yang juga mengalami sakit diakibatkan oleh perbuatannya sendiri, misalnya melanggar pantangan tertentu yang dilarang di desa ini yang berkaitan dengan hal-hal yang gaib dan tabu, sehingga kena penyakit, bahkan ada yang sampai meninggal karenanya.” Universitas Sumatera Utara Kutipan wawancara di atas diperkuat dari hasil wawancara dengan Ibu Sawen adalah sebagai berikut : “ Anak saya pernah mengalami sakit yang aneh, seluruh badannya lumpuh sampai bidan pun gak tau sakit apa, setelah saya tanya dukun rupanya, anak saya sudah dikerjai oleh orang. Menurut penjelasan si dukun rupanya anak saya melakukan hal yang ngak gak disenangi yaitu mencuri hewan ternak yang dimiliki orang tersebut.” Berikut juga kutipan wawancara yang mempertegas kutipan wawancara di atas oleh Mbah Lamiah “Saya pernah mengalami demam tinggi, mual-mual, dan setengah bagian wajah saya mengalami pengbengkakan. Pembengkakan tersebut mengakibatkan wajahnya mengalami luka yang parah dan bau busuk. Penyakit ini dilakukan oleh makhluk halus penunggu ladang saya ” Penyakit dan peristiwa sakit dianggap terjadi ketika keseimbangan atau harmoni terganggu. Penyakit dianggap terjadi karena adanya hubungan yang tidak harmonis antar manusia dan kekuatan gaib, atau sesama manusia yang menyebabkan dorongan kekuatan gaib melalui sihir. Untuk itu penyembuhannya ditujukan untuk memperbaiki hubungan yang rusak atau terganggu menurut cara-cara budaya Jawa. Persepsi masyarakat bahwa sakit dapat disebabkan oleh sihir dan berbagai kekuatan gaib masih banyak diyakini oleh masyarakat desa. Budaya Jawa terkenal dengan sesuatu yang terkadang tidak rasional, bahkan terkadang ilmu medis modern masih sulit menerimanya ketika fakta menunjukkan kesembuhan seseorang bisa dicapai melalui hal yang berbau kepercayaan terhadap tradisi, mistik dan sangat berakar pada aspek budaya. Universitas Sumatera Utara

4.9.2. Peran sakit sebagai Sarana Mempererat Solidaritas

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Masyarakat Pengguna Pengobatan Tradisional Shin She A Hok Tahun 2004

1 32 90

Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu bara

0 41 170

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

9 42 130

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

10 116 137

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 6 130

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 12

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 2

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 8

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 19

Strategi Petani Dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol,Sawi Putih Dan Wortel Di Tanah Karo (Studi Kasus: Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab. Tanah Karo)

0 0 3