3.3.1. Analisis Pertumbuhan
Untuk melihat pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah tiap-tiap tahun selama periode penelitian, digunakan rumus Widodo: 1990, 22
∆X
i
= x 100
Dimana: ∆Xi adalah rasio pertumbuhan jenis pajak daerah atau retribusi daerah
Xit adalah jumlah jenis pajak daerah atau retribusi daerah tahun ke t Xi t-
1
adalah jumlah jenis pajak daerah atau retribusi daerah tahun ke t-
1
3.3.2. Analisis Tingkat Kontribusi
Untuk mengetahui tingkat kontribusi tiap jenis pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pengembangan wilayah digunakan rumus Widodo: 1990, 22:
∆X
i
= x 100
Dimana: ∆Xi adalah rasio kontribusi jenis pajak daerah atau retribusi daerah
Xi adalah jenis pajak daerah atau retribusi daerah X adalah total pajak daerah atau retribusi daerah.
3.3.3. Analisis Klasifikasi Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Overlay
Analisis Overlay dimaksud adalah untuk melihat deskripsi kegiatan jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan
dan kriteria kontribusi. Terdapat 4 kemungkinan dalam analisis overlay: a. Pertumbuhan + dan kontribusi +, menunjukkan suatu kegiatan yang sangat
dominan baik dari pertumbuhan maupun dari kontribusi;
Xit – Xi t-
1
X
i
t-
1
Xi
X
Universitas Sumatera Utara
b. Pertumbuhan + dan kontribusi -, menunjukkan suatu kegiatan yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Kegiatan ini dapat
ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang dominan; c. Pertumbuhan - dan kontribusi +, menunjukkan suatu kegiatan yang
pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar, kegiatan ini sangat mungkin merupakan kegiatan yang sedang mengalami penurunan;
d. Pertumbuhan - dan kontribusi -, menunjukkan suatu kegiatan yang tidak potensial baik dari kriteria pertumbuhan maupun kriteria kontribusi.
Untuk mengetahui jenis pajak daerah dan retribusi daerah diperlukan identifikasi atau klasifikasi kondisi yang didasarkan pada jumlah serta perkembangan
setiap jenis PAD. Identifikasi ini dilakukan dengan cara mematrik antara komposisi penerimaan dan pertumbuhan penerimaan, maksudnya adalah:
a. komposisi penerimaan yaitu total hasil setiap jenis pajak daerah atau retribusi daerah terhadap rata-rata hasil penerimaan seluruhnya;
b. pertumbuhan penerimaan yaitu kenaikan hasil perubahan penerimaan setiap jenis penerimaan pajak daerah atau retribusi daerah terhadap kenaikan atau
pertumbuhan penerimaan pajak daerah atau retribusi daerah. Secara tabel matrik komposisi penerimaan dan pertumbuhan penerimaan jenis pajak
daerah dan retribusi daerah dapat dilihat sebagai berikut Jaya: 1996, 29-30.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Matrik Komposisi Penerimaan dan Pertumbuhan Penerimaan Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Keterangan: DXi = pertumbuhan setiap jenis pajak daerah atau retribusi daerah
DX = pertumbuhan seluruh penerimaan pajak daerah atau retribusi daerah Xi = total hasil setiap jenis pajak daerah atau retribusi daerah
X = rata-rata seluruh penerimaan pajak daerah atau retribusi daerah
Berdasarkan analisis overlay dan klasifikasi pajak daerah dan retribusi daerah di Provinsi Sumatera Utara tahun anggaran 2000 sampai dengan 2010 secara garis
besar dikelompokan menjadi 4 kondisi: a. prima apabila pajak daerah atau retribusi daerah diberikan kontribusi dan
pertumbuhan sama dengan atau lebih dari 1 persen; b. potensial apabila pajak daerah atau retribusi daerah diberikan kontribusi sama
dengan atau lebih dari 1 persen sedangkan pertumbuhan kurang dari 1 persen; c. berkembang apabila pajak daerah atau retribusi daerah diberikan kontribusi
kurang dari 1 persen sedangkan pertumbuhan sama dengan atau lebih dari 1 persen;
Kontribusi Pertumbuhan
Prima Berkembang
Xi
X 1 tinggi
Xi
X 1 rendah
D
Xi DX
1 tinggi
D
Xi DX
1 rendah
Potensial Sulit Dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
Ln Y = b + b
1
Ln X
1
+ b
2
Ln X
2
+ µ
d. sulit dikembangkan apabila pajak daerah dan retribusi daerah diberikan kontribusi dan pertumbuhan kurang dari 1 persen.
3.3.4. Analisis Regresi