Penyajian Data Informan Hasil

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Penyajian Data Informan

Dari Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada masing-masing informan maka diperolehlah data informan yang disajikan sebagai berikut: Informan 1 Mariani M. Pd. Tanggal wawancara : 4 Oktober 2013 Informan yang pertama adalah Ibu Mariani M. Pd. Ibu Mariani yang sehari-hari disapa Ibu Mar mengajar pelajaran Biologi. Beliau memiliki pengalaman mengajar selama 19 tahun. Pada awal pelajaran Ibu Mar memberi selalu memberikan motivasi belajar terlebih dahulu sebelum sedikit arahan tentang bab yang harus dipelajari. Beliau kemudian akan menyuruh peserta didik untuk membuat catatan-catatan penting pada kartu yang telah di sediakan. Ibu Mar akan menanyakan tentang materi apa saja yang peserta didik telah pelajari dan apa saja yang mereka belum pahami dari kartu-kartu tersebut. “Pada awal pertemuan itu saya beri motivasi dulu. Terus ada saya suruh buat kartu-kartu. Misalnya kemarin saya kasih dia bab tentang virus, itu saya suruh buat kartu, besoknya saya tanya. Kalau ada yang anak nggak mengerti, nanti dia yang tanya saya jelaskan.” Ibu Mar memiliki sudut pandang sendiri mengenai cara dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Ibu Mar menganggap siswa SMA sudah dewasa dan memiliki tanggung jawab sehingga pada proses belajar yang dilakukannya fokus kegiatan terletak pada siswa. Ibu Mar menganggap guru sebagai fasilitator sehingga peserta didik yang lebih aktif dalam belajar student oriented. “Kalau di SMA anak-anak lebih dewasa dan sudah punya tanggung jawab. Jadi, guru hanya sebagai fasilitator, anak-anak yang banyak bekerja.” Ibu Mar merasa bahwa peserta didiknya bersedia memperhatikan pelajaran yang diberikannya. Agar peserta didik merasa tertarik dengan pelajarannya ia menerapkan gaya belajar yang tidak monoton. Untuk menciptakan suasana belajar tidak monoton Ibu Mar menggunakan Media belajar. “Sama saya itu nggak monoton. Kalau tentang pelajaran umumnya mereka mau memperhatikan kalau belajar dengan saya. Karena saya kan mengajar pakai LCD.” Universitas Sumatera Utara Ibu Mar akan menunjukkan video presentasi mengenai materi yang diajarkan. Dengan media presentasi peserta didik dapat melihat langsung hal-hal yang berkaitan dengan materi sehingga membantu mereka untuk memahami isi materi yang akan dipelajari. “Orang ini belajarmisalnya tentang virus jadi, langsung saya nampakkan ini virusnya. Misalnya tentang bioteknologi pembuatan bayi tabung langsung saya nampakkan. Jadi mereka terfokus. Habis itu metode saya ini sering presentasi ke depan pakai infokus.” Agar cara belajar peserta didik yang berbeda dapat terakomodasi dengan baik maka Ibu makan Ibu mar memberi perhatian khusus kepada peserta didik yang pemahamannya lebih lambat. Ibu Mar memilih media yang dianggap cukup efektif untuk menarik perhatian mereka. Media infokus dengan media tersebut dianggap beliau dapat membuat peserta didiknya terfokus dalam belajar. Cara lain yang ditempuh Ibu Mar dalam mengakomodasi seluruh cara belajar peserta didik adalah dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran.“Kalau saya, saya fokuskan sama anak yang lambat, Terus medianya saya pakai infokus jadi anak- anak itu terfokus. Terus metode yang saya pakai juga bermacam-macam biar anak-anak tidak cepat bosan.” Sebagai bentuk perhatiannya kepada peserta didik yang memiliki pemahaman lamban Ibu Mar menunjuk tutor sebaya. Tutor sebaya bertugas untuk membantu siswa yang lebih lambat dalam memahami pelajaran sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk belajar. “Kalau ada yang kurang itu ditolong sama yang pandai disuruh ajarin, pakai tutor sebaya. Jadi macam-macamlah yang kita buat supaya anak-anak semuanya tertarik buat belajar.” Ibu Mar merasa cara yang beliau lakukan selama ini sudah cukup baik dalam menghindari masalah belajar. Sehingga yang di butuhkan adalah bagaimana menjaga komunikasi yang baik dengan peserta didik sehingga masalah belajar sebisa mungkin tidak timbul. Walaupun demikian Ibu Mar tidak menyangkal masih terdapat beberapa masalah belajar yang beliau temui. “Saya rasa dengan saya menerapkan metode pembelajaran yang berbeda- beda, saya memakai media infokus terus ada tutor sebaya. Kemudian dengan saya memberi motivasi terus-menerus kepada mereka itu nggak akan ada masalahlah.. tinggal pintar-pintar kita saja bagaimana berkomunikasi dengan mereka.” Universitas Sumatera Utara Masalah belajar yang sering dijumpai oleh Ibu Mar adalah peserta didik yang sering terlambat datang kesekolah, malas membuat PR dan suka mengolok- olok didalam kelas. Semua masalah belajar tersebut tentu saja membutuhkan suatu cara dalam mengatasinya. “Terlambat datang kesekolah walaupun sudah jarang. Kemudian malas, misalnya orang-orang itu saja yang nggak buat PR. Terus nggak sopan misalnya suka memberi julukan untuk temannya. Dipanggil temannya “Hei.. Neng Neng itu boneng maksudnya.” Ibu Mar biasanya mengatasi sendiri masalah belajar yang ditimbulkan peserta didiknya. Ibu Mar mengaku tidak langsung bersikap emosional dalam mengatasi masalah belajar tersebut. Beliau menempuh langkah pendekatan seperti menanyakan permasalahan yang dialami oleh peserta didik, memberikan nasehat. Kemudian Ibu Mar akan memperhatikan perubahan sikap yang terjadi selama peserta didik di dalam pembinaan.“Biasanya saya atasi sendiri dulu. Nggak langsung kejam, marah terus itu nggak. Yang pertama-tama dirangkul dulu terus saya tanyakan apa permasalahannya, saya beri nasehat. Kemudian kita lihat perubahan sikapnya ketika kita bina.” Sebelumnya Ibu Mar sering terkendala akibat kurangnya bahan yang disediakan sekolah sehingga harus mengeluarkan dana pribadi untuk membuat ataupun membeli media belajar. Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan maka beliau akan memanfaatkan media atau bahan-bahan yang tersedia. Ibu Mar merasa sarana dan prasarana belajar yang disediakan oleh sekolah semakin baik. Sekarang ini Ibu Mar Merasa didukung dengan adanya dana sekolah dan telah tersedianya internet yang disediakan disekolah. “Kalau dulu alat belajar masih kurang. Kalau perlu apa-apa terpaksa kita beli pakai uang sendiri. Kalau nggak ya.. kita manfaatkan aja bahan yang ada. Kalau sekarang udah ada teknologi seperti internet. Jadi teknologi itu membuat lebih semangat. Kemudian dana sekolah pun lebih mendukung.” Masalah belajar yang dirasakan Ibu Mar yang datangnya dari pemerintah adalah perubahan kurikulum yang belum jelas beliau ketahui akan bagaimana nantinya. Namun hal tersebut bukanlah hal yang terlalu mengganggu. Sebagai guru Ibu Mar telah menyadari akan hal tersebut dan telah mempersiapkan Universitas Sumatera Utara diri.“Pergantian kurikulum sampai sekarang belum jelas kayak mana. Tapi, nggak terlalu ada masalah. Kalau RPP saya selalu buat.” Masalah belajar lain yang Ibu Mar rasakan berasal dari situasi sosial budaya pada masyarakat. Ibu Mar merasa masih banyak orang tua yang tidak setuju untuk membeli buku pelajaran atau yang berbau pengetahuan kepadan anaknya. Sayangnya hal tersebut bukan terjadi pada orang tua yang memiliki perekonomian menengah kebawah namun orang tua yang mampu sekalipun masih enggan membelikan buku kepada anak-anaknya. Mereka merasa buku tidak bermanfaat setelah dibaca padahal mereka mampu memberikan uang jajan kepada anak mereka.“Orang tua nggak setuju membeli buku. Bukan masalah dana tapi orang yang mampu pun nggak mau beli buku. Dia merasa kalau beli buku nggak ada manfaat padahal kalau kasih jajan sama anaknya bisa.” Ibu Mar merasa sebagai guru tidak memiliki masalah apapun. Beliau tidak suka mendiamkan masalah dan berusaha menyelesaikannya sesegera mungkin. Begitu juga apabila dia mengalami permasalahan dengan siswa maka akan segera di panggil dan dilakukan pembinaan.“Alhamdulillah kalau masalah pribadi belum ada, kalau saya kalau ada masalah saya selesaikan terus. Begitu juga dengan siswa kalau ada siswa yang bermasalah saya panggil terus, saya bina.” Menurut Ibu Mar peserta didik sekarang kurang suka belajar dari pada yang terdahulu. Peserta didik yang sekarang cuek tentang hal-hal yang terjadi di sekeliling mereka. Mereka cenderung tidak mendengarkan apalagi melaksanakan nasehat yang diberikkan kepada mereka.“Kalau sekarang anak-anak kurang suka belajar. Jika dibandingkan dengan yang sekarang anak-anak tuh lebih cuek tentang apa saja. Mereka cenderung tidak mengindahkan nasehat.” Ibu Mar merasa kecanggihan teknologi terutama internet dapat digunakan untuk memudahkan beliau mencari bahan-bahan dan materi sesuai dengan apa yang beliau ingin ajarkan. Beliau bisa memperlihatkan secara langsung pada peserta didik tentang materi ajar. Tetapi Ibu Mar menyayangkan peserta didik yang kurang menyadari manfaatnya untuk membantu mereka dalam belajar Universitas Sumatera Utara dengan menggunakannya untuk hal-hal yang kurang bahkan tidak bermanfaat sama-sekali. “Kalau sama saya lebih baik kalau belajar itu ada internet atau pakai modem orang ini. Karena lebih mudah nanti kalau kita cari bahan atau materi. Kalau perlu kita lihat tentang virus tinggal kita buka di internet mengenai virus. Jadi anak-anak bisa lihat langsung. Tapi sayang kadang anak anak ini memanfaatnya buat keperluan selain belajar.” Ibu Mar mengenali masalah belajar melalui sikap dan gerak-gerik peserta didiknya. Sikap yang kurang sopan merupakan bentuk masalah belajar. Selain itu siswa tidak fokus dalam belajar sehingga jika diajukan pertanyaan maka jawabannya tidak sesuai dengan yang telah ditanyakan. Masalah belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang lamban dalam menangkap pelajaran. Siswa yang pintar tetapi memiliki sikap yang tidak baik juga dinilai sebagai masalah belajar. “Dari sikapnya, sikapnya itu tidak bagus, nggak sopan. Kemudian dia tidak fokus, kita tanya dia nggak nyambung. Jadi bisa kita liat dari gerak-geriknya. Ada kadang-kadang anak pandai tapi tingkahnya jelek, ada anak yang kurang tapi belum tentu jelek tingkahnya.” Masalah belajar yang dihadapi oleh Ibu Mar kebanyakan berasal dari perorangan. Ibu Mar pernah menghadapi masalah belajar yang timbul dari seorang siswa yang tinggal di dayah. Karena tinggal di dayah siswa tersebut tidak sanggup mengatur waktunya sehingga sering tidak mengerjakan PR yang diberikan. “Biasanya ada satu dua orang. Kalau ramai-ramai itu nggak pernah apalagi dengan saya jarang orang itu bermasalah. Ada satu dulu ya, itu karena dia tinggal di dayah jadi sering kali nggak buat PR. Tapi, sekarang udah lulus anaknya.” Ibu Mar merasa tanggung jawabnya dengan siswa seperti seorang Ibu dengan anak-anaknya. Beliau merasa dekat dengan peserta didiknya sama seperti anaknya sendiri. Bahkan kedekatan itu masih terus terjalin hingga peserta didik tersebut lulus. « Seorang guru itu harus bertanggung jawab dan sebagai ibu dari anak-anak. Jadi saya dekat dengan anak-anak bahkan ada yang sudah lulus pun masih sering hubungan. Kalau saya bukan siswa pintar saja yang saya perhatikan tapi siswa yang kurang juga, Universitas Sumatera Utara malah lebih lagi. Kalau tidak percaya boleh tanya sama mereka. Jadi semua saya perlakukan sama saja. » Ibu Mar telah menerapkan kompetensinya dalam pengalamannya mengajar selama betahun-tahun. Menurutnya cara yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah tersebut melalui prosedur yang baik. Masalah tersebut tidak perlu dibesar-besarkan sehingga apabila hannya masalah kecil cukup diselesaikan oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Jika masalah yang cukup berat baru melibatkan wali kelas dan guru konseling melalui prosedur pembinaan yang telah diatur oleh sekolah. « Kalau kita lihatkan prosedur bimbingan itu ada beberapa tahap memang kalau masalah kecil cukup dengan guru bidang studi kalau bermasalah dengan guru bidang studi. Kalau masalahnya berat itu harus dari guru bidang studi ke wali kelas. Dari wali kelas baru ke Bimpen. Nah, baru terakhir ke kepala sekolah setelah itu panggil orang tua.” Ibu Mar merasa orang tua tidak perlu dilibatkan jika masalah tersebut hanya masalah belajar. Peserta didik yang bemasalah harus dibina terlebih dahulu melalui sistem pembinaan di sekolah. Setelah melalui pembinaan namun tidak terdapat perubahan dari sikap peserta didik barulah orang tua dilibatkan untuk ikut bekerja sama membina peserta didik tersebut.“Jadi ndak musti dia ada masalah sedikit langsung panggil orang tua.Apa juga gunanya kita sebagai pendidik jadi kita harus membina dulu kalau sudah nggak sanggup lagi baru dipanggil orang tua. Begitu menurut saya yang efektif.” Informan 2 Tabligh Diniyati M. Pd. Tanggal wawancara : 08 Oktober 2013 Ibu Tabligh Diniyati atau kerap disapa Ibu Dini adalah seorang guru Matematika. Selain mengajar beliau juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pengembangan Pengajaran di sekolah. Proses belajar di kelas pada pelajaran Ibu Dini berjalan sebagaimana proses belajar pada umumnya. Pada awal proses belajar Ibu Dini biasanya melakukan kesepakatan dengan siswa tentang model pembelajaran yang akan diterapkan berasarkan materi. Pada tahap selanjutnya Universitas Sumatera Utara bisanya menanyakan tentang pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya sebelum memulai mengajarkan materi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik telah menguasai materi yang telah diajarkan atau belum. Apabila ada peserta didik yang belum memahami materi sebelumnya maka Ibu Dini akan mengulang sebentar. Setelah itu Beliau akan mengajarkan materi selanjutnya dan diteruskan dengan latihan atau menerapkan model pembelajaran dan diskusi sesuai dengan kesepakatan dengan siswa pada awal pertemuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. “Kalau proses belajar sehari-hari ketika masuk saya tanya gimana pelajaran yang kemarin apa sudah bisa. Kalau belum bisa kita ulang sedikit kalau sudah kita masuk ke pelajaran yang selanjutnya saya jelaskan sebentar kemudian saya berikan latihan kalau ada model pembelajaran kita lakukan diskusi dan sebagainya sesuai dengan kesepakatan dengan siswa.” Agar suasana belajar menjadi menyenangkan Ibu Dini membangun pendekatan dengan peserta didik dengan membangun komunikasi layaknya seorang ibu dengan anaknya. Dengan begitu akan lebih mudah melakukan diskusi dalam menentukan model pembelajaran yang dianggap cocok untuk mengajarkan materi. Selain itu, peserta didik tidak sungkan dalam bertanya mengenai materi yang belum ia kuasai. Ibu Dini juga membuat jalur komunikasi lain selain di dalam kelas. Ibu Dini bersedia untuk ditemui utnuk berdiskusi masalah belajar di luar kelas, saat istirahat ataupun ketika pulang sekolah. Selain itu untuk membantu siswa yang mempunyai kesulitan dalam memahami pelajaran dengan membentuk kader tutor sebaya. Hal ini memungkinkan unutk dilakukan menimbang peserta didik memiliki cara masing-masing dalam belajar dan memahami materi pelajaran. “Biasanya saya melakukan pendekatan sama anak-anak. Siswa saya anggap seperti anak sendiri. Pada awal pembelajaran saya tanyakan mau model pembelajaran model apa, kemudian saya tanya dimana yang kamu tidak bisa? “Owh..ternyata bu saya nggak bisa kalau pemfaktoran bu. Ok, nggak apa-apa” Kita ajarin sama dia. Kalau nggak sempat saya panggil bisa, pakai tutor sebaya.” Menyadari akan cara belajar peserta didik yang berbeda-beda maka Ibu Dini merasa perlu untuk melihat tipe-tibe anak. Ibu dini menerapkan perlakukan Universitas Sumatera Utara berbeda-beda pada peserta didik sesuai dengan keadaan psikologis peserta didik dalam memahami materi pelajaran ketika mengajar. “Kitakan lihat anaknya dulu, kita lihat tipe-tipe anak. Jadi misalnya ada anak yang memang harus kita suruh ke depan nah itu dia kita panggil ke depan kita ajarin di depan Ada anak kalau ke depan dia nggak pede takut malu nah itu kita taruh aja dia di bangku kita datangin ke bangku.” Ibu Dini membuka jalur komunikasi untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran di luar jam pelajaran. Selain itu Ibu Dini juga menggunakan media dan alat peraga sesuai dengan materi yang diajarkannya. Dengan begitu peserta didik dengan leluasa dapat berdiskusi tentang masalah belajar yang dialami sehingga dapat meminimalisir timbulnya masalah belajar.“Biasanya juga suka datang sore pas saya ada kegiatan di sekolah. Kalau media tergantung kondisi siswa, bisa pakai infokus, biasanya pakai kartu kalau alat peraga kurang tergantung materi dan kelas berapa.” Ibu Dini meminimalisir timbulnya masalah belajar dengan menggunakan kedekatan. Kedekatan membuat peserta didik nyaman dalam belajar. Dengan adanya kedekatan antara guru dan peserta didik akan lebih leluasa dalam berdiskusi menceritakan masalah belajar yang dialaminya. Dengan begitu akan lebih mudah dalam mencari solusi yang tepat dalam mengatasi masalah belajar. “Saya biasanya membangun kedekatan dengan siswa. Kemudian ya.. itu tadi ya, bagaimana saya dengan siswa itu dekat. Saya lebih suka mereka mengganggap saya seperti ibu juga teman. Saat mereka butuh bimbingan dari orang tua ya.. kita bimbing saat mereka mau cerita kita dengarkan.” Masalah belajar yang biasanya ditemui oleh Ibu Dini dalam adalah peserta didik yang kurang memahami konsep dasar misalnya, operasional bilangan bulat dan pecahan. Hal ini menyebabkan banyak peserta didik yang menjadi malas belajar diakibatkan merasa materi belajar yang terlalu sulit untuk dipahami. Kurang memahami konsep dasar menyebabkan banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran yang diajarkan oleh Ibu Dini. Kalau malas masih ada, dia bilang “Bu dari SD saya lihat Matematika memang sulit bagi saya, saya nggak bisa, akhirnya saya malas”. Universitas Sumatera Utara Ibu Dini perlu melakukan berbagai usaha dan pendekatan agar peserta didik tidak menganggap matematika sebagai pelajaran yang menakutkan. Salah satu cara yang dilakukan oleh Ibu Dini dengan memberikan bentuk materi dan soal yang paling mudah untuk dipahami. Ibu Dini memberikan tipe soal yang berbeda sesuai dengan kemampuan peserta didik. “Kalau seperti itu biasanya saya beri materi yang paling mudah. Misalnya materi limit saya kasih soal yang paling mudah dan saya yakin dia bisa. Setelah saya kasih mereka bilang “Kok bisa saya bu ya..? Makanya dalam memberikan soal, nilai itu suka kadang- kadang tipe soal itu beda dengan kemampuan anak.” Dari sekolah sendiri Ibu Dini merasa tidak ada masalah belajar yang timbul dikarenakan Ibu Dini menganggap sekolah telah menyediakan fasilitas belajar baik media seperti buku, infokus dan prasarana pendukung seperti laboraturium dll. Namun tidak dapat dipungkiri kelelahan yang dialami peserta didik diakibatkan sistem belajar hingga sore apabila tidak disiasati dengan baik maka akan menimbulkan masalah dalam belajar dan memerlukan penanganan.“Lelah memang ada tapi kita beri motivasi kepada mereka memberi gambaran ke depan dalam artian daripada mereka duduk di rumah tidak menentu arah disini kalian belajar terutama jika kalian nanti ingin kuliah.” Perubahan kurikulum yang kerap dilakukan pemerintah menurut Ibu Dini bukanlah hal yang terlalu mempengaruhi dalam masalah belajar. Buku bukanlah sumber utama bagi seorang guru untuk mengejar melainkan keterampilan dalam memilih referensi dan cara dalam menyampaikan materi. Ibu Dini menganggap guru harus membuat cara dan perangkat sendiri dalam mengkomunikasikan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum namun tetap dapat diterima oleh peserta didik. Dengan begitu materi dapat dirancang sesuai dengan silabus tetapi harus memperhatikan keadaan siswa baik dari segi kognitif dan pengalaman yang dengan disekitarnya “Kalau perubahan kurikulum saya rasa kan tergantung kita mengajarnya. Yang penting kita mengajar bukan berdasarkan buku. Paling kita guru yang merasakan. Kalau anak-anak mereka tinggal mengikuti aja misalnya saya wajibkan punya satu buku wajib yang ada di perpustakaan buku penunjang lain terserah mereka boleh apa saja” Universitas Sumatera Utara Masalah belajar yang dialami peserta didik juga dirasakan oleh Ibu Dini mendapat pengaruh dari keadaan sosial dan budaya masyarakat di lingkungannya. Sebelumnya Ibu Dini pernah merasakan jika ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa sekolah tidak begitu penting. Sehingga tidak jarang ada orang tua yang membiarkan anaknya tidak masuk sekolah dengan alasan mencari uang. Bahkan teguran dan panggilan dari sekolah acap kali tidak diindahkan. Mereka menganggap waktunya bekerja untuk mencari uang akan tersita dengan pergi memenuhi panggilan dari sekolah. Hal ini tentu saja mengurangi motivasi peserta didik dalam berprestasi di sekolah. “Kalau dulu mungkin sekolah itu belum menjadi kebutuhan bagi mereka.Kalau anak tidak masuk sekolah tidak apa-apa. Kalau anak nggak masuk ke sekolah seminggu kita panggil orang tua nggak datang. Kalau kita datangin dia bilang “Kan saya perlu juga uang”. Masalah yang dihadapi Ibu Dini sendiri sebagai seorang guru adalah mengatur waktu. Ibu Dini merasa sering merasa kekurangan waktu bersama peserta didiknya. Ibu Dini harus mengatur waktunya sebagai guru serta tugas tambahan yang diberikan sekolah serta sebagai ibu rumah tangga biasa di rumah. Ibu Dini kebingungan mengatur waktu ketika menemui banyak peserta didik yang bermasalah dalam belajar. Ibu Dini terpaksa memberi tugas khusus yang harus dikerjakan oleh peserta didik di rumah dan berusaha sebaik mungkin untuk menyelingi ketika mengajar. Apalagi Ibu Dini merasa adanya perbedaan masalah belajar yang dialami peserta didik yang dulu dan yang sekarang. “Saya kadang-kadang waktu ke anak kurang, kan banyak anak- anak yang bermasalah jadi waktu kita ke dia itu kurang. Nah itu biasanya saya beri tugas khusus di rumah dan saya selingin ketika saya mengajar. Cuma kalau muridnya ramai kan nggak bisa semua.” Ibu Dini merasa peserta didik tempat beliau mengajar sebelumnya memiliki ekonomi keluarga menengah ke bawah yang membuat lebih pasif dalam menerima pelajaran. Walau telah menggunakan berbagai macam metode namun repon dari peserta didik terhadap pelajaran sering tidak sesuai dengan yang diharapkan. “Owh.. ya, Kalau dulu saya mengajar di Blang jrun itu termasuk anak yang keluarganya memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah jadi lebih pasif. Universitas Sumatera Utara Ketika kita memberikan pelajaran yang lebih tinggi dan pakai metode apa pun nggak ada respon.” Sedangkan pada umumnya siswa dulu lebih giat dalam belajar. Ibu Dini tidak mengetahui penyebab khususnya namun beliau beranggapan pengaruh perkembangan zaman yang menjadi faktor utamanya. Salah satunya adalah perkembangan teknologi media.“Kalau dilihat dari cara belajar itu anak-anak lebih giat yang dulu dari pada sekarang. Ya.. mungkin faktor jaman atau bagai mana saya juga kurang tahu pokoknya kalau secara frekuensi dapat dilihat perbedaanya.” Menurut Ibu Dini perkembangan media mempunyai pengaruh yang besar dalam menimbulkan masalah belajar. Banyak peserta didik yang dilalaikan oleh teknologi tersebut. Sebagian dari peserta didik asyik dengan laptop dan modem yang mereka miliki. Mereka sering kedapatan menggunakan laptop dan hp di dalam kelas sehingga tidak memperhatikan pelajaran. “Ada kemungkinan sangat berpengaruh, Kalau dulukan tidak ada laptop, ada tapi tidak digunakan di kelas. Kita belum ada wifi. Kalau sekarang anak itu selalu dengan laptop dan modemnya. Tidak ada wifi dia punya modem. Makanyakan sering kita lihat anak-anak masuk ke kelas buka laptop.” Sebenarnya kemajuan teknologi ini dapat digunakan dalam menerapkan beberapa materi pelajaran dan membantu peserta didik dalam belajar. Ada beberapa materi pelajaran yang lebih menarik jika diajarkan menggunakan teknologi. Namun, para peserta didik sering menyalahgunakannya untuk kepentingan selain belajar. Mereka membuka laptop dan memainkan telepon genggam ketika belajar mengganggu pelajaran. Sehingga terkadang dibutuhkan tindakan pendisiplinan. “Kalau kita belajar misalnya ICT dengan program linear kita bolehkan, kayak prensentasi boleh di buka. Tapikan ada anak yang suka iseng. Kalau masih pertama masih saya ampunin dan saya berikan peringatan secara lisan tapi kalau berikutnya laptop saya ambil. Kalau dulu belum ada laptop tapi hp, akhinya hp nya saya ambil dan itu memang peraturan sekolah.” Ada berapa hal yang digunakan Ibu Dini dalam mengidentifikasi masalah belajar pada peserta didik. Yang pertama adalah memperhatikan gerak-gerik Universitas Sumatera Utara mereka di dalam kelas saat belajar. Ibu Dini melihat keaktifan mereka di dalam kelas dan dari cara mereka memperhatikan pelajaran. Kemudian Ibu Dini mengidentifikasi masalah belajar dari tanya jawab yang dilakukan dengan siswa. Dari hasil pembicaraan dapat diketahui masalah belajar apa yang dialami siswa. Yang terakhir adalah dengan melihat hasil test yang diberikan kepada siswa. Dari hasil test tersebut dapat dilihat bagaimana tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. “Itu di saat kita dalam proses pembelajaran akan tampak, kita kan sering melakukan Tanya jawab kemudian dari post test. Misalnya anak diam, kemudian kita kan bisa lihat dari pandangan mereka.” Selama ini masalah belajar lebih sering timbul dari peserta didik yang bentuknya perorangan. Belum pernah ada masalah yang ditimbulkan secara kelompok. Dengan begitu penanganannya juga dalam bentuk antar pribadi dengan tidak melibatkan terlalu banyak pihak. “Masalah biasanya timbul oleh perorangan. Belum ada yang mengajak teman-teman. Jadi bisa langsung ditangani dan dicari solusinya.” Ibu Dini mengenali peserta didik dari segi akademis sedangkan mengenai keadaan lingkungan tempat tinggalnya Ibu Dini hanya mengetahui sebagiannya saja. Ibu Dini juga pernah menanyakan tentang bagaimana cara mengajarnya yang selama ini ia terapkan walaupun belum mendapatkan jawaban yang dibutuhkan.“Saya kenal hanya sebatas akademis saja. Kalau masalah dirumahnya mungkin tidak terlalu jadi fifty-fifty. Pernah saya tanya bagaimana saya mengajar tapi biasanya mereka tidak mau mengatakan yang sebenarnya.” Ibu Dini merasa peserta didik telah memahami gaya mengajar beliau. Ketika Ibu Dini sedang mengajar mereka diharuskan untuk memperhatikan tetapi, setelahnya mereka dapat melakukan latihan dengan santai sambil makan permen dan mendengarkan music.Peserta didik telah memahami kapan mereka harus memperhatikan dan waktunya untuk bersantai.“Kalau dalam belajar saya lebih banyak ke enjoy. Anak-anak sudah tahu itu kalau saya sedang menerangkan saya melarang mereka berbicara atau melakukan sesuatu. Tapi setelah saya menerangkan saya bolehkan untukmendengarkan musik.” Universitas Sumatera Utara Dalam mengatasi masalah belajar yang timbul Ibu Dini mencari waktu yang tepat dalam melakukan pemanggilan secara pribadi terhadap peserta didik yang dianggap bermasalah dalam belajar. Siswa tersebut kemudian diajak berkomunikasi mengenai masalah apa yang dihadapi dengan sambil memberikan nasehat. Hal tersebut dilakukan Ibu Dini terus menerus terhadap peserta didik yang bermasalah sehingga terdapat perubahan yang terjadi pada sikap dan cara belajar peserta didik tersebut. “Langsung saya tanya kalau ternyata memang dia bermasalah. Saya panggil secara pribadi saat pulang sekolah saya tanya “Kenapa kamu tidak belajar nak?” Saya beri nasehat kemudian saya pacu terus sampai dia berubah. Atau pada saat ada buat soal saya panggil nanti saya buat soal khusus buat dia.” Cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar yang telah sejak lama dilakukan Ibu Dini adalah dengan melakukan komunikasi antarpribadi. Ibu Dini merasa peserta didik lebih terbuka dalam menceritakan permasalahan yang dialami ketika ditanyai secara pribadi. “Saya memang dari dulu lebih suka melakukannya secara orang- perorangan seperti dulu ada siswa pintar dia bermasalah dengan keluarganya . Di kelas tiga ada siswa yang malas, sering nggak masuk jadi kalau dia masuk saya berusaha bagaimana caranya dia suka untuk belajar.” Komunikasi antar pribadi dipandang Ibu Dini efektif untuk mengetahui permasalahan secara lansung. Komunikasi antat pribadi juga dapat digunakan dalam membangun kedekatan dengan peserta didiknya. Sehingga kedekatan tersebut digunakan untuk lebih mudah memotivasi peserta didiknya.Ibu Dini merasa dengan memberi perhatian mampu mengatasi masalah belajar. Dengan memberikan perhatian kepada peserta didik yang memiliki masalah belajar maka akan terjadi kedekatan. Jika peserta didik telah merasa dekat dengan gurunya maka dia akan lebih termotivasi dalam belajar. “Ketika dia masuk saya absen saya bilang “hari ini ibu kangen sekali sama kamu” jadi anak merasa owh.. “ibu kangen sama saya”. Kemudian saya suruh mengerjakan soal, saya datangi dan saya tanya “bisa nak?” Jadi mereka nggak pernah takut.” Universitas Sumatera Utara Informan 3 Yusrawati S. Si. Tanggal wawancara : 09 Oktober 2013 Ibu Yusrawati telah mengajar selama sepuluh tahun. Beliau mengajar pelajaran Kimia. Menurut Ibu Yusra selama ini proses belajar yang dilaksanakannya berjalan dengan baik. Ibu Yusra melakukan proses pembelajaran yang berbeda beda dalam melakukan pembelajaran sehari-hari. Hal tersebut disesuaikannya dengan materi pelajaran yang diajarkan. Hal ini dilakukan dalam menciptakan sebuah proses belajar yang menyenangkan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.“Kalau proses pembelajaran yang saya lakukan biasanya saya melakukan ada ceramah, tanya jawab, diskusi kemudian juga ada beberapa yang bisa dipraktikumkan dan demontrasi.” Menciptakan proses belajar yang menyenangkan terutama pada pelajaran yang diajarkan oleh Ibu Yusra tidak mudah. Bu Yusra harus berusaha menghilangkan sebuah stigma yang telah tumbuh di benak peserta didiknya. Bu Yusra harus merubah pola pikir dimana anak-anak tidak menganggap mata pelajaran yang diajarkannya itu merupakan sesuatu yang menakutkan. “Saya berusaha agar bidang studi kimia yang saya ajarkan itu tidak menjadi momok ataupun sesuatu yang menakutkan karena sebagian besar dari anak-anak menganggap kimia itukan ngeri atau susah.” Untuk menghilangkan stigma bahwa pelajaran Kimia itu adalah pelajaran yang menakutkan Ibu Yusra berusaha menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Hal tersebut dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran yang berbeda-beda. Ibu Yusra membuat berbagai media dan permainan berkaitan dengan materi dan mengajarkan materi melalui cara belajar yang disenangi siswa misalnya menciptakan kartu-kartu belajar dan melakukan praktikum. “Jadi, saya kadang-kadang melakukan sedikit permainan biar anak-anak nggak bosan misalnya dengan tongkat berjalan, bisa dengan membuat kartu-kartu ataupun dengan melakukan praktikum karena anak-anak cenderung sangat antusias ketika melakukan praktikum.” Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk mengakomodasi cara belajar yang berbeda-beda yang dilakukan oleh Ibu Yusra adalah dengan mencoba sebaik mungkin untuk memahami peserta didik. Kemudian sebisa mungkin memberikan materi dan membuat metode yang sesuai sehingga mudah diterima oleh peserta didik untuk meminimalisir timbulnya masalah belajar. “Kalau itu kita harus paham sama anak ya. Memang ada yang cepat nangkap ada yang sedikit lambat. Kalau anak yang lambat kita dulu tengok apa masalahnya? Apa dia ada masalah dalam belajar atau mungkin masalah pribadi. Kalau masalah sama belajarnya ya itu, dengan membuat bermacam-macam model pembelajaran.” Dalam meminimalisir timbulnya masalah belajar Ibu Yusra mencoba untuk memperhatikan pada kebiasaan anak dalam belajar dengan sering mengajak anak cerita. Dengan begitu akan terjadi kedekatan dan hubungan yang baik anak- anak. Selain itu Ibu Yusra memberi penghargaan minimal berupa pujian kepada peserta didik yang mudah memahami materi pelajaran dan memberikan motivasi bagi perserta didik yang lebih lambat dalam memahami pelajaran untuk meminimalisasi timbulnya masalah belajar. Walaupun terkadang tidak dapat dipungkiri masalah belajar masih terjadi. “Saya biasanya lebih memperhatikan kebiasaan anak belajar. Terus sering-sering kita ajak cerita. Otomatiskan kita lama-lama dekat. Kemudian kalau anak yang cepat nangkap kita beri penghargaan misalnya kita puji dia. Anak yang agak lambat kita beri dia motivasi. Kalau sudah begitu biasanya jarang ada masalah.” Selama ini masalah belajar yang sering ditemui oleh Bu Yusra adalah kurangnya pemahaman peserta didik terhadap konsep materi dasar terutama pada masalah perhitungan sehingga anak jadi malas belajar karena menganggap pelajaran tersebut sulit. “Masalahnya kalau dalam Kimia jika dalam teori saya rasa anak- anak tidak begitu punya masalah tapi dalam perhitungan. Dalam perhitungan Kimia anak-anak banyak yang mengeluh tapi saya rasa itu karena matematikanya saja yang kurang. Karena mungkin matematika dasarnya yang kurang Padahal di kimia tidak begitu sulit perhitungan Cuma ada angka-angka minus terus kurang, kali, tambah, bagi.” Universitas Sumatera Utara Selain itu Ibu Yusra pernah menemui masalah belajar pada peserta didik yang disebabkan oleh masalah ekonomi yang mengharuskan peserta didik bekerja sehingga tidak mampu mengatur waktu antara bekerja dan belajar sehingga peserta didik mendapat nilai yang buruk. Hal tersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan dan harus dicari bentuk penyelesaiannya. “Kalau siswa yang membangkang kurang jarang saya temui, cuma yang banyak itu malas. Ada yang pernah saya temui sebabnya mungkin kurang mampu secara ekonomi jadi ada anak murid saya itu bekerja sambil sekolah jadi mereka itu nggak punya banyak waktu untuk belajar sehingga mereka mendapat nilai-nilai yang sedikit ketika saya melakukan tes.” Dalam menyelesaikan permasalah belajar yang timbul dalam proses belajar Ibu yusra biasanya melakukan komunikasi antar pribadi. Ibu Yusra biasanya akan melakukan pemanggilan kepada peserta didik yang dianggap bermasalah. Setelah dilakukan pemanggilan maka peserta didik tersebut akan dinasehati dan diberi motivasi. Apabila setelah dinasehati dan diberi motivasi tidak terjadi perubahan terhadap peserta didik dengan menimbang kurangnya kemampuan beliau dalam memberikan konseling maka, beliau akan menyerahkan penanganan terhadap Guru Konseling yang berada di sekolah. Hal ini juga disebabkan banyaknya faktor penyebab timbulnya masalah belajar. “Saya panggil terus saya memberi motivasi secara pribadi. Setelah saya panggil dan saya nasehati tidak ada perkembangan biasanya saya serahkan kepada Bimbingan Konseling BK.” Ibu Yusra menilai sekolah telah menyediakan fasilitas belajar seperti media infokus, serta peralatan dan bahan-bahan laboraturium yang cukup memadai. Seluruh fasilitas belajar yang ada disekolah dapat digunakan demi kelancaran kegiatan belajar mengajar.“Kalau medianya saya rasa cukup, infokus kita punya peralatan lab cukup memadai cukup banyak bahan.” Adapun masalah yang timbul terkadang berasal dari sistem belajar sampai sore hari yang diterapkan oleh sekolah. Peserta didik sering mengeluh mengalami kelelahan karena harus belajar sampai sore. Ibu Yusra menyikapi akan hal tersebut dengan menerapkan cara belajar yang santai dan mengajak peserta didik Universitas Sumatera Utara untuk belajar di luar ruangan. Pada saat peserta didik merasa mengantuk Ibu Yusra akan mengajak belajar sambil bermain. “Mungkin bisa jadi kelelahan atau capek karena kami kan ada belajar sore. Jadi kami sarankan mereka bawa sarapan dan makan siang. Kemudian pada saat belajar sore itu saya berusaha tidak tegang tapi rileks, kadang-kadang mengajak belajar di luar atau pada saat sudah banyak yang tidur kembali saya melakukan cara belajar sambil bermain.” Peraturan serta sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah terkadang juga memicu timbuknya masalah dalam belajar. Ibu Yusra merasakan peraturan yang berubah-ubah seperti pertukaran silabus sering membingungkan. Sebagai guru Ibu Yusra dibingungkan akibat sosialisasi yang peraturan yang lamabat samapi hingga ke daerah. Kemudian harus mempelajari kembali sistem kurikulum baru yang mana kurikulum lama sendiri belum terlalu dipahami. Selain itu keadaan dimasyarakat juga dinilai berpengaruh dalam menimbulkan masalah belajar di sekolah. “Peraturan yang berubah-ubah dan kadang-kadang membingungkan. Pada saat kami diharuskan membuat perangkat pembelajaran. Belum lagi mengerti pendidikan berkarakter sudah mau digantikan dengan kurikulum baru.” Selain faktor yang disebabkan pemerintah Ibu Yusra merasakan adanya perbedaan tingkat kesadaran akan pentingnya kesadaran akan pendidikan di daerah tempat dia mengajar ketimbang di perkotaan. Kurangnya motivasi dari rumah dan lingkungan tempat tinggal membuat siswa malas belajar. Sehingga membuat siswa jarang belajar ketika mereka berada di luar lingkungan rumah. Kemudian jarang ada orang tua atau peserta didik yang mempunyai keinginnan untuk mencari kursus atau guru les untuk menambah waktu jam belajar anak mereka.“Mungkin yang saya rasakan cuma kalau disini kesadaran untuk belajar itu masih kurang nggak seperti di kota-kota besar. Misalnya dukungan di rumah kurang, kalau di kota-kota besar kan anak-anak itu aktif mencari tempat belajar, les di luar.” Sebagai seorang guru Ibu Yusra merasa tidak memiliki hambatan secara pribadi sehingga dapat menimbulkan masalah ketika mengajar. Beliau merasa keluarganya selama ini sangat mendukung pekerjaannya sebagai seorang guru. Universitas Sumatera Utara Kemudian Ibu Yusra tidak merasa khawatir meninggalkan rumah karena anak- anak beliau sudah cukup besar. Selain itu Ibu Yusra merasa juga gaji dan tunjangan yang diterimanya juga sudah mencukupi. Ibu Yusra malah merasa adanya perbedaan masalah belajar yang dialami siswa dari awal dia mengajar hingga saat ini.“Alhamdulillah, masalah pribadi tidak ada, kalau keluarga sangat mendukung kemudian anak-anak sudah cukup besar jadi tidak ada lagi masalah.” Ibu Yusra merasakan adanya perbedaan masalah belajar yang dialami peserta didik pada saat ini. Beliau merasakan ada kecenderungan penurunan akhlak yang dialami peserta didik pada saat sekarang ini. Peserta didik yang sekarang lebih susah untuk menerima nasehat. Selain itu media massa juga diangap berpengaruh dalam mengatasi masalah belajar. “Kecenderungannya sekarang ini pada akhlak ya.. Anak-anak sekarang lebih susah dinasehati. Jadi saya sangat menekankan kepada anak-anak kalau bagi saya itu kemampuan kognitif itu bisa nomor dua tapi etika atau afektifnya itu nomor satu. Jadi kecenderungannya seperti itu.” Perkembangan media massa saat ini dianggap dapat menimbulkan masalah belajar. Media massa terutama televisi dapat memberikan pengaruh negatif bagi anak-anak. Hal ini dikarenakan anak-anak mudah sekali terpengaruh oleh siaran televisi. Ibu Yusra beranggapan televisi sekarang jarang memiliki siaran-siaran yang mendidik. Ibu Yusra juga memberikan contoh seperti beberapa tayangan sinetron yang dianggap jalan ceritanya tidak mendidik. Berkaitan dengan banyak faktor yang mempengaruhi timbunya masalah belajar Ibu Yusra memiliki kriteria tertentu dalam mengenali masalah belajar. “Berpengaruh, pengaruh sekali itu.. seperti televisi, karena anak- anak itu kan gampang terpengaruh. Televisi sekarangkan sedikit sekali televisi yang mendidik, jarang sekali ada acara-acara yang mendidik. Seperti sinetron, sinetron itu banyak yang nggak mendidik sama sekali.” Ibu Yusra mengidenfikasi masalah belajar yang timbul dari sikap peserta didik pada proses belajar. Menurut Ibu Yusra biasanya masalah belajar itu terjadi pada siswa yang tidak focus dan sering termenung di dalam kelas ketika belajar. Ada juga masalah belajar dapat ditandai dari siswa yang terlalu sering membuat hal-hal yang cenderung mencari perhatian. “Bisa kita lihat pada saat kita mengajar Universitas Sumatera Utara itu dari sikap anak. Ada yang nggak fokus kemudian termenung-menung. Ada juga yang terlalu aktif tetapi bukan nakal tapi mencari perhatian.” Masalah belajar yang timbul selama Ibu Yusra mengajar sering timbul dari individu siswa. Masalah belajar yang ditimbulkan oleh individu sebisa mungkin segera diidentifikasi sehingga tidak mempengaruhi kelas. Masalah belajar yang muncul dapat lebih mudah ditangani apabila siswa dipanggil secara pribadi dan ditangani langsung. Dengan begitu peserta didik dan guru juga dapat saling memahami dan mengenal satu sama lain. “Biasanya masalah ditimbulkan perorangan atau individu. Kalau disini anak yang bermasalah itu tidak mempengaruhi kelas. Jadi biasanya kita panggil dan langsung ditangani.” Dalam melakukan pendekatan untuk mengatasi maslah belajar Ibu Yusra meminta peserta didiknya untuk menuliskan tentang kesulitan yang dialami dalam belajar. Ibu Yusra juga menuliskan siswa menuliskan apa yang dia suka dan tidak disukai dari cara mengajarnya. Jika Ibu Yusra merangkap tugas sebagai wali kelas maka Ibu Yusra dengan otomatis meminta data tetapi pada kelas biasa dia merasa cukup mengetahui hal-hal yang bersifat umum saja. Dengan informasi diatas dapat di digunakan untuk menentukan cara yang efektif dalam mengatasi timbulnya masalah belajar yang terjadi. “Kadang-kadang kalau di kelas saya minta pada anak-anak untuk menuliskan apakah punya kesulitan tentang apa yang saya ajarkan, apakah suka atau tidak. Kalau saya wali kelas saya memang meminta data tapi kalau di kelas lain kurang, tidak semua yang saya tahu paling yang pintar sama yang kurang sekali, kalau yang sedang-sedang jarang saya cari tahu.” Menurut Ibu Yusra cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar adalah dengan menerapkan proses belajar yang menyenangkan siswa. Salah satunya adalah belajar dengan menggunakan multimedia. Selain itu apabila terjadi masalah belajar maka cara yang paling baik yang selama ini dilakukan oleh Ibu Yusra adalah memanggil siswa secara pribadi melakukan tanya jawab dalam mencari solusi yang tepat. Ibu Yusra juga merasa kemampuannya dalam melakukan konseling masih kurang sehingga beliau sebisa mungkin berdiskusi dengan guru konseling. “Biasanya anak-anak senang belajar dengan yang menggunakan multimedia. Kemudian kalau anak ada masalah ya dengan cara Universitas Sumatera Utara kita memanggil kemudian melakukan tanya jawab dan mencari solusi secara perorangan. Yaa mungkin kemampuan kita dalam konseling kurang karena disini ada layanan konseling jadi kita berdiskusi dengan guru konseling.” Mengetahui apa yang membuat peserta didik senang dalam belajar adalah cara yang efektif dalam mengatasi timbulnya masalah belajar. Dengan mengetahui apa yang membuat peserta didik senang dalam belajar maka kita dapat menentukan media yang tepat. Ketika peserta didik mengalami masalah dalam belajar maka pendekatan antar pribadi dapat dipakai dalam menyelesaikan masalah tersebut. Namun apabila guru tidak merasa memiliki kecakapan dalam melakukan pendekatan antar pribadi tidak ada salahnya meminta pertolongan dari pihak lain atau menggunakan jasa layanan konseling yang tersedia di sekolah. Informan 4 Nama : Salviani S. Pd. Tanggal wawancara : 09 Oktober 2013 Ibu Salviani adalah seorang guru pelajaran matematika. Guru yang kerap di panggil Ibu Sal ini telah mengajar selama 10 tahun. Selama sepuluh tahun Ibu Sal telah mengajar dan mengatasi berbagai masalah belajar yang dilami peserta didiknya. Proses belajar yang dilakukan oleh Ibu Sal sehari-hari pada umumnya sama dengan Guru-guru lainya. Beliau memulai kelas dengan apersepsi yaitu dengan mengulang atau memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya. “Pertama awal masuk kita kan apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya, kalau tidak ada hubungan dengan materi sebelumnya bisa kita kasih pertanyaan atau dengan cara berdo’a. Setelah apersepsi kita memberikan tujuan belajar.” Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan Ibu Sal dengan menggunakan metode pembelajaran yang bermacam macam. Ibu Sal mnerapkan model pembelajaran mulai dari metode klasik seperti ceramah dan diskusi hingga membuat bebagai permaianan. Ibu Sal berusaha agar peserta didiknya mempunyai kesan yang baik ketika belajar. Ibu Sal juga memperhatikan intonasi suaranya saat mengajar agar peserta didiknya tidak mengantuk ketika belajar terutama pada jam pelajaran terakhir. Universitas Sumatera Utara “Proses belajar mengajar biasanya metodenya dengan cara ceramah, diskusi kemudian sesekali saya buat misalnya biar anak- anak nggak jenuh adalah saya buat permainan. Saya berusahalah supaya ada kesannya pada anak-anak.Saya utamakan intonasi suara saya supaya anak-anak nggak ngantuk apalagi pada jam- jam terakhir.” Menurut Ibu Sal agar belajar menjadi menyenangkan maka yang paling penting untuk dilakukan adalah membangun dan menjaga hubungan yang baik dengan peserta didik. Ibu Sal menekankan bahwa sebelum menyampaikan pelajaran peserta didik harus dapat menerima gurunya terlebih dahulu. Setelah peserta didik dapat menerima seorang guru maka akan lebih mudah untuk memahami pelajaran yang diajarkannya.“Yang pertamakan supaya belajar itu menyenangkan adalah hubungan kita dengan anak, itu yang paling penting saya rasa. Anak itu harus menerima kita dulu bukan pelajaran kita, kita dulu yang dia harus terima. Ibu Sal mengungkapkan dengan adanya penerimaan dari peserta didiknya maka beliau akan lebih mudah melakukan pendekatan dengan peserta didiknya. Melalui pendekatan tersebut Ibu sal dapat lebih memahami karakteristik peserta didiknya. Dengan adanya saling memahami akan lebih mudah bagi seorang guru untuk mengarahkan peserta didik dan mengaplikasikan model-model pembelajaran yang menarik.“Setelah anak bisa menerima kita artinya kita juga harus memahami anak, bisa mengerti keinginan anak. Bukan kita mengikuti apa mau dia tapi kita mengarahkan. Kemudian bisa kita aplikasikan model-model pembelajaran yang menarik.” Ibu Sal belum sampai pada taraf membeda-bedakan cara belajar peserta didiknya. Beliau mencoba untuk memahami tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran dengan tidak memaksakan peserta didik yang lebih lamban dalam memahami pelajaran untuk langsung paham. Beliau memilih metode yang secara umum dapat diterima oleha peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar Ibu Sal menggunakan LCD sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. “Kalau saya belum sampai membedakan cara belajar mungkin mereka mengikuti saja secara umum. Cuma saya mencoba untuk mengertilah anak-anak, artinya tidak saya paksakan terus.Paling Universitas Sumatera Utara saya buat metode apa yang paling mendekati dengan mereka, kalau media saya pakai LCD.” Ibu Sal tidak merasakan adanya masalah belajar secara spesifik yang dialami peserta didiknya. Beliau hanya merasa siswa terkadang susah berkonsentrsi dalam belajar. Menurut Ibu Sal konsentrasi belajar merupakan kunci utama yang harus dimiliki peserta didik agar mereka tuntas dalam belajar. Sedangkan strategi guru dalam membuat berbagai metode belajar adalah faktor pendukung agar peserta didik tertarik dan termotivasi dalam belajar. “Sering kadang-kadang anak susah konsentrasi, itu yang paling sering. Itu balik lagi ke psikologi anak masing-masing, mungkin lagi ada masalah. Saya kira kunci utama anak-anak tuntas belajar itu konsentrasi belajarnya. Kemudian ditambah strategi guru itu sendiri, bagaimana membuat metode segala macam supaya anak- anak itu tertarik dan termotivasi dalam belajar.” Dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik Ibu Sal mencoba memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik tersebut. Ibu Sal sering memangilnya kedepan unutk menyuruhnya mengerjakan latihan atau sekedar menanyakan pendapatnya sehingga dia merasa diperhatikan. “Biasanya kalau saya lihat pada saat saya mengajar saya memantau ada anak-anak dia kurang memberi perhatian terhadap materi yang saya berikan maka saya memberi perhatian lebih khusus dengan cara saya panggil dia. Saya suruh dia ke depan artinya ada perhatian khusus untuk dia, nggak saya abaikan.” Memanggil peserta didik kedepan tidak bertujuan membuat dia malu tetapi untuk mengetahui permasalahan yang diadapi peseta didik. Ibu Sal akan mengetes pemahamannya dan menanyakan apa masalah yang sedang peserta didik alami. Ibu Sal memberikan nasehat serta motivasi sebagai bentuk perhatian. Ketika peserta didik merasa diperhatikan dia akan merasa termotivasi dan pendapatnya dihargai.“Dengan sendirinya diakan merasa berarti dia diperhatikan atau dia merasa malu karena dia tidak bisa tapi bukan tujuannya buat dia malu yang penting dia merasa berartilah, berharga dengan sering-sering kita panggil dia. Saya tanya pendapat dia.” Ibu Sal sadar bahwa sekolah sedang berusaha untuk memenuhi seluruh sarana dan prasarana belajar. Keadaan sekolah tempat beliau mengajara saat ini telah mengalami perubahan yang jauh lebih baik dan akan terus melakukan Universitas Sumatera Utara perbaikan. Apalagi sekarang sudah tersedia media seperti infokus yang disediakan untuk mendukung proses belajar.“Kalau dulu mungkin ya..namanya saja lagi membangun, merintis. Tapi kalau sekarang jauh lebih baik ya terus sudah ada infokus lagi buat belajar.” Menurut Ibu Sal adanya fenomena menyebarnya kunci jawaban yang menyebar di masyarakat saat Ujian Nasional berlangsung. Hal ini menyebabkan timbulnya budaya instan yang beranggapan bahwa peserta didik tidak perlu harus bersusah payah dalam belajar karena untuk lulus dan mendapatkan ijazah SMA itu mudah. Mereka hanya perlu mencari cara untuk menemukan kunci jawaban yang nantinya banyak beredar di masyarakat. « Kita kan menganggap kelulusan sampai tingkat SMA itu mudah jadi anak-anak tidak menghargai apa yang kita berikan. Karena menganggap tamat SMA itu gampang, dapat ijazah itu gampang, lulus UN itu gampang. Mungkin anak-anak banyak cara dalam menemukan kunci jawaban saat UN. » Ibu Sal merasa tidak memiliki kendala sebagai seorang guru hingga menimbulkan masalah pada saat mengajar. Beliau hanya merasa walau telah mengajar selama sepuluh tahun tetapi beliau masih merasa kekurangan dan ingin terus belajar. Beliau berharap pemerintah dapat lebih sering menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru seperti dirinya.“Saya rasa secara pribadi tidak ada, cuma saya mengakui sendiri walaupun sudah selama 10 tahun saya mengajar saya masih ada kekurangan. Saya merasa saya belum sempurna menjadi seorang guru, perlu memperbaiki, perlu belajar lebih baik lagi.” Ibu Sal juga berharap agar pemerintah dapat lebih bayak memberi pelatihan yang berbentuk aplikatif mengenai metode belajar yang baik Selama ini pelatihan yang diselenggarakan pemerintah kebanyakan hanya penyampaian dalam bentuk teori saja. Sehingga ketrampilan ini dapat diaplikasikan kepada peserta didik untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan. “Seharusnya adalah dibuat pelatihan contoh mengajar, jangan cuma sekedar teori. Pelatihan ada tapi selama inikan teorinya saja. Kita disuruh buat metode ini, metode itu tapi contohnya dalam bentuk video jadikan kita bisa melihat. Itu yang saya harapkan.” Universitas Sumatera Utara Ibu Sal berpendapat mengenai adanya perbedaan masalah belajar yang dialami peserta didik dulu dan sekarang. Peserta didik yang dulu dirasakan lebih semangat dalam belajar. Hal tersebut tentu saja disebabkan oleh berbagai macam faktor. “Saya lihat malah menurut pengalaman saya disini aja, saya kan disini dari pertama ya.. Saya lihat dulu kok anak-anak yang dulu lebih semangat anak-anak belajar daripada sekarang.” Salah satu penyebab peserta didik kurang bersemangat dalam belajar adalah mereka lalai dengan sosial media, games dsb. Mereka tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti internet untuk menambah pengetahuan seperti mengunduh buku pelajaran sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli buku. “Teknologi itu membuat anak-anak lalai ya.. lalai anak-anak dengan facebook, games, segala macam. Padahal internet itukan media mereka untuk menggali banyak pengetahuan. Tapi bukan dimanfaatkan untuk itu malah untuk hal lain. Misalnya mereka nggak perlu beli buku paket, mereka kan tinggal download saja materi. Tapi kenyataannya malah digunakan ke hal-hal yang nggak perlu, tidak digunakan ke masalah pendidikan.” Ibu Sal melakukan identifikasi masalah belajar yang dialami siswanya melalui keaktifannya saat menerima pelajaran di dalam kelas. Cara lain yang digunakan Ibu Sal dalam mengenali masalah belajar yang timbul adalah dengan melihat hasil tes peserta didiknya.“Nampak dari cara dia belajar, dari keaktifan dia, sikap dia di kelas. Kemudian dari hasil tesnya.” Masalah belajar yang dialami Ibu Sal timbul kebayakan berasal dari individu peserta didik. Jadi, menurut ibu Sal masalah individu lebih baik ditangani secara individual oleh guru yang bersangkutan.