Pola Komunikasi Efektif Dalam Mengatasi Masalah Belajar

(1)

POLA KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM

MENGATASI MASALAH BELAJAR

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG KEGIATAN MENGATASI MASALAH BELAJAR YANG DIALAMI PESERTA DIDIK PADA PROSES

BELAJAR DI SMA NEGERI 3 PUTRA BANGSA LHOKSUKON)

SKRIPSI

HARRIS YUANDA

110922010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FALKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMENT ILMU KOMUNIKASI PROGRAM

EKSTENSI

MEDAN


(2)

POLA KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM

MENGATASI MASALAH BELAJAR

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG KEGIATAN MENGATASI MASALAH BELAJAR YANG DIALAMI PESERTA DIDIK PADA PROSES

BELAJAR DI SMA NEGERI 3 PUTRA BANGSA LHOKSUKON)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara

HARRIS YUANDA

110922010

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSI FALKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : Harris Yuanda

NIM : 110922010

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul : Pola Komunikasi Efekif Dalam mengatasi Masalah Belajar

(Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Kegiatan Mengatasi Masalah BelajarYang Dialami Peserta Didik Pada Proses Belajar di SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon)

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Dr. Iskandar Zulkarnain Msi

NIP. 19650524198903201 NIP. 1962082819870122001

Dra. Fatma Wardy Lubis M.A

DEKAN FISIP USU

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badarruddin, M.Si


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Harris Yuanda

NIM : 110922010

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul SkripsI : Pola Komunikasi Efekif Dalam mengatasi Masalah Belajar (Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Kegiatan Mengatasi Masalah BelajarYang Dialami Peserta Didik Pada Proses Belajar di SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (..…...………)

Penguji : (……….………)

Penguji Utama : (……….………)

Di tetapkan di : Ruang Sidang FISIP USU Tanggal :


(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika kemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum

yang berlaku

Nama : Harris Yuanda

NIM : 110922010

Tanda Tangan :

Tanggal :


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan anugerah dan kasih karuniaNya sehingga penulis dimampukan untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pola Komunikasi Efekif Dalam mengatasi Masalah Belajar (Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Kegiatan Mengatasi Masalah Belajar Yang Dialami Peserta Didik Pada Proses Belajar di SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon)” yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatra Utara. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan yang besar dari keluarga, terkhusus ibunda yang selalu memberi semangat dan doa. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besar kepada:

1. Bapak Dr. Iskanda Zulkarnain, MSi sebagai Dosen Pembimbing untuk kesabaran dan kebaikan hati beliau yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara. Terima Kasih atas segala bantuan dan dukungan beliau yang sangat bermanfaat bagi penulis

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara

5. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar yang rela mendidik dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswi di Depertemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

6. Kepada seluruh Kepala Sekolah Dra. Suharni Khairani, M. Pd., seluruh pengajar beserta staf di SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon yang telah memberikan kesempatan untuk meneliti di tempat mereka mengajar.


(7)

7. Kepada seluruh informan Ibu Mariani, Ibu Tabligh Diniyati, Ibu Yusrawati, Ibu Salviani, Bapak Muzakkir, Ibu Erlinawati, Ibu Keumala Sari dan Ibu Yunia Kenny atas partisipasi dan kerjasamanya.

8. Sahabat dan rekan seperjuangan dalam memberikan masukan, kritikan, dukungan moral dan doa, dalam penulisan skripsi khususnya Indah, Muhammad Yusuf, Nurhayati, Liza, Mutia Zakiyanti, Ando dan Rossa. 9. Kak Puan, Kak Hanim, Kak Maya yang telah bersedia membantu dalam

memberi waktu dan pengarahan dalam hal kelengkapan dokumen dan admistrasi

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu

Medan, 1 Februari 2014


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang kegiatan dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik di dalam proses belajar di sekolah. Sekolah tersebut adalah SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon. SMA Negeri 3 Putra Bangsa merupakan salah satu sekolah unggulan yang mempunyai sistem belajar moving kelas hingga sore hari. Pada penelitian ini kita dapat melihat kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh guru di dalam serangkaian kegiatan yang membentuk sebuah pola komunikasi yang diterapkan dalam mengatasi masalah belajar. Penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Efektif Dalam Mengatasi Masalah Belajar: Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Kegiatan Mengatasi Masalah Belajar Yang Dialami Peserta Didik Pada Proses Belejar di SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon” ini difokuskan untuk mendapatkan gambaran yang menjelaskan tentang pola komunikasi efektif dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik pada proses belajar di SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Perspektif yang digunakan di dalam peneitian adalah perspektif interpretif melaluiwawancara mendalam dan observasi sebagai pendekatan dalam memaknai fenomena. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah guru-guru mata pelajaran yang termasuk pada mata pelajaran Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Guru Konseling yang secara khusus berhubungan langsung dengan kegiatan mengatai masalah belajar. Peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif sebagai instrument menganalisa data.

Pada penelitian ini ditemukan hasil berupa adanya rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam mengatasi masalah belajar. Rangkaian kegiatan tersebut adalah mengidentifikasi masalah belajar, menciptakan proses belajar yang menyenangkan, kegiatan konseling dan membangun komunikasi dan hubungan efektif. Rangkaian kegiatan tersebut menjadi sebuah pola komunikasi yang efektif digunakan dalam mengatasi masalah belajar. Pada pola komunikasitersebut ditemukan sejumlah aktivitas komunikasi yang meliputi mengidentifikasi masalah belajar melalui komunikasi verbal dan nonverbal peserta didik, melibatkan unsur-unsur komunikasi di dalam menciptakan proses belajar yang menyenangkan dan melakukan komunikasi antar pribadi dengan melakukan pembukaan diri sehingga terjalin keakraban, saling memahami dan kepercayaan yang bertujuan untuk membangun komunikasi dan hubungan yang efektif. Seluruh kegiatan komunikasi tersebut menjadi satu kesatuan menjadi sebuah pola komunikasi efektif dalam mengatasi masalah belajar.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... v

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 7

2.2 Kajian Pustaka ... 8

2.2.1 Komunikasi ... 8

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi ... 11

2.2.3 Komunikasi Efektif ... 15

2.2.4 Proses Belajar ... 19

2.2.5 Konseling ... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 26

3.2 Objek Penelitian ... 26


(10)

3.4 Kerangka Analisis ... 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Analisa Data ... 29

3.7 Profil Sekolah ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 35

4.1.1 Karakteristik Informan ... 35

4.1.2 Penyajian Data Informan ... 37

4.2 Pembahasan ... 82

4.2.1 Mengidentifikasi Masalah Belajar ... 86

4.2.2 Membangun Proses Belajar Yang Menyenangkan ... 91

4.2.3 Kegiatan Konseling Dalam Mengatasi Masalah Belajar ... 96

4.2.4 Membangun Komunikasi dan Hubungan Yang Efektif ... 98

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 103

5.3 Implikasi Teoritis ... 104


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Konteks Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan melibatkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam sitem pendidikan, masyarakat sebagai publik eksternal, guru sebagai pendidik dan siswa-siswi sebagai peserta didik. Tempat melaksanakan pendidikan salah satunya adalah sekolah yang diwujudkan dengan adanya interaksi pada kegiatanbelajar mengajar (KBM) di dalam proses belajar.

Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan pendidikan.Sekolah memiliki sejumlah siswa yang memiliki jenis karakter, latar belakang, minat dan bakat yang berbeda-beda. Sekolah memiliki sistem yang dibuat dengan tujuan terlaksananya penyelenggaraan pendidikan.Sekolah adalah tempat melahirkan generasi bangsa yang berkualitas dari segi pengetahuan maupun sikap dan mentalitas yang baik.

Kegiatan belajar mengajar seharusnya menjadi suatu proses yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru sebagai komponen yang saling berinteraksi di dalamnya. Kegiatan belajar yang menyenangkan menciptakan suasana belajar yang baik untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal. Namun, dalam usaha mencapai tujuan belajar terdapat banyak kendala-kendala yang terjadi.

