Aksi HMI Komisariat FISIP USU di Kampus Kenaikan SPP.

 Skenario aksi merupakan penentuan gambaran aksi yang akan dilakukan seperti: aksi damai, aksi chaos, semi chaos  Settingan aksi akan menentukan pengaturan waktu dan tempat dari awal sampai aksi selesai seperti: dimulai dari penentuan titik, selanjutnya menentukan kelokasi mana yang dituju disesuaikan dengan waktu. Aksi yang terkoordinir dengan baik akan berjalan sesuai dengan apa yang telah disepakati dimanajemen aksi. Dapat berjalan atau tidak kesepakatan tersebut, hal itu tergantung dari kematangan berpikir dan bersikap dari masing-masing pihak. Setelah aksi selesai biasanya akan dilakukan evaluasi aksi. Evaluasi aksi untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari aksi yang dilakukan dari setiap poin yang telah disepakati. Hasil dari evaluasi aksi juga akan merekomendasikan sejumlah proyeksi yang akan dilakukan kedepan. Proyeksi tersebut dapat berupa pertemuan-pertemuan selanjutnya, dan juga dapat berupa aksi lanjutan yang akan dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan yang akan diambil dalam pertemuan tersebut.

4.4.1. Aksi HMI Komisariat FISIP USU di Kampus Kenaikan SPP.

Keputusan dari biro rektor untuk menaikkan uang SPP mahasiswa tahun ajaran 2010 dan tahun-tahun berikutnya telah mengundang HMI Komisariat FISIP USU untuk bereaksi. Reaksi yang ditunjukkan komisariat pada saat itu terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan penolakan terhadap kebijakan tersebut seperti; penyebaran tulisan-tulisan terkait kenaikan uang SPP USU dengan tujuan memprovokasi mahasiswa, aksi yang mengerahkan massa komisariat atau demonstrasi ke gedung biro rektor. Salah satu reaksi yang ditunjukkan tepat pada Tanggl 27 Mei 2010, aksi komisariat bersama beberapa organisasi mahasiswa yang sudah tergabung dalam aliansi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdirinya aliansi ini merupakan hasil dari rangkaian aktifitas komisariat untuk menolak kenaikan uang SPP. Aliansi terdiri dari beberapa organisasi mahasiswa di antaranya; seluruh komisariat HMI yang ada di USU, seluruh PEMA fakultas yang ada di USU, Front Mahasiswa Nasionalis, dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya. Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pada Tanggal 25 Mei 2010 di gedung PEMA USU, aliansi sepakat untuk melakukan aksi demontrasi di gedung Biro Rektor USU pada Tanggal 27 Mei 2010. Hari Kamis bertepatan dengan Tanggal 27 Mei 2010, mahasiswa yang tergabung dalam aliansi sebelum melakukan aksi di biro rektor, mereka terlebih dahulu kumpul di depan gedung Fakultas Hukum USU pada pukul 09.00. Sesuai dengan kesepakatan, tempat ini merupakan titik yang strategis untuk mahasiswa berkumpul. Pada waktu itu, jumlah mahasiswa yang terkumpul sekitar 200 mahasiswa kurang lebih. Mahasiswa yang sudah terkumpul melakukan aksi mimbar bebas. Aksi ini dilakukan dengan setiap perwakilan dari organisasi menyampaikan pandangan politiknya terkait dengan kenaikan uang SPP USU. Dalam penyampaian pandangan tersebut masing-masing perwakilan menyampaikan informasi terkait kenaikan uang SPP, serta dampak negatif dari kenaikan uang SPP USU. Sasaran dari penyampaian ini adalah mahasiswa yang sedang melintasi di lokasi tersebut. Tujuan dari penyampaian tersebut untuk memprovokasi mahasiswa lain, hal itu guna mahasiswa lain ikut bersimpati dan dapat bergabung bersama. Selain dari itu, mahasiswa juga melakukan pembakaran ban bekas. Pembakaran ban bekas ini bertujuan untuk mengundang perhatian dari mahasiswa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lainnya. Dalam penyampaian pandangan oleh setiap perwakilan organisasi, mereka juga sesekali meneriakkan yel-yel yang dapat menggugah semangat perlawanan Hidup Mahasiswa sebanyak 3 kali. Sebelum bergerak dari situ, mahasiswa juga membentuk lingkaran untuk mengitari ban bekas yang telah dibakar. Beberapa perilaku yang ditunjukkan mahasiswa saat mengitari ban yang dibakar tersebut seperti; mahasiswa berlari-lari kecil mengitari ban yang