“Kebanyakan masalah individu ya.. Jadi saya rasa penyelesaianya lebih baik secara individu juga.” Ibu Sal mengenal peserta didik berdasarkan informasi secara umum seperti, keadaan keluarga dan tempat tinggalnya. Apabila terdapat masalah pribadi atau masalah khusus lainnya Ibu Sal akan menyerahkannya kepada Guru Konseling. “Kalau sejauh mana ya.. secara umum saja sekedar tahu keluarganya, tempat tinggalnya. Kalau terlalu pribadi nggak.. paling kalau ada masalah khusus nanti langsung ke bimbingan konseling.” Universitas Sumatera Utara Ibu Sal membangun kedekatan dengan peserta didiknya sehingga mereka tidak merasa takut dan berani mengajukan pertanyaan kepada guru apabila terdapat masalah dalam belajar. Ibu Sal berusaha menghilangkan batasan antara guru dan peserta didiknya dengan mengarahkan agar mereka tetap bersikap sopan. “Saya ingin berbaur aja dengan anak-anak supaya anak-anak mudah dalam belajar jadi pada saat ada masalah berani dia tanyakan pada kita. Istilahnya tidak ada batas tapi dalam tanda kutip mereka tetap sopan tapi tidak ada jarak seperti takut atau apa.. itu yang saya inginkan.” Langkah yang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar pada peserta didik adalah denga mencari tahu apa masalah yang dialami siswa. Apabila Ibu Sal kesulitan mencari tahu langsung dari peserta didik yang tersangkut masalah maka Ibu Sal akan mencari tahu melalui teman-teman peserta didik tersebut. Setelah mengetahui cukup informasi mengenai permasalahan yang dialami oleh peserta didik tersebut barulah dilakukan pemanggilan. Kemudian Ibu Sal akan mencoba memahami situasi yang dialami peserta didiknya dengan menempatkan posisi seperti halnya yang dialami oleh peserta didik tersebut dan pelan-pelan memberikan pengertian agar peserta didik tersebut paham akan perbuatan yang dilakukannya. Saya melakukan pendekatan atau coba cari tahu kepada temannya karena teman-temannya kadang jauh lebih tahu. Kemudian saya panggil dia secara pribadi lalu saya pancing- pancing agar dia mau cerita jadi seolah-olah saya ada di pihak dia. Kemudian kalau dia bersalah baru saya beri pengertian. » Diperlukan kecakapan dalam mencari tahu tentang masalah yang dialami peserta didik dan menempatkan diri pada posisinya. Biasanya peserta didik baru akan cerita kepada orang yang mereka percayai. Sehingga terkadang perlu dilakukan pendekatan pada orang yang paling dekat dan dan dapat mereka percayai. Informan 5 Nama : Muzakkir S. Pd. Tanggal wawancara : 10 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara Bapak Muzakkir S. Pd. Sering dipanggil Pak Muzek. Beliau telah mengajar pelajaran Fisika selama 10 tahun. Bapak Muzakkir menyukai proses belajar yang rileks dan santai. Menurut Bapak Muzakkir mengajar dengan terburu-buru mengejar materi akan menyebabkan beban bagi guru dan peserta didiknya di dalam proses belajar. “Caranya biasanya awal masuk kita beri salam dulu, kemudian mengabsen kemudian kita tanyakan tentang yang kemaren materinya apa. Kalau ada yang perlu diulang kita ulang kalau ada yang ditanyakan kita jawab kalau tidak ada kita lanjutkan ke materi selanjutnya. Jadi, kita belajarnya santai.” Proses belajar yang sehari hari dilakukan oleh Bapak Muzakkir berlangsung seperti pada umumnya. Sebelum memulai pelajaran siswa memberi salam setelah itu dilanjutkan dengan mengabsen peserta didik. Kemudian Bapak Muzakkir menanyakan pada peserta didik tentang materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Bapak Muzakkir akan mengulang materi sebelumnya apabila dianggap perlu dan menjawab pertanyaan tentang materi sebelumnya apabila ada pertanyaan dari peserta didik. Apabila materi tersebut tidak perlu diulang dan tidak terdapat pertanyaan maka akan dilanjutkan ke materi yang berikutnya. Hal tersebut perlu dilakukan agar peserta didik sedikit santai dengan tidak terburu melanjutkan ke materi berikutnya mengingat banyak diantara peserta didik menganggap mata pelajaran yang diajarkan oleh Bapak Muzakkir itu tergolong sulit untuk dipahami.Banyak peserta didik yang menganggap mata pelajaran yang diajarkan oleh Bapak Muzakkir sulit karena menggabungkan dua konsep sekaligus yaitu teori dan perhitungan. Ada peserta didik yang kesulitan menghafal serta mengingat tentang teori dan sebagian ada yang mengalami kesulitan dalam hal perhitungan.“Memang kenyataannya fisika itu kebanyakan siswanya kurang suka. Karena disitukan double. Double maksudnya di fisika itu siswa harus menghafal konsep dan harus mengerti matematika karena melibatkan perhitungan.” Bapak Muzakkir memilih untuk mengikuti tingkat pemahaman siswa dan memilih mengajar materi dengan santai dan tidak telalu mengejar target silabus. Sehingga tercipta suasana belajar yang santai dan tidak menegangkan. Bapak Muzakkir mengimbangi ketinggalan materi tersebut dengan banyak memberikan Universitas Sumatera Utara tugas dan membuat siswa aktif dengan mengerjakan tugas-tugas tersebut. Bapak Muzakkir juga mempertimbangkan kemampuan para peserta didik dalam mememahami materi pelajaran dimana kemampuan masing-masing kemampuan peserta didik berbeda-beda dalam memahami pelajaran. “Jadi ya.. caranya kita pelan-pelan saja yang pertama kita ikutin dari mana orang itu tidak bisa kemudian kita lihat step by stepnya tergantung keadaan siswa. Kalau siswanya lambat kita lambatkan pelajarannya tapi memperbanyak memberi tugas yang penting siswa itu bekerja.” Dalam mengakomodasi cara belajar siswa yang berbeda-beda Bapak Muzakkir memperhatikan kemampuan masing-masing peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Beliau memberi perhatian lebih kepada peserta didik yang lebih lambat dalam memahami materi dengan sering bertanya dan membantu dalam mengerjakan latihan. Dengan begitu siswa merasa percaya diri dalam mengerjakan soal dan dapat meminimalisir masalah belajar. “Dari situ kita harus bisa melihat keadaan siswa. Kalau siswa nya begitu ngajar dia langsung nangkap kita biarkan dia dulu kemudian kita langkahin ke siswa yang lebih kurang. Jadi lebih memperhatikan siswa yang bermasalah itu, bentuk perhatiannya ya.. kita sering bertanya, kita sering membantu dia bekerja dengan metode belajar macam-macam.” Guru yang selalu terlihat santai ini punya cara tersendiri untuk meminimalisasi timbulnya masalah belajar. Bapak muzakkir menerapkan metode belajar yang berbeda-beda dan membuat permainan yang sesuai materi agar peserta didik tidak jenuh yang diakibatkan jumlah jam pelajaran yang cukup banyak. Dengan begitu tercipta suasana santai dalam belajar dan tidak memaksakan perserta didik untuk langsung paham terhadap materi yang diajarkannya. “Kalo di dalam lokal kadang fisika suntuk, jadi kita ceramah dulu sebentar kemudian diskusi, setelah diskusi masih kita buat permainan sekali-sekali. Karena kadang belajarnya ada yang dua jam ada yang tiga jam jadi kadang-kadang di pertengahannya kita buat permainan. Karena sama saya belajarnya rileks, karena yang namanya Fisika nggak bisa dipaksa kali.” Universitas Sumatera Utara Masalah belajar yang sering dialami oleh Bapak Muzakkir adalah peserta didik yang sulit menangkap materi pelajaran. Peserta didik tidak paham akan materi disebabkan oleh banyak faktor baik dari fisik maupun psikologi. Salah satunya adalah keadaan fisik peserta didik yang tidak sehat. Ada juga yang disebabkan karena peserta didik malas belajar. “Masalah belajar siswa itu bisa kurang mengerti, susah menangkap atau mungkin dia pada hari H itu nggak enak badan barang kali. Kalo malas situ sama saya sekitar 30 persen, caranya supaya dia jangan malas saya beri tugas terus dan saya pandu dan perhatikan terus sampai minimal dia itu bisa yang dasar.” Bapak muzakkir akan memangil peserta didik yang bemasalah. Beliau akan menanyakan apa permasalahan yang dialami peserta didik. Guru yang selalu terlihat memakai lobe tersebut akan memberi sanksi berupa pemberian tugas kepada peserta didik yang sengaja melanggar peraturan. “Kalau dia melanggar peraturan akan saya beri tugas, saya panggil ke depan kelas kemudian saya tanya alasannya lalu saya tambah tugas Fisikanya. Penyebab terjadinya masalah belajar bisa berasal dari tempat tinggal peserta didik. Ada peserta didik yang tidur larut malam sehingga terlambat ke sekolah. Dalam menyikapi masalah belajar yang terjadi Bapak Muzakkir biasanya menyelesaikan sendiri masalah belajar yang dialami peserta didiknya. Beliau tidak ingin masalah belajar tersebut menjadi hal yang besar sehingga tidak pernah membawa kasus masalah belajar sampai kepada Guru Bimbingan Konseling yang ada disekolah. “Kadang-kadang ada siswa yang tidurnya telat jadi kalau dia ngantuk-ngantuk kan masalahnya dari rumah kalau di sekolah saya suruh duduk ke depan dan saya beri tugas. Untuk saya tidak pernah sampai ke BK karena saya maunya langsung tuntas hari itu juga.” Menurut Bapak Muzakkir fasilitas belajar yang tersedia disekolah sudah ada tetapi belum mencukupi. Sedangkan fasilitas lainnya seperti jumlah ruangan, lapangan olah raga dan laboraturium sudah cukup namun perlu terus di tingkatkan baik oleh pihak sekolah maupun pemerintah. “Fasilitas dan media dibilang mendukung iya. Tapi ada yang nggak ada juga misalnya infokus itukan nggak semua lokal ada. Jadi, kita harus mengusahakan mendapat lokal yang ada Universitas Sumatera Utara infokusnya. Kalau fasilitas lain seperti ruangan, fasilitas olah raga dan laboraturium ya.. bolehlah.” Masalah belajar yang dirasakan oleh Bapak Muzakkir yaitu berasal dari pemerintah. Beliau merasa kebijakan pemerintah dalam mengganti kurikulum itu dapat membingungkan guru dalam membuat perangkat belajar. Guru terkadang disibukkan dalam membuat administrasi pembelajaran sehingga terkadang sedikit mengganggu proses belajar. Guru juga kebingunngan dalam menentukan materi dan merumuskannya kedalam model pembelajaran yang tepat sesuai keadaan siswa. Bapak Muzakkir juga merasakan masyarakat berkontribusi dalam mencegah timbulnya masalah belajar. “Itulah yang pening sekarang kurikulum di gonta-ganti. Ya.. permasalahannya bukan dengan siswa sebenarnya. Karena banyak tuntutan misalnya harus buat RPP. Kita sibuk buat RPP administrasi jadi belajarnya terganggu sedikit. Paling gurunya yang bingung milih materi yang tepat dan menentukan model pembelajarannya.” Didalam masyarakat sendiri secara umum Bapak Muzakkir merasa ada hal yang dapat menimbulkan masalah belajar misalnya kurangnya kepedulian masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Masyarakat dianggap membiarkan dan tidak memberi teguran terhadap siswa sekolah yang kedapatan pada jam belajar tidak berada di lingkungan sekolah. Secara pribadi Bapak Muzakkir merasa tidak memiliki masalah yang dapat mengganggu proses belajar.“Kalau secara umum ada, misalnya ada siswa yang di luar masyarakat nggak negur. Tapi tergantung kepala sekolahnya sebenarnya. Kalau kepala sekolah tegas, gurunya juga tegas, anak-anak mau nggak mau pasti ikut peraturan sekolah.” Sebagai seorang guru Bapak Muzakkir tidak punya masalah tertentu yang dapat mengganggu belajar. Hanya saja beliau merasa belum sempurna dan berusaha terus untuk bekerja dengan baik. Bapak Muzakkir hanya ingin mengajar dengan baik. Apalagi melihat perbedaan antara siswa yang terdahulu dengan siswa pada saat ini.“Tidak ada, biasa-biasa aja..tapi kan nggak ada yang sempurna. Tujuannya saya mau mengajar supaya siswa bisa aja. Jadi yang penting saya mengajar siswa bisa ya sudah berarti yang lain tidak ada masalah bagi saya.” Universitas Sumatera Utara Bapak Muzakkir melihat adanya perbedaan yang terjadi pada pada peserta didik yang sekarang dengan yang dulu. Peserta didik yang sekarang dinilai lebih sulit untuk mengakui kesalahan dan terkadang cenderung tidak merasa berbuat kesalahan. Apalagi jika teguran hanya diberikan dalam bentuk pesan nonverbal seperti dengan hanya melihat atau memperhatikan saja. “Anak-anak sekarang susah sekali mengerti. Dalam artian kalau anak-anak dulu kita lihatin sedikit dia sudah mengerti dia bersalah, kalau anak-anak sekarang dilihatin malah senyum- senyum.” Mengenai perkembangan teknologi media Bapak Muzakkir beranggapan bahwa hal tersebut dapat dimanfaatkan dari segi positifnya. Hanya saja peserta didik terkadang memiliki emosi dan pemikiran yang belum matang mengenai pemanfaatan teknologi tersebut. Sehingga banyak diantara mereka yang menggunakannya pada hal-hal yang negatif. Menjadi seorang guru harus dapat lebih mengenali masalah belajar peserta didiknya untuk dapat membimbing mereka. “Sebenarnya teknologi itu kalau dilihat dari segi positifnya sangat menguntugkan. Tapi namanya aja anak-anak bisa jadi mereka menggunakan ke segi negatifnya.” Bapak Muzakkir mengenali masalah belajar yang dialami peserta didik berdasarkan kondisi gerak geriknya pada saat memperhatikan pelajaran yang diberikan. Beliau akan melakukan tes seperti menyuruh mengerjakan soal di papan tulis atau pun memberikan soal latihan. Apabila peserta didik tidak mampu mengerjakan teks tersebut hal itu dapat menunjukkan masalah belajar.“Kita liat dari kondisinya pada saat kita mengajar, dia memperhatikan nggak? Kemudian kita suruh dia ke depan nggak ngerti berarti dia bermasalah. Jadi yang pertama kita lihat dari gerak-geriknya dulu, kemudian kita tes.” Masalah belajar yang terjadi selama ini timbul dari perorangan. Beliau dapat mengingat peserta didik yang mempunyai masalah belajar karena merasa dekat dengan mereka. Sehingga masalah belajar tidak terus berlanjut dan mudah diatasi apabila diantara mereka telah saling mengenal satu sama lain.“Masalah biasanya ya individu karena dengan saya biasanya anak-anak dekat jadi saya langsung teringat. Jadi ya, masalah itu masing-masing nggak ada yang sampai menggangu orang lain itu belum ada.” Universitas Sumatera Utara Sejauh ini bapak Muzakkir mengganggap siswanya sebagai teman dan telah saling mengenali sifat dan karakter masing masing. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan sistem belajar samapi sore yang diterapkan oleh sekolah sehingga terdapat waktu pertemuan yang relatif sering dan cukup panjang yang mengharuskan didik dan guru hampir seharian dalam lingkungan yang sama. Namun, Bapak Muzakkir mengakui tidak ingin mengetahui keadaan peserta didik di lingkungan tinggalnya karena saling mengetahui sifat dan karakter saja sudah cukup untuk membangun komunikasi yang baik di dalam proses belajar.