Potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengembangan

Provinsi Sumatera Utara bersifat positip yang artinya dapat meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB.

4.2.10. Retribusi Daerah

Retribusi daerah tidak berpengaruh nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB, hal ini terlihat dari nilai t hitung = 0,886 t tabel = 4.30 pada α 5. Dapat pula dikatakan bahwa retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB dengan tingkat kepercayaan 95. Dalam penelitian ini penerimaan retribusi daerah memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap PDRB. Tidak signifikannya pengaruh retribusi daerah merupakan suatu hal yang menarik untuk dibahas dan dikaji lebih lanjut di wilayah penelitian. Penerimaan daerah dari sektor ini sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan penerimaan dari sektor pajak daerah, sehingga peneliti menduga bahwa tidak signifikannya variabel retribusi daerah karena penerimaan daerah ini merupakan penerimaan yang berasal dari balas jasa terhadap pihak ketiga.

4.2.11. Potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengembangan

Wilayah Provinsi Sumatera Utara Berbicara tentang pendapatan, terdapat dua hal penting, yaitu: pertama, pajak dan retribusi yang dipungut oleh daerah harus memfasilitasi pertumbuhan ekonomi di daerah. Intinya, bagaimana pajak dan retribusi daerah bisa menjamin bahwa investasi Universitas Sumatera Utara yang tentu saja didahului oleh tabungan dan modal tetap jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi, oleh karena itu kegiatan yang konsumtiflah yang lebih cocok untuk dikenakan pajak dan retribusi yang lebih besar, terutama konsumsi untuk kebutuhan non-primer. Kedua, pajak daerah perlu lebih menekankan pemungutan dan pembebanan pada out-put kegiatan ekonomi apabila sudah berhasil, baru kemudian dipungut, dan bukan membebani kegiatan proses kegiatan ekonomi. Dilihat dari sisi belanja, kebijakan alokasi anggaran dalam APBD harus difokuskan pada kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong investasi seperti mendorong berkembangnya industri kecil dan menengah, dll, dan bukan memacu pertumbuhan konsumsi non-primer. Dari sisi pendapatan daerah, pemungutan pajak dan retribusi daerah harus menekankan pada kelompok dan wilayah yang lebih kaya. Pajak progresif pada kasus pajak penghasilan merupakan contoh yang paling jelas tentang prinsip ini. Permasalahan prinsip yang dimiliki oleh seluruh daerah otonom pada umumnya adalah terbatasnya dana yang dimiliki. Khusus Provinsi Sumatera Utara, upaya peningkatan pendapatan daerah dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut: a. Terbatasnya kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dalam mengelola sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah jo. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Universitas Sumatera Utara b. Luasnya wilayah pengelolaan pajak daerah, topografi yang berbukitan dan areal daratan yang kurang lebih 70 persen dimanfaatkan untuk areal perkebunan sawit, karet, kopi, dan sebagainya menyulitkan kinerja para fiskus petugas pajak. c. Luasnya wilayah daratan yang pemanfaatannya untuk sektor perkebunan, pada hakekatnya merupakan “potential lose” bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara karena kontribusi dari sektor ini tidak masuk dalam Kas Umum Daerah Provinsi Sumatera Utara dikarenakan tidak adanya kewenangan Provinsi Sumatera Utara dalam pengelolaannya. Di lain pihak, keberadaan perkebunan ini pada satu sisi akan menyulitkan Provinsi Sumatera Utara untuk melakukan pengembangan wilayah pembangunan sebagai konsekuensi dari perubahan sosial masyarakat. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self supporting dalam bidang keuangan. Sebagai konsekuensi logis dari otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab maka dalam pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan daerah dituntut untuk semakin meningkatkan kemandirian keuangan. Untuk itu daerah perlu menggali sumber-sumber pembiayaan yang cukup dalam melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan, khususnya yang berasal dari PAD. Tabel 4.17. Jumlah Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000–2010 dalam juta rupiah No Tahun Pajak Retribusi Pajak + Retribusi 1 2 3 4 5 1 2000 236.257.732.337,16 9.792.038.714,61 246.049.771.051,77 2 2001 388.017.707.588,98 15.448.297.764,10 403.466.005.353,08 Universitas Sumatera Utara 3 2002 584.089.882.420,78 7.127.395.976,22 591.217.278.397,00 4 2003 861.971.364.285,47 16.928.483.236,04 878.899.847.521,51 5 2004 1.081.371.918.065,59 23.762.354.728,15 1.105.134.272.793,75 6 2005 1.301.137.842.052,10 18.852.328.395,53 1.319.990.170.447,62 7 2006 1.366.445.063.196,74 11.714.727.661,90 1.378.159.790.858,64 8 2007 1.542.346.238.040,18 