terbakar, mahasiswa juga sesekali melakukan lompatan-lompatan kecil dan proses tersebut dilakukan sambil mahasiswa menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang biasa dinyanyikan saat mahasiswa turun ke jalan. Proses tersebut merupakan aksi pemanasan. Hal itu bertujuan untuk membakar semangat massa aksi, sehingga ada perasaan di massa aksi untuk semakin yakin melakukan perlawanan. Proses tersebut merupakan rangkaian aktifitas yang sering dimainkan mahasiswa saat melakukan aksi. Kondisi seperti itu bahkan sangat menyerupai ritual atau upacara. Sesuai dengan dikatakan Max Glukman dalam Santoso, 1986:23, pemberontakan dilihat sebagai proses permanen yang secara konstan dapat berakibat pada hubungan-hubungan politik. Sedangkan upacara-upacara dilihatnya sebagai cara untuk mengungkapkan konflik-konflik dan pada waktu yang sama mentradensinya dengan menegaskan kebersatuan masyarakat. Saat menjalankan proses tersebut, aksi dipimpin oleh Tim Dinamisator Lapangan. Tim ini merupakan salah satu perangkat aksi yang telah dimandatkan saat pertemuan manajemen aksi. Tim Dinamisator Lapangan bertugas untuk mendinamisir semangat massa aksi, sehingga semangat massa aksi dapat terus terjaga selama aksi berlangsung. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan pada manajemen aksi, maka tepat pada pukul 10.30, massa aksi meninggalkan lokasi titik kumpul. Titik massa aksi selanjutnya adalah setiap fakultas yang ada di USU. Perjalanan massa aksi ke setiap fakultas di komandoi oleh pimpinan aksi. Tujuan massa aksi mendatangi setiap fakultas di USU yaitu mengkampanyekan isu kenaikan uang SPP USU yang merugikan mahasiswa, mengajak mahasiswa yang lain untuk bergabung dalam massa aksi. Kunjungan massa aksi ke setiap fakultas saat itu menghabiskan waktu sekitar satu jam setengah. Fakultas yang tidak sempat didatangi adalah Fakultas Keperawatan, psikologi, dan Kedokteran. Hal tersebut dikarenakan waktu yang sudah terbatas. Hasil dari perjalanan massa aksi ke setiap fakultas menjadikan jumlah massa aksi bertambah, jumlah massa aksi yang terkumpul lebih kurang sekitar 600 mahasiswa. Massa aksi selanjutnya menuju ke gedung Biro Rektor USU. Kedatangan massa aksi ke gedung biro rektor sekitar pukul 12.00. Massa aksi mendatangi gedung ini untuk mendapatkan penjelasan langsung dari Rektor USU, perihal kenaikan uang SPP. Di gedung biro rektor juga pada saat itu, sudah terlihat pihak keamanan kampus langsung berjaga-jaga untuk pengamanan. Pihak keamananan langsung terlihat berbaris di depan pintu masuk biro rektor. Saat tiba di lokasi, tim humas dari massa aksi langsung berkomunikasi dengan pihak bertugas di biro rektor. Komunikasi ini bertujuan menjelaskan perihal maksud dan tujuan kedatangan massa aksi. Massa aksi saat sampai di depan gedung langsung merapikan barisan massa aksi. Proses yang berlangsung tersebut diiringi dengan suara-suara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perlawanan terhadap rektorat dari massa aksi. Sementara menunggu konfirmasi dari pihak rektorat terkait yang dikomunikasikan dari tim humas aksi, pimpinan aksi tetap memimpin untuk melanjutkan rangkaian aksi. Rangkaian aksi yang berlanjut seperti; pimpinan aksi mempersilahkan kepada setiap perwakilan dari organisasi untuk berorasi menyampaikan pandangan politiknya, mempersilahkan kepada tim dinamisator lapangan untuk tetap menjaga semangat massa aksi dengan nyanyian-nyanyian perjuangan. Dalam proses ini juga sesekali muncul ketegangan antara pihak keamanan kampus dengan massa aksi. Beberapa hal yang membuat ketegangan antara massa aksi dan pihak keamanan kampus di antaranya; massa aksi kurang setuju jika mendapatkan pengaman yang berlebihan, petugas keamanan bukan yang diinginkan menjumpai mereka, adanya anggapan pejabat- pejabat di dalam gedung merupakan tempat mereka mengadu dan bukan sebaliknya, mereka harus berhadapan dengan pihak keamanan, dan serta mahasiswa dan pihak keamanan mempunyai sejarah bahwa mereka pernah berbenturan. Sekitar 20 menit dari kedatangan massa aksi di biro rektor, pihak humas USU yang diwakili oleh Bapak Bisru Hafi menjumpai massa aksi. Kedatangan beliau menyampaikan pesan dari rektor, pesan tersebut adalah bapak rektor bersedia beraudiensi dengan perwakilan massa aksi. Perwakilan dari massa aksi yang diinginkan menjumpai bapak rektor adalah minimal 3 orang dan maksimal 5 orang. Mendengar hal tersebut, pewakilan dari setiap organisasi atau dalam hal ini adalah korlap langsung membentuk diskusi kecil. Diskusi kecil dilakukan untuk memutuskan mengenai nama-nama yang akan beraudiensi dengan pihak rektor. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sesuai dengan kesepakatan dari diskusi kecil adalah mengirimkan perwakilan sejumlah 5 orang. Massa aksi mengirimkan perwakilannya dengan harapan perwakilan tersebut dapat beraudiensi dengan rektor, dan hasil dari audiensi tersebut dapat mempengaruhi kebijakan rektor untuk membatalkan kenaikan uang SPP. Hal tersebut karena massa aksi yang terdiri dari beberapa elemen sudah bergabung dan menolak kenaikan uang SPP tersebut, sehingga kedatangan massa aksi di depan gedung biro rektor dapat menjadi tekanan terhadap kebijakan rektor. Massa aksi sangat meyakinkan bahwa mahasiswa yang tidak ikut dalam aksi juga mendukung mereka. Anggapan seperti itu memungkinkan mereka untuk turun lagi melakukan demonstrasi dengan jumlah massa yang lebih besar. Hal itu akan mereka lakukan jika keputusan dari rektor tidak berubah. Supaya tujuan massa aksi dapat tercapai, maka perwakilan tersebut harus berusaha untuk melobi pihak rektorat untuk tidak menaikkan uang SPP. Dalam hal untuk mempengaruhi kebijakan, lobi dikenal dengan metode aksi yang paling lunak. Seperti yang dikatakan Robert Saliburry dalam Lofland, 2003:286-287 bahwa: „‟Lobi merupakan bentuk paling dangkal dalam mempengaruhi kebijakan yang melibatkan usaha-usaha yang vulgar. Tiga variasinya adalah lobio professional, mobilisasi konstitusi dan interaksi informal antara elit kelompok dengan elit target. Dalam sebuah representasi, juru bicara kelompok dianggap telah mewakili kepentingan kelompok secara terbuka menurut mekanisme lembaga yang menentukan kebijakan kelas. Mobilisasi komprehensif juga dilakukan untuk menyatukan kelompok- kelompok kepentingan dengan organisasi lain yang tujuan jangka panjangnya untuk mobilisasi dukungan masyarakat luas. Sebagai usaha untuk mengendalikan mekanisme kebijakan pemerintah dengan kata lain perjuangan diplomatis atau santun melibatkan persuasi tawar-menawar ‟‟. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pertemuan antara rektor dan perwakilan mahasiswa berlangsung sekitar 30 menit. Pertemuan itu tidak menghasilkan kesimpulan seperti yang diinginkan mahasiswa, sehingga perwakilan tersebut kembali bergabung dengan massa aksi. Begitu sampai di barisan massa aksi, perwakilan mahasiswa tersebut menyampaikan hasil dari diskusinya dengan rektor. Massa aksi yang mendengar kesimpulan bahwa kenaikan uang SPP USU tidak bisa dibatalkan untuk mahasiswa baru membuat massa aksi kecewa. Kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan massa aksi mulai bersorak-sorak di luar koordinir, dalam suara-suaranya mereka meminta rektor untuk berdiri dihadapan massa aksi, dan mejelaskan alasan tidak bisanya kenaikan uang SPP dibatalkan. Kondisi tersebut mengharuskan pimpinan aksi meminta kepada rektor USU untuk turun menjumpai mereka melalui pihak humas USU. Dalam kesempatan yang diberikan, ternyata humas USU tidak mampu menghadiri rektor USU dihadapan massa aksi. Rektor dalam penjelasannya melalui pihak humas USU tidak bersedia untuk turun menjumpai massa aksi dikarenakan ada agenda yang harus diselesaikan. Hal tersebut membuat kekecewaan dari massa aksi semakin bertambah. Oleh karena itu, pimpinan aksi mencoba memberi tekanan terhadap pihak USU dengan mengancam untuk masuk ke dalam gedung. Pimpinan aksi selanjutnya memimpin massa aksi untuk maju beberapa langkah ke depan. Hal ini mengakibatkan jarak massa aksi dengan pihak keamanan kampus yang membentengi pintu