“Bisa dibilang dari segi luarnya saja ya.. lima puluh persenlah dari sifat siswa saya tahu karena siswa kan hampir satu harian di sini. Tapi kalau keadaan rumahnya saya tidak mau tahu. Kalau saya dengan siswa itu saya anggap partner.” Bapak Muzakkir menganggap pendekatan antar pribadi yang baik adalah cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar. Dengan pendekatan tersebut dia merasa ada kedekatan dengan peserta didiknya sehingga memudahkannya dalam memberi nasehat dan masukkan. Dengan kedekatan tersebut peserta didik juga akan lebih mudah menerima nasehat dan masukan yang diberikan oleh beliau. Melalui kedekatan tersebut mereka merasa tidak mungkin nasehat yang diberikan akan melukai dan mencelakai mereka. « Saya buat pendekatan. Saya panggil secara pribadi kemudian saya kasih arahan-arahan, saya tanyakan apa tujuannya. Dengan keadaannya sekarang bisa nggak dia mencapai tujuannya kalau nggak bisa diubah cara belajarnya. Kemudian seperti yang saya bilang tadi, saya sama siswa itu dekat seperti teman. Jadi, teman itu nggak mungkinlah buat masalah yang aneh-aneh dengan temannya. » Informan 6 Nama : Erlinawati S. Pd. Tanggal wawancara : 29 Oktober 2013 Ibu Erlinawati S. Pd. atau Ibu Eli telah memulai profesinya sebagai guru sejak tahun 1987. Beliau telah menjadi guru selama dua puluh tujuh tahun. Ibu Eli mengajar pelajaran Bahasa Inggris. Beliau telah memiliki banyak pengalaman dalam proses belajar mengajar mata pelajarann tersebut. Ibu Eli pada awal Universitas Sumatera Utara pertemuan melakukan tanya jawab dengan peserta didiknya tentang berbagai informasi yang terjadi sehari-hari yang diberi istilah sebagai “social chat”. Dari pembicaraan itu Ibu Eli memasuki materi selanjutnya. Ibu Eli akan menerangkan dengan metode ceramah dan kemudian menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi. Ibu Eli selalu menerapkan model pembelajaran yang berbeda-beda agar peserta didik senang belajar dengannya. “Pada awal pertemuan biasanya saya tanya bagaimana kabarnya, menanyakan tentang masalah sehari-hari istilahnya itu social chat. Kalau ada model pembelajaran kita buat model pembelajaran atau jika ada permainan kita akan main. Jadi setiap hari itu ada bermacam-macam yang bisa saya lakukan sama anak-anak.” Ibu Eli selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada siswanya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Siswa dimotivasi agar mereka sungguh-sungguh dalam belajar. Siswa dipacu untuk memahami dirinya terlebih dahulu tentang tujuan mereka belajar di sekolah.“Saya sebelum belajar selalu saya berikan support. Segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin pasti ada kemungkinan kalau kita mau. Jadi semua itu tidak tergantung guru tapi pada siswa juga. Nah siswa harus ngerti dirinya dulu.” Para peserta didik dianjurkan Ibu Eli untuk membuat target dalam belajar. Dengan target tersebut siswa mempunyai motivasi dalam belajar karena mereka mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Cara ini dipercayai Ibu Eli dapat memebuat peserta didik lebih bersemangat dalam belajar.“Setiap siswa itu harus punya target, tujuan kamu untuk datang kesekolah itu apa. Kalau mereka sudah tahu tujuan mereka itu apa pasti mereka mau belajar.” Ibu Eli menerapkan metode belajar yang berbeda-beda dalam menyiasati cara belajar peserta yang berbeda-beda. Ibu Eli merasa sekarang ini banyak sekali sumber yang dapat dijadikan beliau sebagai ide dalam mengajar. Salah satu yang dijadikan Ibu Eli untuk mendapatkan referensi dan bahan mengajar adalah internet. Ibu Eli mencari model pembelajaran dan bahan-bahan materi ajar dari internet. “Itu kan kita bisa atasi dengan metode belajar. Banyak sekarang metode belajar yang baru bisa kita lihat di internet. » Universitas Sumatera Utara Guru yang selalu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris inimemperhatikan tipe belajar peserta didik agar dapat memberi materi dan metode pembelajaran yang tepat. Ibu Eli juga mengangkat isu-isu yang secara umum diketahui oleh peserta didik. Isu-isu tersebur berasal dari hal-hal atau peristiwa yang sehari-hari berada disekitar mereka sehingga peserta didik antusias dalam menanggapi mengenai hal-hal isu tersebut. “Terus kita tengok tipe-tipe anak, kita sesuaikan kalau dia sukanya listening saya kasih listening. Kemudian kita angkat isu-isu yang umum yang dekat dengan mereka misalnya tentang siaran televisi yang mereka suka. Jadi kan mereka semangat tuh.. kalau kita cerita tentang pesawat atau segala macam kan ada yang belum pernah melihat secara langsung sebelumnya.” Ibu Eli menggunaklan keahliannya sebagai guru dalam melihat tipe belajar yang dimiliki peserta didiknya. Mengetahui tipe belajar peserta didik membantu beliau dalam menyiapkan perangkat belajar yang tepat. Ketika guru telah menemukan tipe belajar yang dimiliki peserta didiknya dia akan mengetahui bahan atau materi yang tepat yang akan ia berikan kepada peserta didik tersebut.“Kita harus pandai-pandai melihat tipe anak sehingga nanti kita bisa memberi bahan yang tepat untuk dia.” Dengan mengetahui tipe belajar peserta didiknya Ibu Eli dapat menerapkan metode belajar yang berbeda-beda. Namun, hal yang tidak kalah penting menurut Ibu Eli adalah menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik. Cara yang ditempuh Ibu Eli dalam menjalin hubungan baik dengan peserta didiknya adalah dengan sering mengajak mereka berbincang-bincang mengenai kegiatan sehari-hari dengan begitu beliau dapat membimbing peserta didiknya tersebut untuk mencapai tujuan belajar. “Menerapkan metode pembelajaran yang berbeda-beda. Terus bagaimana cara kita menjaga agar hubungan kita baik dengan mereka agar mereka merasa dekat dengan kita. Caranya kita ajak ngobrol, kita tanyakan menengenai kabarnya dan kita bimbing agar dia tahu tujuan dia ke sekolah mau ngapain.” Masalah belajar yang kerap ditemui Ibu Eli pada proses belajar adalah kurangnya rasa percaya diri yang dialami oleh peserta didiknya. Ibu Eli merasa peserta didik kurang percaya diri dalam berbicara dalam Bahasa Inggris mata Universitas Sumatera Utara pelajaran yang diampunya. Banyak peserta didik yang malu dan takut berbuat kesalahan. Padahal Ibu Eli sudah mencoba berbagai macam cara agar peserta didiknya lebih percaya diri saat belajar. Dari pernyataan Ibu Eli tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa masalah belajar tersebut berasal dari faktor yang lain.“Kayaknya speaking deh.. Karena orang itu banyak yang nggak mau ngomong. Nggak confident yang jelas. Walau digimanainpun tetap juga dia nggak mau ngomong karena takut salah.” Keadaan masyarakat yangmasih kurang peka akan pentingnya pendidikan terutama pada mata pelajaran yang diampunya menjadi sebuah tantangan tersendiri buat wanita yang akrab dipanggil Miss Eli. Beliau selalu berusaha memberi motivasi kepada peserta didik tentang seberapa besar manfaat yang dapat mereka terima dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. “Kalau masyarakat kita ini masih kurang peka pada pendidikan. Apalagi Bahasa Inggris ya.. padahal Bahasa Inggris itu penting. Tetapi saya selalu bilang sama anak-anak jika kamu dapat menguasai Bahasa Inggris akan banyak kesempatan terbuka untuk mereka nantinya.” Ibu Eli tidak memungkiri sistem belajar sampai sore yang diterapkan sekolah terkadang menyebabkan sebagian peserta didik merasakan kelelahan. Namun hal ini masih dapat diatasi dengan menerapkan metode pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik tetap merasa senang dan nyaman dalam belajar.“Nggak ada, paling anak-anak kelelahan karena disinikan kita hampir setiap hari ada kegiatan sampai sore. Nanti kalau saya lihat anak-anak lelah kita adain ice breaking, games.” Ibu Eli menganggap dirinya sebagai guru yang tidak pernah marah, Beliau tidak pernah memarahi peserta didik walaupun mereka sering berprilaku nakal dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Ibu Eli selalu mencari penyebab yang mengakibatkan anak menjadi nakal dan tidak membuat pekerjaan rumah. Ibu Eli menganggap kenakalan peserta didik itu semata-mata hanya untuk meminta perhatian.“Saya nggak pernah marah, saya guru yang pernah marah. Saya dari SD, SMP, SMA ada ngajar. Kalau SMP siswa itukan nakal, suka memancing emosi kita tapi, kita liat dulu kenapa dia bertingkah.” Universitas Sumatera Utara Ketika peserta didiknya tidak membuat pekerjaan rumah Ibu Eli menyikapinya dengan santai. Beliau akan menanyakan mengapa peserta didik tersebut tidak mengerjakan tugas. Ibu Eli merasa bahwa sikap nakal dari peserta didik itu merupakan bentuk dalam upaya mencari perhatian. “Kalau dia nggak buat PR saya Tanya kenapa dia nggak buat PR, kalau dia bilang “nggak bisa Miss” berarti saya yang salah jadi kenapa mesti marah. Saya suruh dia buat di sekolah saya yang bimbing. Kalau anak-anak nakal itu kadang cuma butuh perhatian. Gimana nggak nakal kadang nggak pernah kita tanya pun dia jadi, dia buat tingkah biar diperhatikan.” Ibu Eli tidak merasa ada kebijakan dari pemerintah yang dapat terlalu mempengaruhi timbulnya masalah dalam proses belajar. Beliau beranggapan mengajar itu tidak harus berfokus pada buku akan tetapi sesuai dengan silabus. Ibu Eli hanya perlu menggunakan keahliannya dalam mencari bahan yang sesuai dan menyamakan dengan karakteristiknya serta para peserta didik.“Kalau perubahan kurikulum itu tergantung gurunya saya rasa. Karena kita mengajar bukan book oriented. Jadi kita mengajar sesuai dengan silabus kita cari bahan yang sesuai dengan orang itu dan sesuai dengan karakteritik kita.” Bagi Ibu Eli mengajar merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Beliau merasa senang ketika berjumpa dengan anak-anak peserta didiknya. Bahkan karena sangat menyukai pekerjaannya Ibu Eli merasa semua masalah bisa hilang saat mengajar dan bertemu dengan peserta didiknya. Mencintai pekerjaan sebagai guru membuat Ibu Eli semakin memahami tipe-tipe belajar dari peserta didiknya.“Nggak ada, malah saya pernah mengajar dua tahun nggak dibayar. Tapi karena saya suka ngajar, saya suka jumpa dengan anak-anak. Kalau saya jumpa ma anak-anak walau saya capek, sakit itu hilang semuanya.” Ibu Eli menyelesaikan masalah belajar dengan melihat tipe belajar dari peserta didik. Mengetahui tipe belajar peserta didik dapat memudahkan Ibu Eli dalam mencari penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada mereka. Ibu Eli biasanya menggunakan komunikasi antar pribadi dalam menyelesaikan masalah belajar dengan peserta didiknya. “Kita harus melihat dulu tipe dia belajar baru kita kasi bahan-bahan yang sesuai dengan dia atau kita suruh cari bahan di Internet. Saya biasanya menyelesaikan masalah secara individual.” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengalaman mengajar Ibu Eli, perbedaan masalah belajar peserta didik yang dahulu dan sekarang terletak pada perkembangan teknologi terutama media. Sekarang anak-anak cenderung menggunakan hp dan laptop dengan fasilitas internet kemana-mana. Sehingga Guru perlu mengimbangi dan lebih paham akan teknologi sehingga tidak akan ketinggalan informasi dibandingkan dengan peserta didiknya. Jika guru tidak menguasai teknologi maka akan dapat ketinggalan informasi dan dapat mempengaruhi masalah belajar nantinya.“Perbedaannya kalau dulu belum ada laptop, internet. Anak-anak sekarang kemana-mana bawa hp dan laptop. Jadi informasi cepat sekali, jadi kalau kita sebagai guru tidak pandai-pandai kita bisa ketinggalan informasi.” Ibu Eli menganggap pengaruh perkembangan teknologi media harus membuat guru lebih siap dalam mengembangkan dan menyesuaikan diri dalam cara mengajar. Guru diharapkan meninggalkan cara-cara lama dan dapat mencari bahan-bahan dan model pembelajaran baru sehingga tidak ketinggalan dengan peserta didiknya. “Dari informasi yang kita ajar aja kadang-kadang si anak itu lebih tahu daripada kita. Misalnya tentang internet jadi kalo kita hanya pakai buku itu-itu aja otomatis itu jadi masalah bagi kita kalau mengajar. Nanti ketahuan siswa itu lebih pintar dari gurunya. Makanya guru juga harus searching di internet model-model pembelajaran baru, bahan-bahan baru.” Cara Ibu Eli mengenali masalah belajar yang timbul biasanya dengan melihat dari proses belajar di kelas. Misalnya dari cara peserta didik menjawab ketika diberi pertanyaan dan ketika melakukan kontak mata. Kemudian dari hasil penilaian yang dilakukannya. Menurut Ibu Eli biasanya apabila proses belajar peserta didik di kelas baik maka hasilnya akan baik pula. « Owh.. itu bisa kita liat dari cara dia belajar. Ya.. dari proses dia di kelas, misalnya cara dia jawab pertanyaan ataupun ketika dia tampil ketika kita melakukan kontak mata. Kemudian dari penilaian, penilaian kan adadua proses dan hasil. Kalau prosesnya bagus biasanya hasilnya juga bagus. » Kebanyakan masalah yang timbul juga berasal dari individu. Biasanya kasus yang muncul berawal dari faktor keluarga terutama masalah ekonomi. Jika masalah ini Ibu Eli akan mencari jadwal yang tepat untuk Universitas Sumatera Utara menyelesaikannya.