Ruang Minkowski Tak Komutatif

18 yang merupakan anggota S R 2 . Dengan demikian ⋆ 2 merupakan operasi biner pa- da S R 2 . Karena menurut persamaan II.28 perkalian ⋆ 2 bersifat asosiatif, maka S R 2 , +, ⋆ 2 merupakan aljabar asosiatif tak komutatif di atas lapangan kompleks. Hal ini juga membuktikan kebenaran asumsi bahwa ˆ W [S R 2 ] merupakan subaljabar dari O 2 , +, ·. Karena ˆ W = P 2 | S R2 dan P 2 bersifat bijektif, maka perkalian ⋆ 2 merupakan perkalian tak komutatif pada C ∞ R 2 , C sehingga terbentuklah aljabar C ∞ R 2 , C, +, ⋆ 2 yang asosiatif dan tidak komutatif di atas lapangan kompleks. Perkalian ⋆ 2 disebut sebagai perkalian-bintang star-product yang terdefinisikan pada bidang R 2 tak komutatif.

3. Ruang Minkowski Tak Komutatif

Penurunan bentuk perkalian-bintang yang terdefinisikan pada bidang R 2 di- lakukan berdasarkan kenyataan bahwa dalam mekanika kuantum koordinat-koordinat x j merupakan observabel yang berarti memiliki wakilan operator linier yang Hermi- tan di ruang Hilbert H. Penjabaran konsep ruang-waktu R 4 tak komutatif yang diiku- ti dengan pendefinisian perkalian-bintang pada ruang-waktu R 4 analog dengan pen- jabaran konsep bidang tak komutatif. Tetapi hal ini terkendala oleh kenyataan bahwa dalam bahasan mekanika kuantum waktu bukanlah observabel melainkan suatu pa- rameter, sehingga tidak terdapat operator linier yang Hermitan bagi waktu 3 . Dalam pembahasan teori medan, waktu dan ruang bukan lagi suatu observabel melainkan su- atu parameter, sehingga dapat dilakukan pembentukan ruang-waktu yang tidak komu- tatif dengan memperkenalkan operator-operator linier yang Hermitan di ruang Hilbert 3 Kedudukan waktu dalam mekanika kuantum masih menjadi perdebatan hingga kini. Beberapa fisikawan salah satunya adalah Goswami. Hal ini dapat diacu pada [Goswami , 1997] menyatakan tidak terdapat operator waktu. Namun andaikan waktu merupakan suatu observabel keberadaan op- erator linier yang hermitan bagi observabel waktu tidak dimungkinkan secara matematis [Dwandaru dkk , 2004]. 19 H bagi parameter ruang-waktu x µ yang mematuhi kaitan komutasi [ˆ x µ , ˆ x ν ] = iθ µν , µ, ν = 0, 1, 2, 3. II.30 Kuantitas θ µν merupakan komponen suatu tensor kontravarian antisimetris dengan rank 2 yang [L] 2 [L] adalah dimensi observabelbesaran panjang. Kaitan komutasi pada persamaan II.30 menyebabkan aljabar O 4 , +, · di atas lapangan kompleks tidak lagi komutatif, dan melalui pemetaan P − 1 4 ketidakko- mutatifan aljabar O 4 , +, · mengimbas terbentuknya aljabar C ∞ R 4 , C, +, ⋆ yang tidak komutatif di atas lapangan kompleks, dengan perkalian ⋆ adalah perkalian tak komutatif yang hendak dicari bentuk eksplisitnya. Untuk mencari bentuk eksplisit perkalian ⋆ dilakukan penurunan yang analog dengan penurunan bentuk eksplisit perkalian-bintang pada bidang R 2 tak komutatif. Ditinjau S R 4 ⊂ C ∞ R 4 , C, di mana setiap ψ = ψx = ψ~r, t ∈ S R 4 mempunyai padanan di ruang k berdimensi 4 yang diperoleh melalui transformasi Fourier ˜ ψk = 2π − 2 Z ∞ −∞ ψxe − ik µ x µ d 4 x, II.31 dan ψx dapat dinyatakan sebagai transformasi Fourier balik dari ˜ ψk ψx = 2π − 2 Z ∞ −∞ ˜ ψke ik µ x µ d 4 k. II.32 Dengan adanya pemetaan ˆ W 4 := P 4 | S R4 , maka bayangan ψx di ˆ W 4 [S R 4 ] ⊂ O 4 adalah ˆ ψ = ˆ W 4 [ψ] = 2π − 2 Z ∞ −∞ ˜ ψke ik µ x µ d 4 k, II.33 20 dan bayangan baliknya di S R 4 adalah ˆ W − 1 4 [ ˆ ψ] = ψx = 2π − 4 Z ∞ −∞ e ik µ x µ tr[ ˆ ψ ˆ T † k]d 4 k, II.34 dengan operator ˆ T k didefinisikan sebagai ˆ T k := e ik µ ˆ x µ II.35 yang memiliki sifat-sifat yang mirip dengan ˆ T ~p = ˆ T p 1 , p 2 pada persamaan II.20, II.21, dan II.22, yakni ˆ T † k = ˆ T −k; II.36 ˆ T k ˆ T k ′ = ˆ T k + k ′ e − i 2 θ µν k µ k ′ ν ; II.37 tr[ ˆ T k] = 2π 4 δ 4 k. II.38 Persamaan II.38 merupakan analogi sifat pada persamaan II.22 [Sochichiu , 2004]. Perkalian tak komutatif ⋆ pada S R 4 didefinisikan sebagai ˆ W − 1 4 [ ˆ ψ 1 ˆ ψ 2 · · · ˆ ψ n ] := ψ 1 ⋆ ψ 2 ⋆ · · · ⋆ ψ n = 2π 4 Z ∞ −∞ e ik µ x µ tr[ ˆ ψ 1 ˆ ψ 2 · · · ˆ ψ n ˆ T † k]d 4 k = e i 2 θ µν P n jk ∂ ∂x j µ ∂ ∂xk ν ψ 1 x 1 ψ 2 x 2 · · · ψ n x n x 1 =...=x n =x , II.39 sehingga untuk n = 2, diperoleh hasil yang serupa dengan II.29 ψ 1 ⋆ ψ 2 x = e i 2 θ µν ∂ ∂xµ ∂ ∂yν ψ 1 xψ 2 y x =y 21 = ψ 1 ψ 2 x + ∞ X n =1 i 2 n 1 n θ µ 1 ν 1 θ µ 2 ν 2 · · · θ µ n ν n × ∂ n ψ 1 ∂x µ 1 · · · ∂x µ n x ∂ n ψ 2 ∂x ν 1 · · · ∂x ν n x. II.40 Persamaan II.40 menyatakan bahwa ψ 1 ⋆ ψ 2 ∈ S R 4 , dan dari persamaan II.39 jelas bahwa S R 4 , +, ⋆ merupakan aljabar asosiatif tak komutatif di atas lapangan kompleks. Dengan memberlakukan perkalian ⋆ pada C ∞ R 4 , C ⊃ S R 4 , diper- oleh aljabar asosiatif tak komutatif C ∞ R 4 , C, +, ⋆ dengan S R 4 , +, ⋆ subaljabar dari C ∞ R 4 , C, +, ⋆. Perkalian ⋆ disebut sebagai perkalian-bintang yang didefin- isikan pada ruang-waktu R 4 . Suatu ruang yang menjadi basis bagi aljabar asosiatif yang tak komutatif itu disertai dengan metrik Minkowski disebut ruang Minkowski tak komutatif .

4. Sifat-Sifat Perkalian Bintang