Kendala dalam proses belajar bersumber baik dari peserta didik seperti masalah keluarga, kurangnya dukungan secara materi, moril dan emotional hingga kurangnya penghargaaan serta partisipasi di dalam kelas. Kendala yang lain berasal dari guru yaitu: keadaaan sosial dan ekonomi guru,penerapan metode pengajaran yang kaku dan monoton, fasilitas mengajar yang minim dan ketidakcakapan di bidang kompetensi. Kendala tersebut muncul dari banyak faktor eksternal dan internal peserta didik.

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik(student oriented). Peran guru dalam proses pembelajaran


(12)

pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru serta tenaga profesional yang bertindak sebagai konselor dan motivator.

Guru profesional yang mempunyai sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi pendagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun kompetensi pribadi memiliki peran yang sangat penting. Bersumber dari kompetensi tersebut guru dapat menciptakan suasana kondusif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajarmenjadi nyaman dan optimal.

Guru memegang peranan penting karena berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar tergantung pada kualitas profesional guru sebagai sumber belajar utama. Pada kegiatan pembelajaran terjadi berbagai bentuk komunikasi yang melibatkan peserta didik dan guru. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika adahubungan dan komunikasi yang baik antara guru dengan peserta didik sebagai komponen yang diajar.

Sebagai seorang pendidik, guru harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang efektif terhadap peserta didik, khususnya membangkitkan motivasi agar anak didik rajin belajar. Aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Maka sangat menarik melihat apa pola komunikasi efektifguru dalam memberi solusi terbaik bagi para peserta didiknya yang bermasalah pada proses belajar.

Pembelajaran menjadi suatu proses yang menyenangkan apabila diikuti dengan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar dapat berasal dari faktor internal maupun ekternal. Faktor eksternal ini merupakan faktor yang berasal dari lingkungan orang lain terutama dari guru. Oleh sebab itu, guru perlu mengembangkan upaya-upaya kreatif dalam mempengaruhi tindakan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Guru juga akan sangat berpengaruh menumbuhkan semangat peserta didik untuk belajar karena belajar tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik. Guru harus mampu berinterkasi dengan baik dengan peserta didik dan menerapkan komunikasi yang efektif dalam menemukan


(13)

akar masalah, mencari jalan keluar dan memberi solusi terbaik bagi peserta didik yang mengalami permasalahan dalam proses belajar di sekolah.

SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon adalah satu-satunya sekolah negeri milik pemerintah di Kota Lhoksukon yang menerapkan sistem belajar berasrama(boarding school).Pakan salah satu sekolah favorit di Kota Lhoksukon dimana terdapat siswa dan siswi yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga dan pola asuh.

Selama ini sistem pembelajaran di SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon telah banyak berkembang. Pada kegiatan belajar mengajarnya SMA ini memakai sistem belajar moving class dimana peserta didik berpindah ruangan setiap pergantian mata pelajaran. Dalam menjalankan sistem belajar yang diterapkan oleh SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon didukung oleh Guru-guru dan tenaga pengajar profesional yang mengajar di sekolah ini berasal dari berbagai latar belakang bidang studi dan telah memiliki pengalaman dalam bidang mengajar. Hampir rata-rata guru PNS dan tenaga pengajar telah mendapat sertifikasi dan pelatihan baik yang diadakan oleh pemerintah maupun berbagai pihak swasta. Mereka telah dibekali pengetahuan diadik, metodik, pendagogik, berbagai bentuk model, metode pembelajaran, pengorganisasian kelas dan lain-lain.

Pada ruang belajar kita dapat melihat berbagai model penyusunan tempat duduk. Setiap ruang belajar memiliki berbagai ornamen yang menghiasi kelas. Pengorganisasian kelas dilakukan tentu saja bertujuan agar kegiatan pembelajaran menjadi semakin menarik dan para siswa termotivasi dalam belajar.

SMA Negeri 3 Putra Bangsa memiliki sistem belajar yang berbeda dengan sekolah lainnya di Kota Lhoksukon. Sistem belajar tersebut baru diterapkan selama dua tahun. Dalam menjalankan sistem belajar yang berbeda dan masih tergolong baru tersebut dilaksanakan berbagai macam kegiatan untuk mengatasi masalah belajar yang muncul.

Berkenaan dengan masalah belajar yang terjadi dalam proses belajarmenarik untuk melihat bagaimana guru-guru menerapkan pengalaman dan kecakapan kompetensi mereka dalam mengatasinya. Merekamelakukan langkah-langkah komunikasi guna mengidentifikasi, meminimalisir dan


(14)

menyelesaikanpermasalahanyang terjadi. Seluruh usaha tersebut membangun polakomunikasi yang efektif guna menyelidiki penyebab masalah dan memberikan solusi yang terbaik untuk penyelesaian permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut. Karena seseorang dapat dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan kognitif dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, perubahan afektif dan psikomotor sehingga sikap dan perbuatannya semakin hari semakin meningkat kearah yang lebih maju dan positif.

SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon memiliki banyak tenaga profesional yang mengajar berbagai bidang studi yang telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama. Sehingga masing-masing memiliki dan menerapkan teknik komunikasi yang berbeda-beda dalam mengatasi masalah belajar yang dialamipeserta didiknya di dalam proses belajar.

SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukonmemiliki tenaga ahli berupa guru konseling. Guru konseling merancang kegiatan yang bersinergi dengan sistem sekolahdalam melakukan layanan konseling sebagai salah satu kegiatan mengatasi masalah belajar yang dialamipeserta didik pada proses belajar.Peserta didik yang mengalami masalah belajar akan diselesaikan oleh guru bidang studi kemudian dilanjutkan kepada guru wali kelas dan kemudianditeruskan kepada guru konseling. Guru konseling dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam melakukan konseling untuk menyelesaikan segala permasalahan siswa dalam proses belajar.

Pada studi ini, penulis tertarik untuk menelitikegiatan yang dilakukan dalam mengatasi masalah belajar. Kegiatan yang diterapkandapat menjelaskan bagaimanapola komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah belajar yang dialami siswa-siswi dalam proses belajar diSMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menemukan informasi tentang bagaimana penerapan komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah yang terjadi pada proses belajar hingga penyelesaian masalah belajar. Peneliti ingin mengumpulkan informasi tentang bagaimana para guru menggunakan dan mengembangkan keterampilannya dalam berkomunikasi dengan para siswanya dalam mengatasi masalah belajar agar para siswa-siswi menunjukkan prestasi


(15)

belajar atau kinerjanya secara unggul.Adanya kegiatan mengatasi masalah belajar ditunjukkan melalui siswa menjadi aktif, bergairah dalam belajar, interaksi di dalam kelas mejadi interaktif dan suasana belajar yang menyenangkan itu dapat terwujud.

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti mengenaipenerapan komunikasi yang efektif.Penelitian ini diharapkankan mendapatkangambaran yang bisamenjelaskan mengenai pola komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah belajar dialamipeserta didik pada proses belajar diSMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon Lhoksukon.

1.2.Fokus Masalah

Peneliti melakukan pembatasan pada masalah yang akan ditelitidikarenakan oleh keterbatasan peneliti dan cakupan penelitian yang terlalu luas nantinya. Berdasarkan Konteks masalah di atas, maka fokus penelitian ini adalah untuk menggambarkan, menjelaskan tentang pola komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah belajaryang dialami peserta didikpada proses belajar di SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menggambarkan, menjelaskan secara mendalam tentang “Bagaimanapola komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik pada proses belajar di SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon.?”

2. Mendapatkan informasi mengenai penerapan aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik pada proses belajar di SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon.

1.4. Manfaat Penelitian


(16)

1. Manfaat akademis, sebagai syarat keilmuan untuk meraih gelar sarjana di bidang Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat praktis, memberikan informasimengenaipenerapan dan pengembangan keterampilanberkomunikasi secara efektif dalam mengatasi masalah belajar melalui kegiatan konseling.

3. Manfaat teoritis, diharapkan dapat memperkaya pengetahuan peneliti di bidang ilmu komunikasi khususnya mengenai penerapan komunikasi efektif.