masuk sangat berdekatan. Emosi dari massa aksi semakin menjadi-jadi untuk langsung menerobos masuk ke UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam gedung. Pimpinan aksi yang terus memberikan aba-aba kepada massa aksi untuk berhenti, semakin tidak didengarkan oleh massa aksi. Jika emosional massa aksi dalam kondisi labil, maka pimpinan aksi akan semakin sulit berkoordinasi dengan massa aksi. Hal tersebut karena tingkah laku individu jauh lebih berani ketika dalam kerumunan massa. Individu-individu akan mudah terpancing untuk melakukan sesuatu yang tidak terduga jika dalam kerumunan massa. Sesuai yang dikatakan Gustave Le Bon dalam Santoso 1999;21, tingkah laku individu dalam suasana massa berbeda dengan tingkah laku individu biasa. Sepertinya individu lebih impulsive, mudah tersinggung, agresif, mudah terbawa arus sentiment, kurang rasional, sugestibel dan sebagainya. Massa aksi di barisan depan semakin melangkah maju akibat dorongan teman-temannya dari belakang. Hal ini mengakibatkan mereka bersentuhan langsung dengan pihak keamanan kampus. Kondisi yang semakin tidak terkendali menjadikan pihak kemanan kampus dan massa aksi saling dorong. Jumlah massa aksi yang melebihi jumlah borderan pihak kemanan membuat pihak keamanan kampus semakin terseret dan mundur kebelakang. Hal tersebut akhirnya mengakibatkan kaca jendela dan pintu masuk biro hancur. Massa aksi sebagian berhamburan di dalam gedung. Pihak keamanan kampus yang tadinya membentengi pintu terjatuh menimpa kaca yang hancur dan beberapa luka akibat pecahan kaca. Melihat kondisi tersebut, para pihak keamanan kampus semakin agresif menghalau para massa aksi. Beberapa kejadian yang terjadi selanjutnya seperti; beberapa massa aksi yang sudah jatuh di dalam gedung langsung ditangkap dan dipukuli, pihak kemananan kampus semuanya berkumpul dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mempersenjatai diri dengan pentungan, rekan-rekan massa aksi yang tidak terima kawannya ditangkap dan dipukuli mencoba memberikan perlawanan, mahasiswa mempersenjatai dirimya dengan mencari batu dan melemparkan pihak keamanan, lemparan batu balasan dari pihak keamanan sesekali juga terjadi, sebagian massa aksi yang tidak siap dengan kondisi ini berlarian kebelakang dengan kondisi yang begitu panik. Kejadian tersebut berlangsung sekitar 30 menit. Pemimpin- pemimpin dari setiap organisasi langsung berinisiatif mencoba menenangkan massanya masing-masing. Kondisi selanjutnya mulai sedikit membaik, hal ini dikarenakan setiap pemimpin organisasi berhasil menenangkan massanya. Oleh karena itu, beberapa staf dosen yang kebetulan berada di dalam gedung mencoba menenangkan situasi antara mahasiswa dan pihak keamanan kampus. Beberapa massa aksi yang diinginkan bubar oleh dosen masih bertahan, hal ini dikarenakan beberapa kawannya yang ditangkap masih di dalam gedung. Akhirnya negoisasi berlangsung antara staf dosen dan perwakilan massa aksi. Hasil dari negoisasi adalah staf pihak USU bersedia untuk melepaskan mahasiswa yang ditangkap tersebut dengan catatan mahasiswa harus bubar dan kembali kekampus masing- masing. Melihat kawan-kawannya dilepaskan, massa aksi datang menyambut. Setelah menyambut kawan-kawannya, massa aksi yang terkumpul mendapat pengarahan dari pimpinan aksi. Pengarahan tersebut adalah seruan kepada massa aksi untuk kembali kekampus masing-masing. Setelah massa aksi bubar, beberapa mahasiswa mencoba mengevaluasi hasil perjalanan aksi yang berlangsung. Evaluasi tersebut juga menghasilkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA beberapa proyeksi langkah yang harus diambil untuk menyikapi kenaikan uang SPP USU. Aksi-aksi berikutnya masih terus dilakukan, namun pasca kerusuhan titik aksi tidak lagi di biro rektor. Walaupun aksi-aksi masih terus dilangsungkan, kebijakan rektor untuk menaikkan uang SPP bersifat tetap. Sampai selanjutnya, aksi mahasiwa mengenai SPP berhenti dengan sendirinya.

4.4.2 Aksi HMI Komisariat FISIP USU Di Luar Kampus Aksi Tolak Kenaikan Bahan Bakar Minyak