13.252.921.458,47 1.555.599.159.498,65 9 2008 2.002.004.569.643,31 29.444.514.229,90 2.031.449.083.873,21 10 2009 1.834.682.281.153,91 29.456.735.871,58 1.864.139.017.025,48 11 2010 2.271.474.933.727,15 35.811.313.928,34 2.307.286.247.655,49 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tabel 4.18. Pertumbuhan dan Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Pembangunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 – 2010 No Tahun Pajak + Retribusi Pertum buhan Anggaran Pembangunan Pertum buhan Kontri busi 1 2 3 4 5 6 7 1 2000 246.049.771.051,77 -- 584.002.334.207,94 -- 42,13 2 2001 403.466.005.353,08 63,98 1.085.752.757.453,33 85,92 37,16 3 2002 591.217.278.397,00 46,53 1.192.838.161.387,13 9,86 49,56 4 2003 878.899.847.521,51 48,66 1.579.693.279.707,46 32,43 55,64 5 2004 1.105.134.272.793,75 25,74 1.898.080.426.954,74 20,15 58,22 6 2005 1.319.990.170.447,62 19,44 2.167.277.706.646,92 14,18 60,91 7 2006 1.378.159.790.858,64 4,41 2.530.284.589.371,59 16,75 54,47 8 2007 1.555.599.159.498,65 12,88 3.005.546.256.888,69 18,78 51,76 9 2008 2.031.449.083.873,21 30,59 3.750.284.403.075,14 24,78 54,17 10 2009 1.864.139.017.025,48 -8,24 3.872.577.956.356,91 3,26 48,14 11 2010 2.307.286.247.655,49 23,77 4.324.386.168.226,28 11,67 53,36 Rataan 1.243.762.785.861,47 26,78 2.362.793.094.570,56 23,78 51,41 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan uraian dan tabel di atas dapat diketahui bahwa kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap anggaran pembangunan Provinsi Sumatera Utara sangat besar yaitu rata-rata 51,41 persen per tahun. Tren biaya pembangunan dari Universitas Sumatera Utara tahun ke tahun yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah juga selalu meningkat, berarti semakin besar pajak daerah dan retribusi daerah maka akan semakin banyak kegiatan pemerintah yang dapat dilaksanakan ini menunjukkan bahwa telah terjadi pengembangan wilayah di Provinsi Sumatera Utara. Secara umum tujuan adanya pajak adalah untuk memperoleh dana yang digunakan untuk pembangunan, pertahanan negara, kesejahteraan dan pelayanan umum masyarakat serta biaya rutin administrasi negara. Dalam pelaksanaannya, faktor redistribusi dana pajak yang dipungut dari warga yang mampu dan diperuntukan warga yang kurang mampu harus dilakukan secara demokratis, sehingga tidak menimbulkan distorsi. Hal ini harus diikuti dengan adanya perwakilan untuk melakukan pengawasan. Selain untuk tujuan umum, pajak dapat pula digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya pajak atau cukai tembakaurokok dinaikkan, sehingga dampak negatif dari merokok terhadap kesehatan masyarakat berkurang. Hal ini akhirnya akan mengurangi beban Pemerintah untuk menyediakan dana bagi kesehatan. Pendidikan juga menjadi sektor yang mendapatkan alokasi pajak. Penyaluran di antaranya melalui program bantuan operasional sekolah BOS, wajib belajar sembilan tahun gratis, penyediaan alat tulis, buku pelajaran, renovasi sekolah, serta beasiswa. Dengan langkah ini diharapkan kualitas pendidikan lebih meningkat. Ini juga sebagai cara agar masyarakat ekonomi lemah memperoleh kesempatan bersekolah. Jenis pajak secara umum terbagi dalam pajak langsung dan tidak langsung. Pengenaan pajak selalu akan menimbulkan distorsi ekonomi, karenanya tugas Pemerintahlah yang harus mengatur untuk mengurangi dampak negatifnya. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakitpuskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter fungsi penerimaan di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berkenaan dengan tujuan penelitian, dapat disampaikan beberapa kesimpulan: 1. Pada perhitungan jenis pajak daerah dapat diidentifikasikan bahwa yang termasuk pajak prima: PBB-KB. Pajak berkembang: BBN-KDA. Pajak sulit dikembangkan: PKDA dan APUABT, sedangkan untuk pajak potensial: PKB dan BBN-KB. Jenis retribusi daerah berdasarkan perhitungan dapat diidentifikasikan yang termasuk retribusi yang potensial: retribusi jasa umum. Retribusi berkembang: retribusi perijinan tertentu. Retribusi sulit dikemabngkan: retribusi jasa usaha. 2. Pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap PDRB dan bersifat meningkatkan PDRB Provinsi Sumatera Utara, sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Sumatera Utara. Karena penerimaannya sangat bergantung pada balas jasa terhadap pihak ketiga sehingga jumlahnya sangat kecil. 3. Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap anggaran pembangunan Provinsi Sumatera Utara rata-rata 51,41 persen per tahun, tren anggaran pembangunan juga semakin meningkat, berarti semakin besar pajak daerah dan retribusi daerah maka akan semakin banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam rangka pembangunan wilayah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara