Bidang Tak Komutatif RUANG TAK KOMUTATIF

14 sehingga dengan penguantuman kanonis, diperoleh [ˆ π j , ˆ x l ] = −~δ l j = − e 2 Bǫ ij [ˆ x i , ˆ x l ], II.11 atau [ˆ x i , ˆ x l ] = i 2~ eB ǫ il . II.12 Jika dibandingkan dengan persamaan II.4, maka θ il = 2~ eB ǫ il , i, l = 1, 2. II.13 Hal ini berkaitan dengan aras-aras Landau.

2. Bidang Tak Komutatif

Ditinjau kasus ruang tak-komutatif yang paling sederhana yakni bidang yang tidak komutatif dan himpunan C ∞ R 2 , C. Selanjutnya hendak dibentuk aljabar tak komutatif C ∞ R 2 , C, +, ⋆ 2 , yakni dengan membentuk perkalian tak komutatif an- tara fungsi-fungsi anggota himpunan C ∞ R 2 , C melalui pemetaan P − 1 2 : O 2 → C ∞ R 2 , C. Pada kasus bidang tak komutatif, koordinat-koordinat x 1 , x 2 merupakan observabel, sehingga wakilan operator liniernya ˆ x 1 , ˆ x 2 bersifat Hermitan. Untuk itu ditinjau himpunan S R 2 ⊂ C ∞ R 2 , C yang beranggotakan fungsi-fungsi licin yang semua turunannya orde berapapun meluruh lebih cepat daripada 1|~r| N , N = 1, 2, . . ., ketika |~r| → ∞. Setiap fungsi φ ∈ S R 2 disebut sebagai fungsi yang meluruh dengan cepat rapidly decreasing function[Dunford dan Schwartz , 1971] 1 . Untuk setiap φ = φ~r = φx 1 , x 2 ∈ S R 2 , terdapat padanannya di ruang 1 S R 2 disertai operasi penjumlahan membentuk suatu ruang vector yang dikenal sebagai ruang fungsi Schwartz yang terdefinisikan pada R 2 . Secara umum ruang fungsi Schwartz dapat didefinisikan pada ruang R D , D = 1, 2, . . ., dan selanjutnya dilambangkan dengan S R D , D = 1, 2, . . . dengan D adalah dimensi ruang yang menjadi domain dari tiap-tiap anggota S R D . 15 momentum-2 [Dunford dan Schwartz , 1971] ˜ φ~p = ˜ φp 1 , p 2 = h − 1 Z ∞ −∞ φ~re − i ~ ~ p·~ r d 2 x, II.14 dan sebaliknya φ~r dapat dinyatakan sebagai transformasi Fourier balik φ~r = h − 1 Z ∞ −∞ ˜ φ~pe i ~ ~ p·~ r d 2 p. II.15 Pemetaan ˆ W := P 2 | S R2 memetakan tiap anggota S R 2 ke ˆ W [S R 2 ] ⊂ O 2 , de- ngan perkalian pada O 2 digantikan menjadi perkalian tak komutatif menurut kaitan [ˆ x j , ˆ x k ] = iθ jk , j, k = 1, 2. II.16 Bayangan φ di ˆ W [S R 2 ] adalah ˆ W [φ] = ˆ φ = h − 1 Z ∞ −∞ ˜ φ~pe i ~ p j ˆ x j d 2 p. II.17 Jika didefinisikan operator ˆ T ~p ˆ T ~p := e i ~ p j ˆ x j , II.18 maka persamaan II.17 dapat dituliskan sebagai ˆ φ = h − 1 Z ∞ −∞ ˜ φ~p ˆ T ~pd 2 p. II.19 Bayangan balik operator ˆ φ dapat diperoleh dengan menggunakan sifat-sifat 16 operator ˆ T ~p, yakni ˆ T † ~p = ˆ T −~p; II.20 ˆ T ~p ˆ T ~ p ′ = ˆ T ~p + ~ p ′ e − i 2~2 p i p ′ j θ ij ; II.21 tr ˆ T ~p = h 2 δ 2 ~p. II.22 Persamaan II.21 diperoleh dengan menggunakan rumus Baker-Campbell-Hausdorff, sedangkan persamaan II.22 dibuktikan pada lampiran A. Jika ˆ φ dikalikan dari kanan dengan ˆ T † ~ p ′ dan dilanjutkan dengan mengambil trace operator ˆ φ ˜ T † ~ p ′ , diperoleh tr[ ˆ φ ˆ T † ~ p ′ ] = h Z ∞ −∞ ˜ φ~pe i 2~2 p j p ′ k θ jk δ 2 ~p − ~ p ′ d 2 p = h ˜ φ~ p ′ , II.23 atau ˜ φ~p = h − 1 tr[ ˆ φ ˆ T † ~p], II.24 sehingga dengan menggunakan persamaan II.15, diperoleh φ~r = h − 2 Z ∞ −∞ e i ~ ~ p·~ r tr[ ˆ φ ˆ T † ~p]d 2 p. II.25 Pemetaan ˆ W merupakan pemetaan bijektif dari S R 2 menuju ˆ W [S R 2 ]. Andaikan ˆ W [S R 2 ] subaljabar dari O 2 , +, · dengan perkalian pada O 2 merupakan perkalian yang tidak komutatif menurut kaitan II.16 2 . Perkalian antara operator-operator ˆ φ 1 , ˆ φ 2 , . . . , ˆ φ n ∈ ˆ W [S R 2 ] adalah ˆ φ 1 ˆ φ 2 · · · ˆ φ n = h −n Z ∞ −∞ · · · Z ∞ −∞ ˜ φ 1 ~p 1 ˜ φ 2 ~p 2 · · · ˜ φ n ~p n 2 Asumsi ini benar jika S R 2 , +, ⋆ 2 , dengan ⋆ 2 perkalian tak komutatif yang hendak diturunkan bentuk eksplisitnya, merupakan suatu aljabar asosiatif tak komutatif di atas lapangan kompleks. 17 = e − i 2~2 θ lm P n jk p l j p m k ˆ T n X j =1 ~p j d 2 p 1 · · · d 2 p 2 . II.26 Jika kedua ruas persamaan II.26 dikalikan dari kanan dengan ˆ T † ~p dan diambil nilai trace-nya, maka diperoleh tr[ ˆ φ 1 ˆ φ 2 · · · ˆ φ n ˆ T † ~p] = h 2−n Z ∞ −∞ · · · Z ∞ −∞ ˜ φ 1 ~p 1 ˜ φ 2 ~p 2 · · · ˜ φ n ~p n ×e − i 2~2 θ lm P n jk p l j p m k e i 2~2 θ lm P n j=1 p l j p m ×δ n X j =1 ~p j − ~pd 2 p 1 · · · d 2 p n . II.27 Dengan mengalikan kedua ruas persamaan II.27 dengan he i ~ ~ p·~ r dan dilanjutkan den- gan pengintegralan ke seluruh nilai p 1 , p 2 , diperoleh ˆ W − 1 [ ˆ φ 1 ˆ φ 2 · · · ˆ φ n ] = h − 2 Z ∞ −∞ e i ~ ~ p·~ r tr[ ˆ φ 1 ˆ φ 2 · · · ˆ φ n ]d 2 p = h −n Z ∞ −∞ · · · Z ∞ −∞ ˜ φ~p 1 ˜ φ~p 2 · · · ˜ φ n ~p n e i ~ ~ p·~ r ×e − i 2~2 θ lm P n jk p l j p m k d 2 p 1 · · · d 2 p n = e i 2 θ lm P n jk ∂ ∂x j l ∂ ∂xk m φ 1 ~r 1 φ 2 ~r 2 · · · φ n ~r n ~ r 1 =···=~ r n =~ r := φ 1 ⋆ 2 φ 2 ⋆ 2 · · · ⋆ 2 φ n ~r II.28 yang merupakan definisi perkalian tak komutatif antara anggota-anggota S R 2 , untuk n = 2 φ 1 ⋆ φ 2 ~r = e i 2 θ lm ∂ ∂x1 l ∂ ∂x2 m φ 1 ~r 1 φ 2 ~r 2 ~ r 1 =~ r 2 =~ r = φ 1 φ 2 ~r + ∞ X n =1 i 2 n 1 n θ j 1 k 1 · · · θ j n k n × ∂ n φ 1 ∂x j 1 · · · ∂x j n ~r ∂ n φ 2 ∂x k 1 · · · ∂x k n ~r, II.29 18 yang merupakan anggota S R 2 . Dengan demikian ⋆ 2 merupakan operasi biner pa- da S R 2 . Karena menurut persamaan II.28 perkalian ⋆ 2 bersifat asosiatif, maka S R 2 , +, ⋆ 2 merupakan aljabar asosiatif tak komutatif di atas lapangan kompleks. Hal ini juga membuktikan kebenaran asumsi bahwa ˆ W [S R 2 ] merupakan subaljabar dari O 2 , +, ·. Karena ˆ W = P 2 | S R2 dan P 2 bersifat bijektif, maka perkalian ⋆ 2 merupakan perkalian tak komutatif pada C ∞ R 2 , C sehingga terbentuklah aljabar C ∞ R 2 , C, +, ⋆ 2 yang asosiatif dan tidak komutatif di atas lapangan kompleks. Perkalian ⋆ 2 disebut sebagai perkalian-bintang star-product yang terdefinisikan pada bidang R 2 tak komutatif.

3. Ruang Minkowski Tak Komutatif