Jaringan Sosial HMI Komisariat FISIP

3.4. Jaringan Sosial HMI Komisariat FISIP

Aktifitas gerakan komisariat juga tidak terlepas dari jaringan sosial yang dimiliki HMI Komisariat FISIP. Jaringan yang dimiliki HMI Komisariat FISIP USU terdiri dari beberapa bagian. Jaringan tersebut dimulai dari keluarga besar HMI Komisariat FISIP, setingkat organisasi HMI, organisasi kemahasiswaan kampus dan lintas kampus lainnya, dan organisasi masyarakat serta LSM-LSM. Jaringan yang dimiliki komisariat sangat mendukung aktifitas gerakan komisariat. Dukungan yang didapat komisariat meliputi: terbukanya akses informasi untuk komisariat, berkembangnya pengetahuan komisariat dari berbagai sudut pandang kajian pengetahuan, dapat memperbesar tekanan saat komisariat menentang kebijakan dengan membentuk aliansi. Hubungan HMI Komisariat FISIP USU dengan jaringan yang dimiliki dijaga dengan tetap bersilaturahmi. Penjagaan silahturahmi ini dilakukan oleh kepengurusan baik internal organisasi maupun eksternal organisasi. Silahturahmi jaringan internal komisariat meliputi: keluarga besar HMI Komisariat FISIP USU Calon Anggota, Anggota dan Senior serta Alumni HMI. Hubungan ini dijaga melalui agenda-agenda komisariat dengan melibatkan keluarga besar HMI Komisariat FISIP USU dan kunjungan-kunjungan kepengurusan ke rumah senior maupun alumni. Sebaliknya silahturahmi jaringan eksternal komisariat meliputi: Organisasi-organisasi di luar HMI Komisariat FISIP USU. Hubungan ini dijaga dengan mengundang organisasi-organisasi eksternal untuk membentuk forum-forum bersama dan menghadiri undangan- undangan dari organisasi eksternal HMI. Forum-forum bersama dibentuk tidak UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jarang dikarenakan adanya situasi yang perlu disikapi, seperti terdapat kebijakan yang tidak menguntungkan bagai khalayak ramai. Pengkajian-pengkajian dalam forum-forum yang dibentuk secara bersama tidak jarang menemukan suatu sikap secara bersama dengan menggabungkan aliansi organisasi yang terlibat. Sesuai dengan yang dikatakan Prof. J. F. Boissevain dalam Sokadijo, 1987:36-37, secara umum manusia akan membentuk aliansi dari berbagai pihak sebagai kebersamaan sementara untuk mencapai tujuan terbatas tertentu. Selanjutnya seperti apa yang dikatakan Sunarto, 2004:31, apabila hasil dari proses shring ini terus disosialisasikan dan dimantapkan akhirnya akan membentuk pemahaman yang sama tentang sesuatu, relatif memiliki kesamaan kesamaan pola pengetahuan, bahkan dalam banyak hal relatif memiliki artefak atau meterial yang sama. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU dalam kondisi tertentu saat melakukan aksi komisariat tidaklah tunggal, melainkan dengan melibatkan jaringan-jaringan yang dimiliki. Jaringan komisariat adalah individu atau kelompok-kelompok yang telah memiliki hubungan degan komisariat. Sesuai dengan pengertian jaringan menurut Andrian Mayer dalam Sokadijo, 1987:36- 37, jaringan adalah suatu keseluruhan hubungan-hubungan antar manusia. Dalam teori jaringan itu tak terbatas. Selera kehendak ego dari keseluruhan kehendak sejumlah orang tertentu, dapat diklasifikasikan menjadi satu berdasarkan sesuatu kriterium. Bentuk jaringan-jaringan yang dimiliki komisariat dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk. Andrian Mayer sesuai dengan defenisi jaringan, juga mengembangkan beberapa bentuk jaringan : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “ Kelompok- kelompok yang demikian itu disebut dengan „set‟. Sebagai contoh disebutnya kelas. Apabila seseorang mempunyai hubungan sementara tampa lebih lanjut, kelompok ini merupakan „set aksi‟ action set. Yang demikian kelompok orang-orang yang ingin memilih calon tertentu sebagai anggota DPRD. Aksi atau kegiatan itu sementara; hanya sampai pemilihan, kemudian bubar. Di antara anggota-anggota tidak ada ikatan, hak atau kewajiban lain. Dalam suatu “aksi” yang biasanya memegang peranan ialah “para patron dan makelar‟”. Patron ialah orang yang dapat memberi sesuatu misal, pimpinan aksi, koordinator aksi. Sumbernya sudah pasti terbatas dan ia bertanggung jawab atas perannya. Makelar adalah dia yang menjadi perantara antara pihak yang terkait. Bentuk terakhir antara individu dan kelompok yang ditunjuk oleh Mayer ialah “kelompok semu‟‟ quasi group. Ini terbentuk kalau yang termasuk suatu set aksi itu berulang kali orang-orang yang sama. Jadi dalam pola yang diusulkan oleh Mayer itu, dapat ditentukan perkembangan dari jaringan kelompok ”. Hal ini sesuai dilihat dari bentuk pola hubungan yang dilakukan misal: hubungan pengurus komisariat dengan senior maupun alumni komisariat, hubungan komisariat dengan simpatisan komisariat, hubungan komisariat antara organisasi mahasiswa, hubungan komisariat dengan organisasi yang sering tergabung dalam aliansi bersama komisariat. Selanjutnya untuk memperjelas pengertian jaringan Prof. J. F. Boissevain dalam Sokadijo, 1987:36-37, memberikan pengertian jaringan berdasarkan tiga klasifikasi: a . „‟Jaringan intim, terdiri atas dengan orang-orang yang dihubungkan dengan ego. b. Jaringan efektif, terdiri atas orang-orang yang mengenal ego, dan tetapi hubungannya tidak mendalam; c. Jaringan luas, terdiri atas orang-orang yang tidak dikenal oleh ego, akan tetapi memang dapat berhubungan dengan dia: para „teman dari teman Friends of Friends‟‟ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV STRATEGI DAN AKSI HMI KOMISARIAT FISIP USU

4.1. Penanaman Nilai HMI Komisariat FISIP USU Bagi Anggota.

Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU merupakan organisasi gerakan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai tindakan komisariat. Untuk menjalani aktifitas gerakan yang ingin dicapai komisariat, maka penting bagi komisariat untuk menyebarluaskan secara khusus nilai-nilai komisariat yang berkaitan dengan prinsip organisasi. Menurut Koentjaraninggrat 1974, nilai merupakan konsepsi-konsepsi yang ada dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti dalam hidup. Dalam hal ini, nilai yang akan disebarkan komisariat adalah konsepsi-konsepsi yang ideal bagi komisariat. Konsep-konsep hidup yang ideal bagi komisariat adalah hidup yang berarti bagi kehidupan dan sekitarnya dengan prinsip kebenaran menjadi tolak ukur. Selanjutnya Koentjaraningrat 1974-32 juga mengatakan: „‟Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatannya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya itu‟‟ Setelah nilai tersebarkan, nilai tersebut akan menjadi aturan kepada setiap anggota saat bertindak. Cara-cara anggota dalam menyikapi hidup, akan mencerminkan watak dari komisariat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA