Proses Belajar Kajian Pustaka

Universitas Sumatera Utara teknik yang akan dipergunakan. Media mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi. Pesan melalui media aural dapat didengarkan pada saat mata dan tangan dipergunakan untuk mengindera hal-hal lain, umpamanya mendengarkan radio ketika sedang mengendarai mobil. Pesan melalui media audio visual dapat ditangkap secara lengkap, dapat dilihat dan didengarkan Efendy, 2007:37. Secara umum media pendidikan pada proses belajar mempunyai kegunaaan kegunaa sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalilstis dalam bentuk kata-kata atau tulisan belaka. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3. Penggunaan media pendididkan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. 4. Menyamakan rangsangan, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama antara guru dengan siswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda Sadiman dkk, 2008 :18.

2.2.4 Proses Belajar

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan yakni yang berasal dari guru melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan yaitu para siswa-siswi. Setiap orang pasti pernah belajar sesuatu dalam hidupnya sejak dari pertama sekali dilahirkan. Namun apakah belajar itu? Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “Suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.” Winkel, 1996:53. Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu:Secara kuantitatif ditinjau dari sudut jumlahnya, Universitas Sumatera Utara belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.Secara institusional tinjauan kelembagaan, belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses belajar. Pengertian belajar secara kualitatif tinjauan mutu ialah proses memeroleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dihadapi siswa Syah, 2010:90 Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus’ yang berarti “berjalan ke depan”. Reber dalam psikologi belajar memaparkan, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond Barlow 1985, dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni: . 1. Faseinformasi tahap penerimaan materi. 2. Fase transformasi tahap pengubahan materi. 3. Fase evaluasi tahap penilaian materi Syah, 2010:110-111. Dalam bukunya “Essensial of Learning for Instruction” yang terbit pada tahun 1988, Gagne membagi secara konkret fase dalam proses belajar siswa menjadi: Universitas Sumatera Utara Tabel2.1. Fase Belajar 1. Menaruh perhatian Attention, alertness : Siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin. 2. Menyadari tujuan belajar Motivation, expectancy : Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri. 3. Menggali dari LTM Retrieval to working memory : Siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudahdiketahuidipahamidikuasai tentang pokok-pokok bahasan yang sedang dipelajari. 4. Berpersepsi selektif Selective perception : Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola perceptual. 5. Mengolah informasi di STM Encoding; entry to LTM storage : Siswa memberikan makna pada pola perceptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain menghubungkan dengan informasi lama yang sudah digali dari LTM. Hasil pengolahan dimasukkan ke LTM. 6. Menggali informasi dari LTM Responding to question to task : Siswa membuktikan melalui suatu prestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai; memberikan indikasi bahwa tujuan instruksional khusus pada dasarnya telah tercapai. 7. Mendapatkan umpan balik Feedback; reinforcement : Siswa mendapat penguatan dari guru kalau prestasinya tepat; mendapat koreksi kalau prestasinya salah. 8. Memantapkan hasil belajar : Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali. Sumber: Winkle, 1996:317 STM Short Term Memory LTM Long Term Memory Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut proses belajar mengajar ialah sebuah kegiatan yang integral utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran Syah, 2010:237. Namun sering sekali muncul berbagai macam Universitas Sumatera Utara masalah belajar pada proses tersebut yang diakibatkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal: Menurut W.H. Burton faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut: 1. Ketidakseimbangan mental atau ganggauan fungsi mental: a kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial kecerdasan; b kurangnya kemampuan mental, seperti kurangnya perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energy untuk bekerja atau belajar karena kurangnya makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental; danc kesiapan diri yang kurang matang. 2. Gangguan fisik: a kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara; dan b gangguan kesehatan sakit-sakitan. 3. Gangguan emosi: a merasa tidak aman, b kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi, maupun kebutuhan; c adanya perasaan yang kompleks tidak karuan, perasaan takut yang berlebihan phobi, perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari masalah yang dialami; dan d ketidakmatangan emosi Yusuf dan Nurihsan, 2005:223. Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam. 1. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2. Lingkungan perkampunganmasyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh slum area, teman sepermainan peer group yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah Syah, 2010:171. Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas peran guru profesional dan berkompetensi tinggi sangat penting dalam melakukan langkah- Universitas Sumatera Utara langkah komunikasi sebelum menetapkan altenatif pemecahan bagi siswai yang mengalami permasalahan pada proses belajar. 2.2.5Konseling Selama ini kita mendapati atau terlibat langsung dalam berbagai bentuk kegiatan konseling misalnya antara dokter dan pasien, psikolog dan kliennya baik di rumah sakit,tempat praktek, dan lembaga rehabilitasi. Selain itu konseling juga dilakukan oleh guru kepada muridnya yang bermasalah dan berprilaku menyimpang dari proses belajar.Dalam hal ini konseling sering disebut sebagai bimbingan.Dalam berbagai literatur konseling diartikan dalam bermacam-macam pengertian. Kata konseling counceling berasal dari Bahasa Latin yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor counselor dengan seorang atau beberapa klien counselee.Dengan demikian counselium berarti “ people coming together to gain an understanding of problem that beset them were evident”, demikian ditulis Baruth dan Robinson latipun, 2008:4. Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia mampu mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya Yusuf dan Nurihsan, 2005:6. Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviouris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya tentang perilaku destruktif di kelas Wolpe mengemukakan peran yang harus dilakukan konselor yaitu bersikap, menerima, mencoba memaham klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai dan mengkritiknya Latipun, 2008:140. Secara umum, siswa-siswa yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang pada pokoknya mengganggu atau merugikan orang lain maupun dirinya sendiri sering dideskripsikan sebagai manifestasi dari penyimpangan perilaku. Istilah penyimpangan perilaku sering digunakan digunakan secara bergantian merujuk pada istilah gangguan emosional Universitas Sumatera Utara Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi - Self Disclosure - Konseling Pola Komunikasi Efektif Proses Belajar