“Kebanyakan masalah yang ditemukan itu oleh individual. Jadi tinggal kita cari jadwal untuk menyelesaikan. Biasanya kalau masalah individual itu masalah ekonomi.” Ibu Eli merasa sudah terjadi saling mengenal antara beliau dan para peserta didik. Kegiatan saling mengenal terjalin dari pertemuan sehari-hari di dalam kelas. Ibu Eli sering menanyakan langsung tentang apa saja yang dilakukan sehari-hari dan apabila beliau merasa ada informasi yang perlu digali lebih dalam beliau akan mencari tahu. “Ya.. kalau memang kita perlu memahami dia lebih dalam ya tentu saja kita harus mencari tahu tingkat sosial keluarganya. Bagaimana dia sehari-hari, apa saja yang dia lakukan. Sebenarnya dalam belajar sehari hari saja saya sudah tahu dia seperti apa dan saya yakin anak-anak juga sudah mengenal saya guru seperti apa.” Berdasarkan pengalamannya Ibu Eli merasa pendekatan komunikasi adalah cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah belajar. Ibu Eli menggunakan latar belakang siswa dalam mengajak mereka berpikir lebih kritis mengenai segala hal terutama hal yang terjadi pada mereka dan lingkungan mereka. “Communicative approach, kita ajak siswa berkomunikasi. Kita menggunakan background siswa. Kalau dalam belajar saya berangkat dari background knowledge siswa. Itu akan mengguide mereka berpikir lebih kritis terutama tentang lingkungan sekitar mereka.” Melalui komunikasi Ibu Eli dapat menggali informasi lebih dalam mengenai peserta didik. Ibu Eliberusaha menggunakan kecakapan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah belajar secara tuntas. Informan 7 Nama : Keumala Sari S. Pd. Tanggal wawancara : 28 Oktober 2013 Ibu Keumala Sari S. Pd sehari-hari dipanggil Ibu Mala. Ibu Mala adalah Guru Bahasa Indonesia. Beliau telah mengajar selama 15 Tahun. Ibu Mala merasa proses belajar yang dilakukannya selama ini berjalan dengan baik dimana peserta Universitas Sumatera Utara didik yang lebih aktif untuk belajar. Pada awal pertemuan Ibu Mala biasanya melakukan apersepsi yaitu menanyakan tentang apa yang telah dipahami oleh peserta didik tentang pelajaran yang telah lalu. Kemudian Ibu Mala akan mengulang sekilas tentang pelajaran untuk membangkitkan memori para peserta didik mengenai materi yang telah dipelajari sebelumya. “Proses belajar mengajar yang selama ini saya lakukan itu saat jam pertama masuk ada apersepsinya kemudian mengulang sekilas tentang pelajaran sebelumnya kemudian mengawali pelajaran yang akan berlangsung hari ini. Selama ini proses belajar mengajarnya berjalanan dengan baik artinya disini sistem belajarnya siswanya yang aktif.” Pada setiap akhir pelajaran Ibu Mala memberitahukan peserta didik tentang materi yang harus dipelari berkaitan dengan pelajaran yang selanjutnya. Dengan begitu Ibu mala berharap siswa telah memiliki sedikit pemahaman sebelum pelajaran tersebut dijelaskan kepada peserta didik dan menanyakan mana yang belum mereka pahami atau menyampaikan apa yang perlu dijelaskan lebih dalam oleh guru. « Jadi pada akhir pelajaran kemarin sudah saya berikan masukan tentang materi selanjutnya pada siswa agar mempelajari. Begitu saat masuk pada pertemuan hari ini siswa tinggal menanyakan saja dimana permasalahan yang kurang dipahami, kemudian dengan sendirinya saya menjelaskan secara detail. Setelah siswa mengerti kita melakukan latihan. » Agar tercipta suasana yang menyenangkan Ibu Mala berangggapan peserta didik akan lebih senang belajar dengan beliau jika mereka merasa dekat dengan gurunya. Ibu Mala juga melakukan pendekatan dengan peserta didik dengan mengejak mereka bercerita. Beliau juga sering membuat berbagai model pembelajaran dengan membuat kelompok diskusi atau membawa peserta didik belajar ke perpustakaan. “Saya sering buat kelompok diskusi, atau kadang-kadang saya bawa ke perpustakaan.Kemudian dengan model pembelajaran yang berbeda-beda dan pendekatan dengan siswa dengan sering mengajak mereka bercerita. Kalau kita dekat sama siswa otomatis mereka senang belajar dengan kita.” Universitas Sumatera Utara Menyadari cara belajar peserta didik yang berbeda-beda Ibu Mala tidak merasakan adanya masalah. Beliau biasanya menncari tahu apa yang membuat peserta didiknya senang untuk belajar. Ibu Mala merasa peserta didik yang memiliki masalah belajar bukan karena dia tidak mampu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan tetapi karena mereka terbentur dengan masalah. Ibu Mala akan mengajak mereka bercerita untuk menceritakan masalah yang mereka hadapi dan membantu mencarikan solusi untuk maslah yang mereka hadapi. “Memang diantara dua puluh dua anak macam-macam cara belajarnya ya.. Saya melakukan pendekatan dan mencari tahu apa yang membuat dia senang dalam belajar. Kadang dia bukan nggak bisa tapi kadang-kadang memang dia terbentur masalah. Jika itu terjadi saya akan ajak dia untuk bercerita kemudian kita cari jalan keluar yang baiknya bagaimana.” Masalah belajar yang kerap Ibu Mala temui dalam pelajarannya adalah kurangnya minat peserta didik untuk membaca. Mereka sering menengeluh jika diminta untuk membaca dan memahami isi teks bacaan yang dianggap mereka terlalu panjang. Ibu Malam mencoba berbagai macam cara untuk meningkatkan minat baca peserta didiknya. Sedangkan dulu Ibu Mala mengalami kendala seperti kurangnya ketersediaan buku di perpustakaan. “Kalau dulu masalah yang paling sering saya temui adalah prasarana misalnya ketersedian buku di perpustakaan. Ada tapi belum cukup. Kalau anak-anak pada pelajaran Bahasa Indonesia itu minat bacanya yang kurang. Mereka malas membaca. Mereka sering mengeluh “bu itu kok panjang kali teksnya?” Untuk meningkatkan minat baca peserta didiknya Ibu Mala sering mengajak peserta didik ke perpustakaan untuk membaca buku. Bagi peserta didik yang tesandung masalah belajar Ibu Mala melakukan pendekatan dengan memanggil peserta didik untuk melakukan pembicaraan secara pibadi. Didalam pembicaraan Ibu Ibu Mala menanyakan apa permasalahan yang dialami oleh peserta didik tersebut. Setelah peserta didik menceritakan masalah tersebut Ibu Mala berusaha memberi motivasi dan pengertian tentang permasalahan yang dialaminya. “Melalui pendekatan dengan memanggil siswa, menanyakan kenapa seperti itu. Setelah siswa menceritakan kemudian saya mencoba memberikan suatu motivasi atau pengertian. Kalau untuk Universitas Sumatera Utara malas membaca saya mencoba kalau ada waktu luang untuk sering mengajak anak-anak ke perpustakaan membaca buku.” Masalah belajar yang berasal dari sekolah adalah Ibu Mala sempat sebelumnya terkendala karena belum adanya perputakaan disekolah. Apabila Ada maka fasilitas yang tersedia masih minim dan belum mencukupi. Saat ini Ibu Mala fasilitas di perpustakaan sudah cukup walaupun masih harus terus ditingkatkan.“Kalau dulu ada misalnya tidak ada perpustakaan terus kalau ada pun bukunya kurang lengkap. Kalau sekarang sudah lumayan walaupun masih belum terlalu lengkap.” Dalam menghadapi masalah belajar Ibu Mala tidak pernah menghadapi secara emosional. Ibu Mala tidak penah memarahi apalagi terfikir untuk melakukan tindak kekerasan terhadap peserta didiknya. Beliau selalu memanggil dan memberi nasehat secara baik-baik kepada peserta didiknya. “Owh.. tidak ada, dimarahi tidak pernah apalagi dipukul tidak pernah terbersit sama sekali. Kalau ada yang bermasalah saya selalu panggil dan kasih nasehat mereka baik-baik.” Ibu Mala merasa pemerintah perlu menambah bantuan beasiswa kepada siswa yang tidak mampu agar mereka dapat menempuh pendidikan. Memperbaiki fasilitas dan prasarana belajar agar lebih memadai. Sehingga kualitas pendidikan lebih baik. “Ada, misalnya membantu anak-anak yang tidak mampu dengan lebih banyak program beasiswa. Kemudian sarana prasarananya, karena buku disini masih kurang. Ada tapi belum cukup.” Di dalam masyarakat sendiri Ibu Mala merasa budaya membaca masih sangat kurang. Karena kurangnya budaya membaca di masyarakat maka berimbas kepada peserta didik. Bukan hanya pada peserta didik yang tidak mampu membeli buku tetapi peserta didik yang mampu membeli buku dan mempunyai buku juga enggan unutk membaca buku.“Itulah..budaya membaca kita yang masih kurang. Masyarakat kita paling malas kalau disuruh baca buku jadi berimbas sama anak- anak. Jangankan anak-anak yang tidak memiliki buku, anak-anak yang memiliki buku pun malas membaca.” Dalam proses belajar Ibu Mala terkadang merasa tidak mood dalam mengajar. Hal ini tentunya sangat wajar karena selain sebagai guru Ibu Mala adalah seorang ibu rumah tangga. Beliau memiliki berbagai tugas yang harus Universitas Sumatera Utara dilaksanakan tanpa mengesampingkan tugasnya dalam mengajar.“Kadang-kadang kita nggak selamanya mood dalam proses belajar. Ada jugakan guru yang nggak mood misalnya kalau kita ada masalah.” Dari pengalamannya mengajar siswa selama 15 tahun Ibu Mala merasa masalah yang dialami siswa sekarang ini adalah kurangnya disiplin dalam belajar. Beliau merasa minat belajar siswa makin lama-semakin menurun. Hal ini dikarenakan berbagai hal salah satunya adalah pengaruh teknologi.“Sikap siswa sekarang ini banyak sekali yang tidak memiliki disiplin. Kalau minat belajar di daerah kurang sekali dari siswa.” Menurut Ibu Mala teknologi media massa sangat berpengaruh dalam menimbulkan masalah belajar. Banyak peserta didik yang tidak dapat mengatur waktu mereka karena diasyikkan oleh HP dan laptop. Mereka tidak bisa membagi waktu bermain dan belajar sehingga mengganggu waktu belajar.“Pengaruh sekali.. Kadang-kadang mereka sibuk main hp atau laptop sampai larut malam. Jadi mereka lupa buat belajar terus mereka terlambat bangun kemudian telat pergi ke sekolah.” Ibu Mala biasanya mengenali masalah belajar yang timbul dengan memperhatikan sikap siswanya dalam proses belajar. Siswa yang mempunyai masalah belajar biasanya bersikap lebih cuek dan diam dalam proses belajar. Peserta didik yang memiliki masalah belajar lebih cuek ketika materi belajar disampaikan dan diam saat diberi pertanyaan.“Dari sikapnya, sikapnya itu cuek terus malas. Karena banyak yang saya temui siswa yang bermasalah itu kebanyakan cuek dan diam.” Ibu Mala merasa jarang peserta didiknya yang mengalami masalah belajar selama proses belajar dengan beliau. Ibu Mala selalu mencegah timbulnya masalah belajar dengan lansung menangani kasus masalah belajar yang timbul.“Sama saya jarang sekali ada siswa yang bermasalah. Karena begitu ada satu dua orang yang malas, itu langsung saya panggil terus saya nasehati baik- baik.” Ibu mala merasa hubungannya dengan peserta didiknya sudah seperti ibu dan anak. Kedekatan membuat Ibu Mala lebih mudah untuk berkomunikasi dengan peserta didiknya. Karena merasa dekat jarang siswa yang membuat dan Universitas Sumatera Utara terlibat masalah belajar. Ibu Mala mereka lebih leluasa untuk menceritakan masalah mereka dan lebih bisa mendengarkan masukkan yang Ibu Mala berikan. Bahkan Ibu Mala terkadang menceritakan kendala yang dialminya kepada peserta didik.“Jadi kedekatan saya dengan siswa itu seperti ibu dengan anaknya. Saya kalau perlu informasi apapun tinggal saya tanyakan sama anak. Kadang-kadang saya juga cerita sama anak-anak. Saya cukup dekat dengan anak-anak jadi siswa yang bermasalah itu nggak ada sama saya.” Ibu Mala merasa dengan seringnya berkomunikasi dan melakukan diskusi dengan peserta didiknya maka hubungan mereka menjadi lebih baik. Dengan terjalinnya hubungan yang baik maka Ibu Mala merasa lebih mudah dalam menerapkan model pembelajaran dan membuat peserta didiknya tertarik dengan pelajarannya. Ibu Mala juga menggunakan pendekatan antar pibadi dalam menyelesaikan masalah belajar dengan tidak membuat siswa tertekan dan berusaha agar tidak membuat mereka malu di depan umum. Setelah itu Ibu Mala menyusun pesan yang sesuai dan mudah dimengerti oleh para peserta didiknya. “Saya melakukan banyak diskusi dengan anak-anak. Mungkin dalam sikap dan tutur bahasa saya sendiri, saya panggil, tidak membuat mereka malu di depan umum. Kemudian tidak membuat dia tertekan dan memberi pengertian dengan bahasa yang mudah mereka mengerti.” Ibu Mala menegaskan menyusun pesan sesuai dengan daya nalar peserta didik sangat penting agar pesan tersebut dapat mudah dipahami. Untuk menyusun pesan yang mudah dipahami oleh peserta didik seorang guru haruslah benar-benar mengenal tentang keadaan dan situasi peserta didiknya. Informan 8 Nama : Yunia Kenny, AB, M. Pd. Tanggal wawancara : 28 Oktober 2013 Ibu Yunia Kenny AB, M. Pd. merupakan seorang guru konseling. Beliau telah menjadi guru konselor selama 15 tahun. Dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor beliau telah menangani berbagai kasus masalah belajar. Ibu Kennni juga mempunyai sejumlah program konseling yang dilaksanakan di sekolah. Program tersebut meliputi pogram tahunan, semester, bulanan hingga Universitas Sumatera Utara program ke harian. Dalam melaksanakan tersebut Ibu Kenny berkoordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. “Kami ada program ya.. program konseling itu termasuk ke dalam program sekolah. Jadi, kami kalau membuat program itu harus koordinasi dengan wakil kurikulum. Jadi, kemudian disitu ada, program tahunan, ada program semester, program bulanan sampai pada program harian.” Dalam pelaksanaannya program-program yang telah direncanakan sebelumnya terkadang berbenturan dengan program harian di sekolah. Sebagai contoh Ibu Kenny terkadang tidak selalu mendapat jam tatap muka dengan peserta didik seperti guru pelajaran lain