Posisi HMI FISIP Dalam Menyikapi Situasi Yang Tidak Berpihak Dengan Rakyat.

tersebut cukup menjadi persoalan bagi komisariat dan organisasi mahasiswa yang lain. Namun dengan prinsip gerakan kerakyatan, komisariat masih tetap konsisten dalam hal mengawal gerakan mahasiswa. Sesuai dengan yang dikatakan Dedi Andika Ketua Umum Badan Kordinasi BADKO HMI Sumut yang sebelumnya juga pernah menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan pada periode 2009-2011 bahwa : “Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU memiliki karakter yang berbeda jika dibandingkan HMI Komisariat sekawasan Kota Medan. Kondisi tersebut karena, secara kajian keilmuan sangat mendukung kader dalam ber-HMI. HMI FISIP USU tetap stabil dalam hal gerakan, ditengah kemunduran HMI sekawasan mengenai gerakan ”. Wawancara Tanggal 22 Januari 2012

3.3. Posisi HMI FISIP Dalam Menyikapi Situasi Yang Tidak Berpihak Dengan Rakyat.

Konstruksi nilai gerakan di HMI Komisariat FISIP USU telah menjadi satu dasar tersendiri bagi komisariat untuk menegaskan posisi selain konstitusi HMI. Berdasarkan pemahaman nilai-nlai kerakyatan yang dimiliki komisariat, pandangan komisariat terhadap pemangku kebijakan atau pemerintah hampir selalu bersifat miring. Hal tersebut dikarenakan HMI Komisariat FISIP USU berpandangan bahwa dalam situasi yang berkembang pemerintah menganut sistem neoliberal. Sistem neoliberal pada praktiknya telah diterapkan pemerintah bangsa Indonesia. Walaupun belum ada secara resmi pernyataan pemerintah di depan publik terkait sistem ekonomi neoliberal yang diterapkan. Alasan HMI Komisariat FISIP USU menilai pemerintah telah menerapkan sistem neoliberal karena UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lahirnya produk-produk kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat. Seperti terdapatnya privatisasi dan swastanisasi terhadap aset-aset sumber daya alam negara, swastanisasi terhadap lembaga-lembaga sektor formal pendidikan, kesehatan. Privatisasi dan Swastanisasi sumber-sumber daya yang dimiliki negara telah menjauhkan peran dan fungsi pemerintah terhadap rakyat. Kondisi seperti itu dianggap akan mengakibatkan semakin jauhnya kesejahteraan bagi rakyat. Pengetahuan bahaya dari agenda neoliberal terus disebarkan di komisariat. Penyebaran pengetahuan tersebut meliputi: materi-materi diskusi secara formal maupun non formal, simbol-simbol, tulisan-tulisan, dan demonstrasi. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU berada pada posisi yang berlawanan terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap merugikan dari pemilik otoritas. Sasaran gerakan penolakan komisariat bisa disampaikan pada pemegang otoritas lembaga-lembaga negara, bisa terhadap pihak kampus dan bisa terhadap lingkungan sekitar. Hal ini tergantung sasaran dari isu atau wacana yang dibawa. Penilaian terhadap kebijakan dianggap merugikan atau tidak, tergantung dari hasil diskusi-diskusi yang dilakukan. Sebelum menentukan langkah aksi yang harus diambil untuk menyikapi situasi yang tidak mendukung, maka terlebih dahulu pengurus komisariat mengadakan diskusi dan manajemen aksi. Domain untuk melakukan manajemen aksi hanya melibatkan internal komisariat, jika hanya aksi tunggal komisariat saja. Sebaliknya jika aksi-aksi yang dilakukan komisariat diperluas dengan menggabungkan ke organisasi-organisasi lain aliansi, maka manajemen aksi akan melibatkan setiap perwakilan organisasi yang tergabung. Mengenai berbagai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA macam bentuk aksi yang dilakukan, hal tersebut tergantung dari hasil manajemen aksi. Foto 03. Selebaran Wacana-Wacana Provokativ di Depan Pintu Kantin Penolakan-penolakan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan tidak jarang dilakukan. Penolakan-penolakan dilakukan melalui berbagai media. Sejauh ini pengamatan penulis, gerakan penolakan terhadap kebijakan yang dilakukan HMI Komisariat FISIP USU yaitu: berbentuk penyebarluasan tulisan- tulisan dan simbol-simbol yang bersifat provokatif, aksi-aksi simbolis, dan aksi- aksi yang mengerahkan massa demonstrasi. Foto 04. Aksi Mahasiswa Menolak RUU PT, di Depan Pintu 1 USU. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Foto 05. Aksi Bakar Lilin Pada Malam Ulang Tahun Kemerdekaan, Dalam Rangka Merefleksikan Kembali Kemerdekaan Indonesia. Aksi-aksi lapangan yang dilakukan komisariat sama seperti aksi-aksi lain yang terkadang menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol yang dilakukan mempunyai makna dari pesan yang ingin disampaikan. Bentuk-bentuk aksi sedemikian dikemas untuk menarik perhatian publik, terutama dengan memanfaatkan media massa media cetak dan media elektronik. Seperti informasi yang penulis dapatkan dari Eka Hermawan yang merupakan pengurus HMI Komisariat FISIP USU: „‟Simbol-simbol yang kami tunjukkan disaat aksi mempunyai makna, makna dari simbol tersebut dapat tertuju kepada massa aksi, masyarakat luas dan pemerintah. Seperti yang kami lakukan disaat aksi, kami bakar lilin saat aksi refleksi. Bakar lilin mempunyai makna bagi kami, bahwasannya kita semua masih ditutupi oleh kegelapan, maka penting bagi kita untuk keluar dari kegelapan dengan berusaha untuk lebih baik. Simbol-simbol dalam aksi juga digunakan untuk menarik perhatian media. Ketertarikan media untuk meliput merupakan hal yang penting, karena itu sangat membantu kami dalam mnyampaikan pesan yang ingin kami sampaikan lewat aksi. Maka dari itu, dalam melakukan aksi kami juga dituntut untuk terus memunculkan ide-ide kreatif untuk mewarnai aksi kami‟‟.Wawancara Tanggal 28 Januari 2012. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.4. Jaringan Sosial HMI Komisariat FISIP