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Perspektif dalam penelitian ini menggunakan perspektif interpretif. Dalam pandangan ini manusia sebagai makhluk sosial sehari-hari bukan “berperilaku”, karena “perilaku berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis seperti hewan, melainkan “bertindak”. Istilah “bertindak” mempunyai konotasi tidak otomatis/mekanistik, melainkan humanistik alamiah: melibatkan niat, kesadaran, motif-motif, atau alasan-alasan tertentu yang disebut Weber sebagai social action (tindakan sosial) dan bukan social behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan interprestasi yang tersimpan di dalam diri pelakunya. Dunia makna inlah yang perlu dibuka, dilacak dan dipahami untuk bias memahami fenomena sosial apa pun, kapan pun dan di mana pun (Vardiansyah, 2008:67).

Interpretif teori mencari sebuah pemahaman tentang bagaimana membangun memahami fenomena-fenoma melalui interaksi dan bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah kita ciptakan (miller, 2005:57). Teori-teori interpretif membantu dalam pemahaman kita mengenai sebuah fenomena sosial yang dibangun melalui hubungan komunikasi dan membantu untuk merefleksikan kerumitan antara fenomena sosial dan proses konstruksi sosial (Miller, 2005:61). Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman orang lain untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji secara empiris. Dalam uraian tentang teori tersebut, Bognan dan Biken menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi secara logis dianut bersama konsep, atau preposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian (Moleong, 2010:14).


(18)

Paradigma penelitian kualitatif adalah pendekatan dengan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Pendekatan kualitatif terus berkembang di bidang sains dan pendidikan. Proses penelitian ini dijalankan melalui pemahaman tentang pengalaman manusia dalam aneka bentuk. Penelitian kualitatif lebih berorientasi kepada upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh. Pendekatan semacam ini lebih konsisten dengan filosofi holistik di bidang sains sosial dan pendidikan. Penelitian kualitaif berangkat dari ilmu perilaku manusia dan ilmu sosial melalui penelaahannya terhadap interaksi orang-orang dengan situasi sosial dalam membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan (meaning dan discovery) (Iskandar, 2010:189).

1.2 Kajian Pustaka

Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada (Sugiono, 2010:53). Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berfikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian (Sugiono, 2010:58). Adapun teori yang peneliti anggap relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Komunikasi

2. Komunikasi Antarpribadi 3. Komunikasi Efektif 4. Proses belajar 5. Konseling

2.2.1 Komunikasi

Banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembanganilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmumanajemen, linguistik, dan sebagainya, menyebabkan banyaknya definisi tentangkomunikasi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya.


(19)

Carl I. Hovland (Mulyana, 2007:68) mendefinisikan komunikasi adalahproses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambangverbal) untuk mengubah prilaku orang lain (komunikate). Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi (Book, 1980) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku (Cangara, 2007:19).

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baikuntuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yangmenyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apapengaruhnya”.Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

1. Komunikator (communicator, sender, source) 2. Pesan (message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah prosespenyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yangmenimbulkan efek tertentu (Effendy, 2007:10).

Menurut Onong (Effendy, 2003:31-32) proses komunikasi terbagi atas dua perspektif yaitu:

1. Proses Komunikasi dalam perspektif psikologis

Proses komunkasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Dimana ditegaskan


(20)

bahwa pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni, isi pesan dan lambing. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. 2. Proses Komunikasi dalam perspektif mekanistis

a. Proses komunikasi secara primer b. Proses komunikasi secara sekunder c. Proses komunikasi secara linear d. Proses komunikasi secara sirkular

Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaianinformasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapatberhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak dapatmemahaminya (Widjaja, 2000:15).Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belahpihak saling memahaminya. Kualitas pada segala bentuk komunikasi menentukan keharmonisanhubungan dengan sesama individu. Adapun bentuk dari komunikasi yaitu (Effendy, 2007:7):

1. Komunikasi Personal (Personal Communication)

Terdiri dari komunikasi intra personal (Intrapersonal Communication) dan komunikasi antar personal (Interpersonal Communication).

2. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari ceramah, forum, diskusi dan seminar.Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari kampanye.

3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication). 4. Komunikasi Massa (Mass Communication).

Komunikasi yang terjadi di dalam berbagai bentuk sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang dapatdimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Dalam terjadinyakomunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yangbaik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi-fungsidari komunikasi adalah sebagai berikut(Effendy, 2004:8):


(21)

2. Mendidik (To educate) 3. Menghibur (To entertain) 4. Mempengaruhi (To influence)

Sesuai dengan fungsinya, berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu danlainnya tetapimemiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan komunikasiyaitu:

1. Perubahan sikap 2. Perubahan pendapat 3. Perubahan perilaku

4. Perubahan sosial (Effendy, 2004:8).

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi tidak dapat dielakan.Setiap individu yang hidup di muka bumi ini pasti melakukan komunikasi.Komunikasi dapat terjadi kapan saja, dimana saja berdasarkansituasional, kebutuhan dan konteks tertentu.Kita berbicara dengan diri kita, berdoa pada Tuhan dan berdialog dengan orang atau beberapa orang merupakan bentuk komunikasi yang paling sederhana, walaupun hal itu tidak sesederhana seperti kelihatannya.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai suatu hubungan dan pihak-pihak yang dipengaruhi oleh pesan-pesan komunikasidiantara satu dengan yang lainya (Devito, 2008:130). Komunikasi antarpribadi ini dapat berkembang dari komunikasi antara dua orang menjadi komunikasi yang melibatkan sekelompok kecil orang, seperti anggota keluarga, hubungan antara tiga dan empat teman, pekerja atau kenalan. Hal ini diuraikan oleh Devito(1985)yang mendefinisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan 3 sudut pandang definisi utama:

1. Berdasarkan Komponen

Komunikasi antarpribadi didefinisikan dengan mengamati komponen-komponen utamanya,yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.


(22)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.Sebagai contoh dapat dilihat pada contoh hubungan komunikasi antarpribadi antara ibu dengan anak, pramuniaga dengan pelanggan, guru dengan murid, dan lain-lain.Definisi ini disebut juga definisi diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang tertentu, bahkan pada hubungan persahabatan juga dapat dilihat hubungan antarpribadi yang terjalin antara dua sahabat.

3. Berdasarkan Pengembangan

Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai proses (pengembangan) dari komunikasi yang bersifattidak pribadi menjadi komunikasi pribadi atau yang lebih intim.Ketiga definisi diatas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengankomunikasi antarpribadi dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, sertabahwakomunikasi antarpribadi dapat berubah apabila mengalami suatu pengembangan(Devito, 1985:169-197).

Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkanada fungsi yang dari komunikasi antarpribadi itu sendiri. Fungsi komunikasi antarpribadi adalahberusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik pribadi,mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman denganorang lain (Cangara, 2007: 60). Selain itu, komunikasi antarpribadi memiliki berbagai tujuan. Adapun tujuan-tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu caramengenal diri sendiri adalah melelui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku lain. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil yang dari apa yang kita pelajari tetntang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.


(23)

Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak hal yang sering kita bicarakan melalui komunikasi antarpribadi mengenai hal-hal yang disajikan di media massa.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-dari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

4. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Singkatnya banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Bercanda dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena memberi suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

6. Membantu orang lain

Kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antar pribadi (Fajar, 2002:78-80).

Self-Disclosure

Komunikasi yang dilakukan tanpa mengena sasaran, maka yang akan disalahkan adalah komunikatornya. Komunikator adalah pengambil inisatif


(24)

terjadinya suatu proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesan (Cangara, 2007:85). Hal tersebut hanya akan tercapai dengan cara membuka diri.

Membuka diri berarti mengkomunikasikan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain (Devito, 2010:65). Salah satu model inovatif untuk memahami tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi insani adalah Jendela Johari oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebut dengan jendela johari (Johari Window).

Gambar 2.1. Jendela Johari

Diketahui diri Tidak diketahui

Sendiri diri sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang lain

Sumber: (Bebe, 2008:56)

Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain.