pada umumnya. Walau bimbingan konseling tidak mengharuskan adanya jam wajib masuk kelas tetapi Ibu Kenny mengupayakan minimal mendapat kesempatan satu kali untuk melakukan tatap muka pada setiap kelas. Hal ini bertujuan demi kelancaran program bimbingan konseling yang telah direncanakannya. “Kadang kegiatan itu berbenturan dengan di lapangan. Seperti di Aceh ini saya tidak selalu ada jam masuk kelas. Sebenarnya memang bimbingan konseling itu tidak harus selalu masuk kelas tapi minimal diupayakanlah minimal sekali ada tatap muka dengan siswa karena itu sangat perlu untuk kelancaran program bimbingan konseling itu sendiri.” Ada beberapa proses yang dilakukan oleh Ibu Kenny Dalam melaksanakan program konseling. Yang pertama adalah klien bersedia datang secara suka rela untuk dikonseling. Biasanya klien tersebut menyadari masalah yang dimilikinya dan ingin mencari jalan keluar atau mencari seseorang yang dapat dipercaya untuk menceritakan permasalahan tersebut. Selanjutnya adalah konseling teman sebaya yang dilakukan oleh teman sebaya atau anggota PIR Konseling. Pada proses konseling ini klien menyadari masalah yang dimiliki tetapi merasa malu menceritakannya kepada Ibu Kenny dan merasa lebih terbuka untuk menceritankannya kepada teman sebayanya. Anggota PIR Konseling akan melaporkan masalah belajar yang terjadi kepada Ibu Kenny kemudian Ibu Kenny mempercayakan anggota PIR Konseling tersebut untuk melakukan konseling terhadap klien sambil terus berkoordinasi mengenai perkembangan si klien. Yang terakhir adalah berdasarkan temuan. Temuan ini bisa berasal dari informasi guru Universitas Sumatera Utara atau wali kelas yang meminta pertolongan kepada Ibu Kenny untuk menangani kasus tertentu. “Proses konseling yang saya lakukan. Yang pertama ada siswa yang misalnya dia ada masalah atau kasus apa datang sendiri untuk di konseling dengan sukarela. Kemudian yang kedua ada konseling teman sebaya atau PIR Konseling, jadi ini lewat teman. Nanti temannya sebagai konselor melapor kepada kami “Bu ini gimana ada kasus” kemudian “Ya..udah tangani saja”, karena ada sebagian anak lebih terbuka dengan temannya. Kemudian yang ketiga berdasarkan informasi dari guru “ini ada anak kasusnya seperti ini, tolong saya dibantu”, itu bisa dari guru bidang studi, bisa dari wali kelasnya.” Sebagian besar kasus yang sering ditangani oleh Ibu Kenny adalah masalah belajar. Selain masalah belajar ibu Kenny juga melayani bimbingan karir, sosial dan masalah pribadi dan sering kali masalah tersebut dapat mengakibatkan masalah belajar. Layanan masalah belajar banyak terjadi pada peserta didik kelas sepuluh dan sebelas sedangkan untuk kelas dua belas di fokuskan pada bimbingan karir. “Kalau selama saya disini hampir lima puluh persen itu berkaitan dengan masalah belajar. Jadi kan ada empat klasifikasi ya.. ada masalah belajar, masalah pribadi, masalah sosial dan karir. Jadi, rata-rata siswa itu bermasalah dengan belajarnya, tapi nanti ketika udah kelas tiga baru ke karir. » Masalah belajar sering timbul dikarenakan peserta didik kesulitan dalam membagi waktu untuk belajar. Kesulitan Kesulitan membagi waktu paling banyak dialami oleh peserta didik yang tinggal di dayah. Mereka kesulitan membagi waktu antara kegiatan di Dayah dan kegiatan disekolah. Kesulitan membagi waktu membuat proses belajar mereka disekolah terganggu. « Kalau masalah pribadi atau sosial itu ada tapi kurang. Masalah belajarnya itu biasanya mereka kesulitan membagi waktu. Terutama anak yang tinggal di dayah, karena disini mereka baru pulang sore kemudian harus pulang ke dayah terus naik ngaji sampai jam setengah sebelas. Jadi disitu terbenturnya apalagi kalau mata pelajaran praktek yang harus beli bahan.” Ibu Kenny pernah menghadapi kasus pencurian helm disekolah. Kasus ini terjadi akibat ulah seorang anak orang terpandang. Faktor lingkungan ditenggarai muncul akibat pengaruh dari lingkungan. Universitas Sumatera Utara “Ada dulu pernah ada kasus unik. Kebetulan siswa ini anak pejabat. Tapi mungkin bukan kurang perhatian tetapi faktor lingkungan, ini faktor yang paling mempengaruhi membuat dia, mungkin dia jual buat beli rokok atau apalah seperti itu. Jadi dulu pernah terjadi kasus helm hilang.” Pada kasus ini Ibu Kenny menyelesaikannya dengan berkoordinasi dengan pihak sekolah. Ibu Kenny berkoordinasi dengan pihak sekolah dan satpam untuk melakukan pengintaian. Pada akhirnya kasus tersebut dapat terungkap. Kasus pencurian tersebut diselesaikan melalui kontrak perjanjian dalam sebuah konferensi kasus dengan melibatkan Kepala Sekolah dan orang tua yang bersangkutan. “Setelah kami mendapat laporan lalu kami melakukan koordinasi dengan satpam dan pihak sekolah untuk melakukan pengintaian dan berhasil mengantongi beberapa nama. Akhirnya siswa tersebut kami dapat setelah itu, kita panggil orang tua dan kami buat kontrak karena itu kasus kriminal.” Pada saat melakukan konseling Ibu Kenny menghadapi beberapa kendala. Kendala yang paling utama adalah bagaimana menjaga kerahasiaan kasus yang dialami klien Ibu Kenny. Terkadang ada pihak-pihak yang berusaha ingin tahu tentang kasus yang ditangani oleh Ibu Kenny sehingga Ibu Kenny berusaha untuk tetap merahasiakan kasus tersebut sebelum tuntas beliau tangani. Berkurangnya rasa percaya klien kepada konselor akan mengakibatkan terganggunya prose konseling yang akan atau telah dilaksanakan. “Sedikit kendala ketika guru lain tahu siswa itu saya panggil mereka langsung rasa ingin tahunya. Kadang-kadang guru tidak tahu bahwa itu menjadi rahasia. Karena kalau guru lain tahu itu akan mengurangi kepercayaan klien terhadap konselor. Karena siswa akan berpikir, “ah.. Nanti nama saya diomongkan di ruang guru”. Nah, itu bisa mengganggu proses konseling.” Selama ini belum ada peserta didik yang menolak untuk dikonseling oleh Ibu Kenny. Hal ini dikarenakan Ibu Kenny melakukan pendekatan sebelum melakukan konseling termasuk terhadap klien yang introvert. Dalam menangani kasus introvert Ibu Kenny menggunakan pendekatan rasional emotive behavior theraphy diamana klien diajak untuk menerima kenyataan yang ada disekitarnya. Ibu Kenny terkadang perlu melakukan beberapa kali pertemuan agar klien percaya Universitas Sumatera Utara sehingga mau menceritakan masalahnya dan diajak bekerja sama dalam mencari solusinya. “Sejauh ini saya nggak pernah ditolak sama siswa. Kalau siswa yang menutup diri itu sebenarnya sama saja pendekatannya, yang saya lakukan hanya lebih ke pendekatan rasional emotive behavior therapy. Memang terkadang tidak cukup dengan satu atau dua kali pertemuan namun biasanya setelah beberapa pertemuan mereka mau cerita.” Ibu Kenny berusaha membuat klien atau calon kliennya memahami bahwa layanan bimbingan konseling yang dilakukannya bertujuan untuk membantu mereka dalam menemukan dan mengembangkan potensi yang mereka miliki dalam membangun kepercayaan klien. Kepercayaaan klien sangat dibutuhkan dalam mendukung keberhasilan terhadap kegiatan konseling yang dilakukan oleh Ibu Kenny. Pendekatan yang dilakukan Ibu Kenny salah satunya adalah dengan mengadakan tatap muka dengan para peserta didik di kelas untuk menjelaskan tugas dan fungsi layanan konseling di sekolah. “Owh.. kalau itu, saya katakan kepada semua siswa bahwa saya disini itu untuk membantu mereka. Jadi, saya kemukakan bahwa layanan bimbingan konseling itu untuk membantu mereka mengembangkan potensi yang mereka miliki. Sehingga rata-rata siswa biasanya bersedia walaupun siswa yang pendiam.” Ibu Kenny melakukan dua teknik bimbingan disekolah yaitu teknik bimbingan individual dan kelompok. Jika permasalahan lebih menitik beratkan pada permasalahan kelompok maka pelaksanaan konseling dilakukan secara kelompok. Tetapi jika masalah itu bersifat individual dan rahasia maka konseling dilakukan secara individual. “Begini.. kan ada dua macam teknik bimbingan bimbingan individual dan kelompok. Kalau permasalahan itu lebih menitik beratkan pada permasalahan kelompok maka dilaksanakan konseling secara kelompok. Tapi kalau masalah itu sangat individual dan tidak bisa berbagi rahasia dengan orang lain jadi maka itu harus diselesaikan secara individual.” Menurut Ibu Kenny yang paling penting dalam konseling adalah sikap koperatif kliennya saat dikonseling. Waktu yang paling tepat dalam melakukan konseling adalah saat klien sudah bersedia atau ingin dikonseling. Sering Universitas Sumatera Utara konseling dilakukan di berbagai tempat seperti ruang konseling, kantin, perpustakaan, bahkan wilayah parkir. Yang paling penting adalah klien merasa nyaman dan bersedia bekerjasama saat dilakukan konseling untuk menemukan solusi atas permasalahannya. “Ketika saya mendengar terjadi sebuah kasus biasanya membutuhkan jeda sehari atau dua hari karena biasanya pada hari itu dia sudah ditangani oleh orang lain. Kalau tempatnya bisa di kantin, di perpustakaan atau di ruang konseling. Saya pokoknya gimana mereka nyaman kemudian mereka mau kooperatif. Kooperatif itu yang paling penting.” Dalam melakukan konseling Ibu Kenny mengakui tidak ada penanganan khusus dalam mengkonseling kliennya. Perbedaanya terletak pada karakter klien masing-masing. Ada klien yang mudah untuk diajak bekerja sama ada pula klien yang susah bekerja sama sehingga perlu dilakukan konseling berulang-ulang. “Kalau menurut saya tidak. Dalam melakukan konseling kita tidak membeda-bedakan klien apalagi kalau menurut gender. Siswa dan siswi sama saja, itu lebih pada karakter anaknya. Ada anak yang mudah cerita ada anak yang berkali-kali kita konseling baru mau cerita.” Konseling menurut Ibu Kenny adalah hubungan tatap muka antara konselor dan kliennya. Dengan kata lain konseling tidak membutuhkan pihak ketiga. Ketika suatu kasus memerlukan orang lain dalam penanganannya maka hal tersebut menjadi konferensi kasus. “Kalau konseling itu sifatnya face to face relationship saya dengan klien. Tapi ketika permasalahannya seperti helm hilang seperti yang saya ceritakan tadi mungkin perlu dihadirkan orang tua tapi itu namanya sudah konverensi kasus. Tapi konselingnya sendiri tidak, tetap saya sendiri dengan siswa.” Ibu Kenny menganggap yang paling penting dalam melakukan konseling adalah kecakapan dalam melakukan pendekatan individual. Seorang konselor harus dapat menjaga rahasia klian dan menumbuhkan rasa percaya dari kliennya. Setelah klien percaya terhadap konselor maka konselor dapat dengan mudah mengupas kepribadian klien dan membahas permasalahannya. Dalam melakukan konseling Ibu Kenny kerap menggunakan pesan-pesan persuasif dan motivasi kepada klien. Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan koordinasi dengan Universitas Sumatera Utara pihak-pihak terkait seperti wali kelas dan konselor sebaya untuk sama-sama mengevaluasi tentang perubahan yang dialami klien setelah dilakukan konseling. “Yang penting pendekatan secara individual. Kita membuat dia nyaman untuk cerita dan menjaga kerahasiaan klien. Kemudian setelah saya mengupas kepribadiannya baru kita membahas apa permasalahannya. Kalau ada masalah pribadi maka yang harus kita selesaikan masalah pribadinya dulu, baru setelah itu ke masalah belajarnya.” Ibu Kenny tidak menggunakan media khususketika melakukan konseling. Konseling dilakukan seperti wawancara mendalam dengan kemampuan mengajukan pertanyaan dan menganalisa jawaban yang diberikan oleh klien. Namun untuk layanan konseling Ibu Kenny membuat berbagai perangkat seperti leaflet, brosur, papan penjaringan dan buku tata tertib. Media LCD digunakan untu menyampaikan materi konseling di dalam kelas. Selain itu Ibu Kenny juga membuat catatan khusus seperti buku daftar kasus, bimbingan karir dll. “Kalau untuk bimbingan konseling itu hanya seperti wawancara jadi, tidak ada media khusus. Kalau untuk layanan konseling itu ada brosur, brosur, leaflet, papan penjaringan, buku tata-tertib. Media LCD terkadang digunakan ketika meyampaikan konseling di dalam kelas. Kemudian saya ada buat catatan khusus dalam buku konseling.” Ibu Kenny merasa kegiatan konseling yang dilakukan untuk mengatasi masalah belajar selama ini cukup efektif. Hal ini dilihat makin banyak siswa yang bersedia dikonseling bahkan Ibu Kenny mempunyai pogram konseling tanggap darurat diamana beliau melakukan konseling melalui sms dan telepon. Program konseling tanggap darurat juga dapat memudahkan proses konseling. “Cukup efektif kita bekerja sama dengan baik dengan guru, wakil kepala sekolah. Itu kita lihat dari ketika mereka masuk dari kelas satu mereka tidak perduli dengan guru BK sekarang mereka sudah mau di konseling. Kadang malah lewat sms, lewat handphone istilahnya koseling tanggap darurat.” Konseling merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi antar pribadi maka tidak heran jika terjalin keakrabanantara guru konseling dengan kliennya.Efektifnya kegiatan konseling dilihat dari banyaknya kesadaran peserta didik akan pentingnya layanan konseling. Ibu Kenny juga merasa bahwa kegiatan Universitas Sumatera Utara konseling tersebut berjalan dengan efektif dengan adanya kedekatan siswa dan tetap menjalin hubungan baik dengan kliennya bahkan hingga mereka telah lulus dari sekolah. “Bahkan sampai di perguruan tinggi pun kita masih berhubungan dan mereka masih cerita. Kemudian terjadi penurunan jumlah kasus secara umum. Selama saya disini sudah mengusahakan semaksimal mungkin supaya itu efektif.”

4.2 Pembahasan