1 Terbuka

2 Gelap

3 Tersembunyi

4


(25)

Kuadran 1, melukiskan suatu kondisi dimana antara seorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Kuadran 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.

Kuadran 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Kuadran 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka.

1.

Ada berbagai keuntungan dalam melakukan sel-disclosure. Keuntungan dari Self-Disclosureadalah:

2.

Pemahaman tentang diri, salah satu keuntungan dari self-disclosure

adalah mendapatkan perspektif yang baru tentang diri, sebuah pemahaman yang dalam tentang diri.

3.

Komunikasi dan Hubungan yang efektif, memahami pesan orang lain

secara lebih luas dapat melebarkan pemahaman tentang orang lain, self-disclosure adalah suatu keadaan untuk saling memahami.

Kesehatan Psikologi, dengan melakukan self-disclosureberarti belajar

bagaimana berbagi informasi dengan orang lain tentang berbagai permasalahan dan bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut (Devito, 2007:68).

Semua orang tentu saja mengharapkan komunikasi yang dilakukannya efektif.Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss paling tidak menimbulkan lima hal yaitu:

2.2.3 Komunikasi efektif

1. Pengertian, pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.

2. Kesenangan, komunikasi dimaksudkan untuk menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan.

3. Pengaruh pada sikap, komuikasi dilakukan agar komunikan bertindak sesuai harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri


(26)

4. Hubungan yang semakin baik, dengan berkomunikasi maka akan tercipta hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan.

5. Tindakan, menimbulkan tindakan adalah indiator efektivitas dari komunikasi. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses komunikasi. (Rahkmat, 2007:13-16).

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi efektif.Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif.Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin sukses komunikasinya (Efendy, 2003:45-49).

1. Ganguan

a. Ganguan mekanik (mechanical, channel noise) b. Gangguan semantik (semantik noise)

2. Kepentingan

3. Motivasi terpendam 4. Prasangka

Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpestasikan pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim.Kenyataannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya, 2009:34).

Kegagalan dalam komunkasi yang timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang sebenarnya dimaksud pengirim dengan apa yang oleh penerima diduga dimaksud oleh pengirim, bersumber pada sejumlah faktor berikut (Johnson, 1981):

1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional dan social atau cultural. 2. Sering kita mendengarkan dengan maksud sadar maupun tidak sadar untuk


(27)

3. Sering kita gagal menangkap maksud konotatif di balik ucapannya kendatikita sepenuhnya tahu arti denotative kata-kata yang digunakan oleh pembicara.

4. Kesalahfahaman atau distorsi dalam berkomunikasi sering terjadi karena kita tidak saling mempercayai (Supratiknya, 2009:34).

Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut “The condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi berikut sebagai berikut:

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberkan tanggapan yang dikehendaki(Efendy, 2003:41).

Bagaimana mengirimkan pesan secara efektif? Menurut Johnson (1981), ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu: Pertama, kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami. Kedua, sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima. Ketiga, kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima.Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan (Supratiknya, 2009:35).

Menurut teori penilaian sosial terdapat tiga faktor yang sangat berperan menentukan apakah suatu idea atau pernyataan akan masuk kedalam wilayah penerimaan atau penolakan yaitu sebagai berikut. 1) Krediblitas narasumber. 2) Ambiguitas pesan. 3) Pemikiran Dogmatis (Morrisan, 2010:28).


(28)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya terdapat dua faktor penting untuk diperhatikan dalam merumuskan pesan dengan baik, yaitu:

1. Faktor pada komponen komunikan

Dengan memperhatikan syarat tersebut jelaslah, mengapa expert komunikator memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan komunikan dan mengapa “know your audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi. Sebabnya ialah karena penting sekali mengetahui:

1. Timing yang tepat untuk suatu pesan

2. Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti 3. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif

4. Jenis kelompok di mana komunikan akan dilaksanakan 2. Faktor pada komponen komunikator

Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yakni kepercayaan terhadap komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiveness) (Efendy, 2003:42).

Media Komunikasi

Dikomunikasikannya pesan seperti itu tidaklah cukup dengan memperhatikan timing dan placingseperti disarankan oleh Wilbur Schramm. Tetapi bagaimanapun juga, menurut Ronny Adhikarya dalam karyanya yang berjudul “Communication Planning Strategy”dalam mengidentifikasikan pesan kita harus menentukan pesan apa yang ingin disampaikan. Ini bisa merupakan informational message, atau instructional message, atau motivational message.Bagi seorang komunikator, pemahaman mengenai sifat-sifat komunikan dan pesan komunikasi sebagaimana diutarakan diatas, akan dapat menentukan jenis media apa yang akan diambil, dan teknik komunikasi mana yang akan digunakan (Efendy, 2004:33).

Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern yang dewasa ini banyak dipergunakan. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan apa yang akan disampaikan dan


(29)

teknik yang akan dipergunakan. Media mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi. Pesan melalui media aural dapat didengarkan pada saat mata dan tangan dipergunakan untuk mengindera hal-hal lain, umpamanya mendengarkan radio ketika sedang mengendarai mobil. Pesan melalui media audio visual dapat ditangkap secara lengkap, dapat dilihat dan didengarkan (Efendy, 2007:37).

Secara umum media pendidikan pada proses belajar mempunyai kegunaaan kegunaa sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalilstis (dalam bentuk kata-kata atau tulisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Penggunaan media pendididkan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

4. Menyamakan rangsangan, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama antara guru dengan siswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda (Sadiman dkk, 2008 :18).

2.2.4 Proses Belajar

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan yakni yang berasal dari guru melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan yaitu para siswa-siswi. Setiap orang pasti pernah belajar sesuatu dalam hidupnya sejak dari pertama sekali dilahirkan. Namun apakah belajar itu? Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.” (Winkel, 1996:53).

Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu:Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlahnya),


(30)

belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses belajar. Pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memeroleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dihadapi siswa (Syah, 2010:90)

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus’ yang berarti “berjalan ke depan”. Reber dalam psikologi belajar memaparkan, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow 1985), dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni:

.

1. Faseinformasi (tahap penerimaan materi). 2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi).

3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi) (Syah, 2010:110-111).

Dalam bukunya “Essensial of Learning for Instruction” yang terbit pada tahun 1988, Gagne membagi secara konkret fase dalam proses belajar siswa menjadi:


(31)

Tabel2.1. Fase Belajar

1. Menaruh perhatian (Attention, alertness)

: Siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.

2. Menyadari tujuan belajar (Motivation, expectancy)

: Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri.

3. Menggali dari LTM (Retrieval to working memory)

: Siswa mengingat kembali dari ingatan

jangka panjang apa yang

sudahdiketahui/dipahami/dikuasai

tentang pokok-pokok bahasan yang sedang dipelajari.

4. Berpersepsi selektif (Selective perception)

: Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola perceptual.

5. Mengolah informasi di STM (Encoding; entry to LTM

storage)

: Siswa memberikan makna pada pola perceptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain menghubungkan dengan informasi lama yang sudah digali dari LTM. Hasil pengolahan dimasukkan ke LTM.

6. Menggali informasi dari LTM (Responding to question to

task)

: Siswa membuktikan melalui suatu prestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai; memberikan indikasi bahwa tujuan instruksional khusus pada dasarnya telah tercapai.

7. Mendapatkan umpan balik (Feedback; reinforcement)

: Siswa mendapat penguatan dari guru kalau prestasinya tepat; mendapat koreksi kalau prestasinya salah.

8. Memantapkan hasil belajar : Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali.

Sumber: (Winkle, 1996:317) STM (Short Term Memory) LTM (Long Term Memory)

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut proses belajar mengajar ialah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran (Syah, 2010:237). Namun sering sekali muncul berbagai macam


(32)

masalah belajar pada proses tersebut yang diakibatkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal:

Menurut W.H. Burton faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:

1. Ketidakseimbangan mental atau ganggauan fungsi mental: (a) kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial (kecerdasan); (b) kurangnya kemampuan mental, seperti kurangnya perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energy untuk bekerja atau belajar karena kurangnya makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental; dan(c) kesiapan diri yang kurang matang.

2. Gangguan fisik: (a) kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara; dan (b) gangguan kesehatan (sakit-sakitan).

3. Gangguan emosi: (a) merasa tidak aman, (b) kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi, maupun kebutuhan; (c) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan), perasaan takut yang berlebihan (phobi), perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari masalah yang dialami; dan (d) ketidakmatangan emosi (Yusuf dan Nurihsan, 2005:223).

Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam.

1. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), teman sepermainan (peer group) yang nakal.

3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah (Syah, 2010:171).

Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas peran guru profesional dan berkompetensi tinggi sangat penting dalam melakukan


(33)

langkah-langkah komunikasi sebelum menetapkan altenatif pemecahan bagi siswa/i yang mengalami permasalahan pada proses belajar.

2.2.5Konseling

Selama ini kita mendapati atau terlibat langsung dalam berbagai bentuk kegiatan konseling misalnya antara dokter dan pasien, psikolog dan kliennya baik di rumah sakit,tempat praktek, dan lembaga rehabilitasi. Selain itu konseling juga dilakukan oleh guru kepada muridnya yang bermasalah dan berprilaku menyimpang dari proses belajar.Dalam hal ini konseling sering disebut sebagai bimbingan.Dalam berbagai literatur konseling diartikan dalam bermacam-macam pengertian. Kata konseling (counceling) berasal dari Bahasa Latin yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).Dengan demikian counselium berarti people coming together to gain an understanding of problem that beset them were evident”, demikian ditulis Baruth dan Robinson (latipun, 2008:4).

Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia mampu mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya (Yusuf dan Nurihsan, 2005:6).

Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviouris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya tentang perilaku destruktif di kelas Wolpe mengemukakan peran yang harus dilakukan konselor yaitu bersikap, menerima, mencoba memaham klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai dan mengkritiknya (Latipun, 2008:140). Secara umum, siswa-siswa yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang pada pokoknya mengganggu atau merugikan orang lain maupun dirinya sendiri sering dideskripsikan sebagai manifestasi dari penyimpangan perilaku. Istilah penyimpangan perilaku sering digunakan digunakan secara bergantian merujuk pada istilah gangguan emosional


(34)

Komunikasi

Komunikasi Antar Pribadi

- Self Disclosure

- Konseling

Pola Komunikasi Efektif Proses Belajar

- Masalah belajar

(emotional disturbance) dan ketidakmampuan penyesuaian diri (maladjustment) dengan berbagai bentuk variasinya. Hal ini dapat dicermati melalui gejala perilaku atau partisipasi siswa di kelas, situasi bermain, kemampuan berkomunikasi atau berinteraksi sosial; agresi fisik, ancaman, perilaku destruktif, tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma; kelambatan dalam prestasi dan keterampilan akademik; perasaan takut, rasa bersalah dan ekspresi verbal lainya (Thalib, 2010:251).

Menurut Williamson (1961) Hubungan konseling secara umum adalah untuk membantu klien mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensinya (Latipun, 2008:45). Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar:

1) Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif. 2) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.

3) Mampu belajar secara efektif.

4) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian (Sukardi, 2008:45).

2.3 Model Teoretik

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifkasikan sebaga masalah penting (Sugiono, 2010:60). Kerangka berfikir penelitian ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.2. Sketsa Kerangka Berfikir


(35)

Dari kerangka berpikir diatas peneliti ingin mengungkapkan bagaimana para guru mengunakan kompetensi mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa mereka dalam proses belajar. Kecakapan berkomunikasi tersebut digunakan dalam mengatasi masalah belajar dan penyelesaiannya melalui kegiatan konseling. Dalam melakukan mengatasi belajarguru melakukan komunikasi antar pribadidan melakukan self disclosure untuk saling memahami masalah belajar yang dialami siswa-siswi dan melakukan pendekatan untuk mencari tahu penyebab dan mencari solusi yang terbaik. Sehingga melalui proses tersebut mendapat gambaran tentang pola komunikasi yang efektif dalam menyelesaikan masalah belajar melalui kegiatan konseling dalam menyusun pesan dan menentukan media yang digunakan terhadap siswa-siswi yang mengalami permasalahan pada proses belajar.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptifkualitatif. Creswell (dalam Iskandar, 2009:11) Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini, peneliti membuat sebuah gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang dialami. Bogdam dan Taylor (Moleong, 2010:4) mendefenisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui masalah yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan meneliti sejarah perkembangan. Penelitian sosial yang menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yangada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2010:68).

3.2Objek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi, tetapi oleh Spradley (dalam Sugiono, 2010:215) dinamakan sebagai “social situation” atau situasi sosail yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya.Objek penelitian adalah apa yang menjadi sasaran penelitian. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapisecara konkret tergambar dalam rumusan masalah penelitian (Bungin, 2010:76).


(37)

Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 3 Putra Bangsa yang beralamat di Jl. Medan-B. Aceh Km. 300 Mns. Tutong, Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Alasan pemilihan lokasi penelitian di SMA Negeri 3 Putra Lhoksukon merupakan salah satu sekolah negeri milik pemerintah yang merupakan salah satu sekolah favorit di Kota tersebut.Di sekolah ini terdapat guru-guru bidang studi dan tenaga konseling profesional dengan jenjang pendidikan S1-S2 yang mengunakan pengalamannya dalam mengajar serta melakukan kegiatan konseling guna mengatasi masalah belajar siswa pada proses belajar.

3.3Subjek Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2010:76). Dalam penelitian ini unit analisis yang dipilih adalah guru-guru sertifkasi dan honorer yang telah mengajar selama 5 tahun keatas, pernah menjabat sebagai kesiswaan, wali kelas, guru yang mata pelajarannya di ujian nasionalkan dan Guru Konseling (BK).Pengambilan peserta yang dijadikan informan tersebut memandang pengalaman mereka dalam mengatasi masalah belajarpara siswa-siswi dalam proses belajar dan penyelesaiannya dalam kegiatan konseling. Jumlah informan yang dipilih berdasar kebutuhan peneliti sampai menemukan data yang diperlukan telah mencukupi atau data telah jenuh.

3.4 Kerangka Analisis

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin teori “grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif beelangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah pengumpulan data (Sugiyono, 2010:245).


(38)

Gambar 3.1. Kerangka Analisis

(Sumber: Peneliti)

3.5 Teknik Pengumpulan Data.

Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan documenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet. Adapun teknik pengumpuan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Wawancara mendalam (in-depth interview), adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial atau keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2010:108).Pewawancara mencatat jawaban-jawaban atau direkam dengan alat perekam. Wancara dilakukan secara tak berstruktur dan responden yang diwawancarai telah ditentukan orangnya (purposive). Sebelum melakukan wawancara pewawancara meminta waktu terlebih dahulu, kapan dan dimana bias melakukan wawancara. Dengan cara ini, bertujuan menciptakan suasana wawancara yang lebih valid, sehinga data yang diperoleh lebih lengkap dan valid (Sugiyono, 2010:234).

2. Observasi, metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan menyaksikan langsung. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh Sebelum Masuk Lapangan:

- Menentukan objek dan subjek penelitian - Membuat proposal

penelitian

- Mengurus izin penelitian

Saat Berada di Lapangan

- Melakukan observasi

Setelah Selesai di Lapangan:

- Menganalisa data - Menyusun laporan


(39)

sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak (Sugiyono, 2010:227).

3. Studi pustaka, pengumpulan data dengan menggunakan literatur dan berbagai bacaan yang relevan dan mendukung penelitian, dalam penelitian yang dilakukan melalui buku-buku, jurnal dan internet (Bungin 2010:108). Teknik pengumpulan data tersebut dilakukan pada 16 Agustus 2013- 15 November 2013.

Keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar itu dapat diterapkan dan, (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusan (Moleong, 2010:320). Untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan cara perpanjangan keikutsertaan, dimana maksudnya peneliti merupakan orang yang langsung melakukan wawancara dengan para informan, dan tinggal dilapangan bersama informan sampai pada kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:

1. Gangguan dari dampak peneliti pada konteks. 2. Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.

3. Mengkonensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaaat (Moleong, 2010:327).

3.5 Teknik Analisis Data

Strategi analisis kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak di permukaan itu. Dengan demikian, maka analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah proses dan fakta bukan sekedar untuk menjelaskan fakta (Bungin, 2010:144). Bogdan dan Biken mengatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan:


(40)

2. Mengorganisasikan data;

3. Memilah-milahnya menjadi sesuatu yang dapat dikelola; 4. Menyintesiskannya;

5. Mencari dan menemukan pola;

6. Menemukan apa yang penting untuk dipelajari;

7. Memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2010:246).

Teknik analisis data deskriptif-kualitatif tidak terlalu mengutamakan makna, sebaliknya, penekanannya pada deskriptif yang menyebabkan formatnya lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya memperhatikan proses kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman data. Walaupun demikian, deskriptif kualitatif mengadopsi cara berfikir induktif (Bungin, 2010:146).

Gambar 3.2. Strategi Analisis Deskriptif Kualitatif

Sumber: (Bungin, 2010:147)

3.6Profil Sekolah

Berdasarkan data yang diberikan oleh pihak tata usaha SMU Negeri 3 Putra Bangsa maka diperoleh informasi mengenai profil sekolah sebagai berikut:

SMU Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon merupakan sekolah unggul berasrama (Boarding School) milik pemerintah Kabupaten Aceh Utara yang mulai

Kesimpulan Kategorisasi

Kesimpulan Ciri-ciri umum

Dalil

Hukum

Teori

Klasifikasi Data Data

Data

Data

Data Induktif Analisis


(41)

awal beroperasi pada tahun 2004. Sistem sekolah mengadopsi konsep pendidikan unggul kombinasi, yakni menerima input siswa yang berkualitas dan dilanjutkan dengan proses pendidikan yang berkualitas. Tenaga pengajar adalah guru-guru professional pada bidangnya masing masing yang merupakan lulusan dari Sarjan dan Pasca sarjana. Diharapkan dari system ini akan meluluskan siswa-siswi yang siap untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi ternama baik di dalam maupun luar negeri. Disamping itu dengan system ini diharapkan dapat melahirkan intelektual yang memiliki aqidah salimah, akhlakul karimah dan beramal sholeh.

A. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon

Visi: Terwujudnya peserta didik berkarakter, berprestasi, berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dilandasi iman dan taqwa.

Misi:

1. Meningkatkan prestasi akademik lulusan.

2. Membentuk peserta didik yang berkarakter dan berakhlak mulia.

3. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secra efektif sehingga setiap siswa berkembang dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

4. Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. 5. Mengembangkan penelitian siswa.

6. Meningkatkan prestasi ekstrakurikuler.

7. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan TIK. 8. Meningkatkan prestasi di bidang agama Islam.

9. Menumbuhkan keinginan untuk maju dan mengembangkan diri setiap siswa. 10.Menanamkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga

sekolah.

B. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Putra Bangsa NSS : 30.106,03.16.020.NIS. 300200

NPSN : 10110576

Alamat Sekolah : Jl. Medan-Banda Aceh Km. 300 Kec. Lhoksukon, Kabupaten Aceh utara, Aceh 14382.


(42)

C. Identitas Kepala Sekolah

Nama Kepala Sekolah : Dra. Suharni Khairani, M. Pd NIP : 19670408 199203 2 033 Pangkat/Golongan : Pembina, IV/a

Pendidikan Terakhir : S2 (Magister) Pendidikan Kimia

D. Data Siswa Tahun Ajaran 2013/2014

Tabel 3.1. Data Siswa Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Jurusan Jumlah Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

X IPA/IPS 4 35 53 88

XI IPA 2 13 21 34

XII IPA 6 48 82 130

JUMLAH 12 96 152 252

Sumber (Tata Usaha SMA Negeri 3 Putra Bangsa, 09/2013)

E. Data Guru Tahun Ajaran 2013/2014

Tabel 3.2. Data Guru Tahun Ajaran 2013/2014 Tingkat

Pendidikan Guru Tetap

Guru Bantu Pusat

Guru Tidak

Tetap Jumlah

S2 7 - - 7

S1 17 - 8 25

JUMLAH 24 - 8 32


(43)

F. Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun Ajaran 2013/2014

Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun Ajaran 2013/2014

No Jenis Ruangan Jumlah Ruang

Luas (m) Kondisi Ruang

Keterangan B RR RB

1 Ruang teori 15 1440 

2 Ruang Praktek - - Belum ada

3 Laboratorium:

- Bahasa -Kimia -Fisika -Biologi -Komputer

1 1 1 1

192 192 192 192

   

Belum ada

4 Ruang Perpustakaan 1 186  Belum

lengkap

5 Ruang Serbaguna 1 186  

6 Kantor Dewan Guru 1 96 

7 Kantor Kepala Sekolah 1 18 

8 Kantor Tata Usaha 1 96 

9 Musalla 1 144 


(44)

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Sekolah

(Sumber: Wakil Bidang Kurikulum SMA Negeri 3 Putra Bangsa, 09/2013)

Kepala Sekolah

Komite Sekolah

Bendahara Sekolah Kepala Tata Usaha

Pembina Pengajaran

Wakil Bid Kesiswaan Wakil Bid.

Humas Wakil Bid.

Kurikulum

Wakil Bid Kesiswaan

Bimbingan dan Penyuluhan

Pembina OSIS

Kepala Laboraturium

Wali Kelas X - XII

Dewan Guru


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 bulan di dapatkan data-data melalui teknik pengumpulan data observasi dan wawancara secara mendalam terhadap informan. Peneliti melalui metode pengumpulan data observasi pra penelitian telah menentukan informan sebanyak delapan orang. Adapun diantara delapan orang tersebut 7 orang diantaranya adalah guru bidang studi dan1 orang guru konseling. Delapan informan tersebut dipilih karena dianggap memenuhi karakteristik penelitian untuk dijadikan sebagai informan. Hasil yang diperoleh berasal dari wawancara mendalam dipaparkan pada penyajian data informan. Data informan tersebut di klasifikasikan sehingga ditemukan pola komunikasi yang efektif yang selama ini terdapat di dalam kegiatan dalam mengatasi masalah belajar yang dialami siswa pada proses belajar di SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon. Hasil dari penelitian ini kemudian diuraikan kedalam sebuah pembahasan.

4.1.1 Karakteristik Informan.

Dari hasil observasi sebelum peneliti melakukan penelitian maka peneliti telah menentukan delapan orang informan. Delapan orang tersebut diantaranya 7 orang adalah guru bidang studi dan 1 orang guru konseling.Penentuan delapan informan berdasarkan pengalaman para informan yang mengalami fenomena sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Adapun karakteristik dalam menentukan informan adalah guru-guru yang mengajar lebih dari 5 tahun. Guru yang telah berpengalaman mengajar selama 5 tahun atau lebih dinggap sebagai orang yang telah menggeluti profesinya secara professional dan kebanyakan telah mengikuti berbagai pelatihan atau telah mendapat berbagai sertifikasi sebagai guru. Guru-guru yang dijadikan informan oleh peneliti adalah guru yang mata pelajaran yang diampunya masuk kedalam mata pelajaran Ujian Akhir Nasional (UAN). Dipilihnya guru yang mata pelajarannya masuk ke dalam mata pelajaran UAN dikarenakan dalam proses


(46)

belajar pada mata pelajaran tersebut sering timbul masalah belajar sehingga dibutuhkan kecakapan dalam mengatasinya.

Berdasarkan pada kriteria yang telah dipaparkan maka terpilihlah 7 orang guru yang bersedia menjadi informan. Selain 7 orang guru peneliti menjadikan Guru Konseling. Peneliti menjadikan Guru Konseling sebagai informan karena Guru Konseling mempunyai tugas untuk memberikan konseling pada peserta didik guna mengatasi masalah belajar. Guru konseling adalah seorang konselor yang mengetahui semua pemasalahan peserta didik yang ada di sekolah. Berikut ini merupakan data karateristik yang termasuk kedalam daftar informan didalam penelitian ini.

Table 4.1. Daftar Karakteristik Informan

No Nama Jabatan Pengalaman

1. Mariani M. Pd. Guru Biologi/ Wali Kelas 19 Tahun 2. Tabligh Diniyati M. Pd Guru Matematika/

Pengembangan Pengajaran

16 Tahun 3. Yusrawati S. Si Guru Kimia/ Wali Kelas 10 Tahun 4. Salviani S. Pd. Guru Fisika/ Wali kelas 10 Tahun 5. Muzakkir S. Pd. Guru Matematika/ Wali

kelas

10 Tahun 6. Erlinawati S. Pd Guru Bahasa Inggris/ Wali

kelas

27 tahun 7. Keumala Sari S. Pd. Guru Bahasa Indonesia/

Wali Kelas

15 Tahun 8. Yunia Kenny AB, M. Pd. Guru Konseling/ Wali Kelas 15 tahun

(Sumber: Peneliti)

Setelah menentukan informan berdasarkan karakteristik yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Peneliti melakukan observasi dilapangan dan melakukan wawancara mendalam untuk mengumpulkan data dari sudut pandang, pengalaman dan perasaan orang yang mengalami situasi yang diteliti. Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan pada kesebelas informan maka ditemukanlah data-data yang diperlukan. Data tersebut berupa transkrip hasil wawancara yang dibuat kedalam bentuk penyajian data informan.


(47)

4.1.2 Penyajian Data Informan

Dari Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada masing-masing informan maka diperolehlah data informan yang disajikan sebagai berikut:

Informan 1 Mariani M. Pd.

(Tanggal wawancara : 4 Oktober 2013)

Informan yang pertama adalah Ibu Mariani M. Pd. Ibu Mariani yang sehari-hari disapa Ibu Mar mengajar pelajaran Biologi. Beliau memiliki pengalaman mengajar selama 19 tahun. Pada awal pelajaran Ibu Mar memberi selalu memberikan motivasi belajar terlebih dahulu sebelum sedikit arahan tentang bab yang harus dipelajari. Beliau kemudian akan menyuruh peserta didik untuk membuat catatan-catatan penting pada kartu yang telah di sediakan. Ibu Mar akan menanyakan tentang materi apa saja yang peserta didik telah pelajari dan apa saja yang mereka belum pahami dari kartu-kartu tersebut.

“Pada awal pertemuan itu saya beri motivasi dulu. Terus ada saya suruh buat kartu-kartu. Misalnya kemarin saya kasih dia bab tentang virus, itu saya suruh buat kartu, besoknya saya tanya. Kalau ada yang anak nggak mengerti, nanti dia yang tanya saya jelaskan.”

Ibu Mar memiliki sudut pandang sendiri mengenai cara dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Ibu Mar menganggap siswa SMA sudah dewasa dan memiliki tanggung jawab sehingga pada proses belajar yang dilakukannya fokus kegiatan terletak pada siswa. Ibu Mar menganggap guru sebagai fasilitator sehingga peserta didik yang lebih aktif dalam belajar (student oriented). “Kalau di SMA anak-anak lebih dewasa dan sudah punya tanggung jawab. Jadi, guru hanya sebagai fasilitator, anak-anak yang banyak bekerja.”

Ibu Mar merasa bahwa peserta didiknya bersedia memperhatikan pelajaran yang diberikannya. Agar peserta didik merasa tertarik dengan pelajarannya ia menerapkan gaya belajar yang tidak monoton. Untuk menciptakan suasana belajar tidak monoton Ibu Mar menggunakan Media belajar. “Sama saya itu nggak monoton. Kalau tentang pelajaran umumnya mereka mau memperhatikan kalau belajar dengan saya. Karena saya kan mengajar pakai LCD.”


(48)

Ibu Mar akan menunjukkan video presentasi mengenai materi yang diajarkan. Dengan media presentasi peserta didik dapat melihat langsung hal-hal yang berkaitan dengan materi sehingga membantu mereka untuk memahami isi materi yang akan dipelajari. “Orang ini belajarmisalnya tentang virus jadi, langsung saya nampakkan ini virusnya. Misalnya tentang bioteknologi pembuatan bayi tabung langsung saya nampakkan. Jadi mereka terfokus. Habis itu metode saya ini sering presentasi ke depan pakai infokus.”

Agar cara belajar peserta didik yang berbeda dapat terakomodasi dengan baik maka Ibu makan Ibu mar memberi perhatian khusus kepada peserta didik yang pemahamannya lebih lambat. Ibu Mar memilih media yang dianggap cukup efektif untuk menarik perhatian mereka. Media infokus dengan media tersebut dianggap beliau dapat membuat peserta didiknya terfokus dalam belajar. Cara lain yang ditempuh Ibu Mar dalam mengakomodasi seluruh cara belajar peserta didik adalah dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran.“Kalau saya, saya fokuskan sama anak yang lambat, Terus medianya saya pakai infokus jadi anak-anak itu terfokus. Terus metode yang saya pakai juga bermacam-macam biar anak-anak tidak cepat bosan.”

Sebagai bentuk perhatiannya kepada peserta didik yang memiliki pemahaman lamban Ibu Mar menunjuk tutor sebaya. Tutor sebaya bertugas untuk membantu siswa yang lebih lambat dalam memahami pelajaran sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk belajar. “Kalau ada yang kurang itu ditolong sama yang pandai disuruh ajarin, pakai tutor sebaya. Jadi macam-macamlah yang kita buat supaya anak-anak semuanya tertarik buat belajar.”

Ibu Mar merasa cara yang beliau lakukan selama ini sudah cukup baik dalam menghindari masalah belajar. Sehingga yang di butuhkan adalah bagaimana menjaga komunikasi yang baik dengan peserta didik sehingga masalah belajar sebisa mungkin tidak timbul. Walaupun demikian Ibu Mar tidak menyangkal masih terdapat beberapa masalah belajar yang beliau temui.

“Saya rasa dengan saya menerapkan metode pembelajaran yang berbeda-beda, saya memakai media infokus terus ada tutor sebaya. Kemudian dengan saya memberi motivasi terus-menerus kepada mereka itu nggak akan ada masalahlah.. tinggal pintar-pintar kita saja bagaimana berkomunikasi dengan mereka.”


(49)

Masalah belajar yang sering dijumpai oleh Ibu Mar adalah peserta didik yang sering terlambat datang kesekolah, malas membuat PR dan suka mengolok-olok didalam kelas. Semua masalah belajar tersebut tentu saja membutuhkan suatu cara dalam mengatasinya. “Terlambat datang kesekolah walaupun sudah jarang. Kemudian malas, misalnya orang-orang itu saja yang nggak buat PR. Terus nggak sopan misalnya suka memberi julukan untuk temannya. Dipanggil temannya “Hei.. Neng! Neng itu boneng maksudnya.”

Ibu Mar biasanya mengatasi sendiri masalah belajar yang ditimbulkan peserta didiknya. Ibu Mar mengaku tidak langsung bersikap emosional dalam mengatasi masalah belajar tersebut. Beliau menempuh langkah pendekatan seperti menanyakan permasalahan yang dialami oleh peserta didik, memberikan nasehat. Kemudian Ibu Mar akan memperhatikan perubahan sikap yang terjadi selama peserta didik di dalam pembinaan.“Biasanya saya atasi sendiri dulu. Nggak langsung kejam, marah terus itu nggak. Yang pertama-tama dirangkul dulu terus saya tanyakan apa permasalahannya, saya beri nasehat. Kemudian kita lihat perubahan sikapnya ketika kita bina.”

Sebelumnya Ibu Mar sering terkendala akibat kurangnya bahan yang disediakan sekolah sehingga harus mengeluarkan dana pribadi untuk membuat ataupun membeli media belajar. Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan maka beliau akan memanfaatkan media atau bahan-bahan yang tersedia. Ibu Mar merasa sarana dan prasarana belajar yang disediakan oleh sekolah semakin baik. Sekarang ini Ibu Mar Merasa didukung dengan adanya dana sekolah dan telah tersedianya internet yang disediakan disekolah.

“Kalau dulu alat belajar masih kurang. Kalau perlu apa-apa terpaksa kita beli pakai uang sendiri. Kalau nggak ya.. kita manfaatkan aja bahan yang ada. Kalau sekarang udah ada teknologi seperti internet. Jadi teknologi itu membuat lebih semangat. Kemudian dana sekolah pun lebih mendukung.” Masalah belajar yang dirasakan Ibu Mar yang datangnya dari pemerintah adalah perubahan kurikulum yang belum jelas beliau ketahui akan bagaimana nantinya. Namun hal tersebut bukanlah hal yang terlalu mengganggu. Sebagai guru Ibu Mar telah menyadari akan hal tersebut dan telah mempersiapkan


(1)

Diperlukan kecakapan dalam mencari tahu tentang masalah yang dialami peserta didik dan menempatkan diri pada posisinya. Biasanya peserta didik baru akan cerita kepada orang yang mereka percayai. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkadang perlu dilakukan pendekatan pada orang yang paling dekat dan dan dapat mereka percayai.

Informan 5 menganggap pendekatan antar pribadi yang baik adalah cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar. Dengan pendekatan tersebut dia merasa ada kedekatan dengan peserta didiknya sehingga memudahkannya dalam memberi nasehat dan masukkan. Dengan kedekatan tersebut peserta didik juga akan lebih mudah menerima nasehat dan masukan yang diberikan oleh beliau. Melalui kedekatan tersebut mereka merasa tidak mungkin nasehat yang diberikan akan melukai dan mencelakai mereka.

Informan 6 melakukan pendekatan komunikasi dalam mengatasi masalah belajar. Informan 6menggunakan latar belakang peserta didik untuk mengajak mereka berpikir lebih kritis mengenai segala hal terutama hal yang terjadi pada diri mereka dan lingkungan mereka. Melalui komunikasi informan 6 dapat menggali informasi lebih dalam mengenai peserta didik. Yang paling penting bagaimana seorang guru mampu dan mau menggunakan kecakapan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah belajar secara tuntas.

Informan 7 sering berkomunikasi dan melakukan diskusi dengan peserta didiknya agar hubungan mereka menjadi lebih baik. Dengan terjalinnya hubungan yang baik maka informan 7 lebih mudah dalam menerapkan model pembelajaran dan membuat peserta didiknya tertarik dengan pelajarannya. Informan 7 menggunakan pendekatan antar pibadi dalam menyelesaikan masalah belajar dengan tidak membuat siswa tertekan dan berusaha agar tidak membuat mereka malu di depan umum. Informan 7 menyusun pesan yang sesuai dan mudah dimengerti oleh para peserta didiknya.Menyusun pesan sesuai dengan daya nalar peserta didik sangat penting agar pesan tersebut dapat mudah dipahami. Untuk menyusun pesan yang mudah dipahami oleh peserta didik seorang guru haruslah benar-benar mengenal tentang keadaan dan situasi peserta didiknya.


(2)

didik kepada guru mereka. Peserta didik lebih terbuka terhadap masalah belajar yang dihadapinya dengan tidak merasa sungkan untuk mengungkapkan masalah belajar yang dialaminya. Sedangkan guru dengan memahami masalah belajar peserta didiknya dapat memberi reaksi yang tepat untuk mengatasi masalah belajar tersebut. Dengan mengurangi daerah buta dan tersembunyi komunikasi dan hubungan yang efektif dapat terwujud dan terjalin dengan baik.

Gambar 4.3.

Membangun Komunikasi dan Hubungan Yang Efektif

Informan Bentuk Komunikasi Aktivitas yang dilakukan

1 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

2 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

3 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

4 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

5 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti partner (teman/sahabat)

6 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

7 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

8 Komunikasi antar pribadi Melakukan pendekatan seperti ibu dan anak

(Sumber: Peneliti)

Kedekatan dam keakraban tersebut diperoleh melalui komunikasi antara pribadi. Salah satu cara yang dilakukan adalah pembukaan diri. Melalui pembukaan diri guru dan peserta didik dapat saling memahami masalah yang terjadi didalam proses belajar yang dialamin oleh peserta didiknya. Keadaan saling memahami satu sama lain dijadikan oleh guru untuk membangun komunikasi dan hubungan yang efektif. Para informan menggunakan kedekatan dan keakraban sebagai cara yang dipandang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pola Komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah belajar yang didapat dari penelitian ini adalah: Mengidentifikasi masalah-Menciptakan Proses Belajar Yang Menyenangkan-Kegiatan Konseling - Membangun Komunikasi dan Hubungan Yang Efektif. Semua rangkain tersebut dijadikan kedalam sebuah pola yang dimasukkan dan diterapkan kedalam sistem sekolah sehingga dapat menjadi acuan dalam kegiatan mengatasi masalah belajar.

2. Dalam menerapkan pola komunikasi yang efektif tersebut terdapat aktivitas komunikasi yang dilakukan meliputi mengidentifikasi masalah belajar melalui bahasa verbal dan nonverbal, proses belajar adalah proses berkomunikasi yang melibatkan unsur-unsur komunikasi dalam mengakomodasi cara belajar peserta didik dan menciptakan KBM yang menyenangkan, membangun komunikasi dan hubungan yang efektif dengan melakukan pembukaan diri dan melakukan pendekatan antar pribadi untuk mendapat kepercayaan klien di dalam kegiatan konseling.

5.2 Saran

1. Agar kegiatan segala kegiatan dalam mengatasi masalah belajardapat dilakukan berkesinambungan dan disertaipencatatan akumulasi persentase kasus belajar yang terjadi disekolah.

2. Sekolah berkoordinasi dengan pihak seperti pemerintah dalam memperbaiki sisten pendidikan, sarana prasarana dan infrastruktur pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

3. Sekolah dapat melaksanakan kegiatan rutin dalam rangka berkerjasama dengan orang tua peserta didik dan tokoh masyarakat agar mau bekerja sama mengatasi masalah belajar.


(4)

kreatif dalam mengembangkan metode dan media pembelajaran sehingga meminimalisir timbulnya masalah belajar.

5.3. Implikasi Teoritis

Penelitian ini secara teoritis mengungkapkan tentang realitas yang tersirat maupun tersurat dalam sebuah fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dari sudut pandang orang pertama yang mengalaminya dalam menerapkan dan mengembangkan metode khususnya di bidang Ilmu Komunikasi.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau literature yang dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian yang selanjutnya. Sehingga akan muncul penelitian-penelitian lainnya komunikasi efektif dalam mengatasi masalah belajar.

5.4. Praktis

Didalam penelitian ini diperoleh bentuk-bentuk masalah belajar belajar yang sering ditangani oleh sejumlah informan dan bagaimana mengidentifikasinya. Penelitian ini menguraikan bagaimana sebuah pola komunikasi yang efektif dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik dan dilaksanakan dalam suatu sistem sekolah. Pola komunikasi efektif tersebut dilakukan dalam bentuk kegiatan para informan mengidentifikasi masalah belajar, menciptakan proses belajar yang menyenangkan, membangun komunikasi dan hubungan yang efektif hingga kegiatan konseling yang dilakukan dalam mengatasi masalah belajar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2010. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali pers.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Devito, Joseph. A. 2008. The Interpersonal Communication Book, New York: Pearson.

_______________. 2008. Essentials of Human Communication, New York: Pearson

_______________.1985. Human Communication, Third Edition, New York:Harper & Row.

Effendy, Onong uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditiya Bakti.

____________________. 2004. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

____________________. 2007.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gubung Persada Press.

. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Gubug Persada Press.

Latipun. 2008. Psikologi Konseling, Malang: UMM Press.

Miller, Katherine. 2005. Communication Theories, New York: McGraw Hill

Morissan. 2010. Psikologi komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2010.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Sadiman dkk, 2008. Media Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Steven A. Beebe, Susan J. Beebe, Mark V. Redmond. 2008. Interpersonal Communication Relating to Other, New York: Pearson.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, Yogyakarta: Kanisius.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, Jakarta: Kencana.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika A. 2005. Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Indeks

Widjaja, A.W. 2000. Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.