b. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar, mengadakan karyawan,
menambah pelanggan, meningkatkan pelayanan dan meningkatkan daya saing. Kelemahan-kelemahan internal seperti penanganan khusus limbah cair
belum ada, belum memiliki karyawan, dan kemampuan pengusaha tempe terbatas serta ancaman-ancaman bertambahnya jumlah pesaing baru, banyaknya pesaing
sesama di daerah yang sama, masuknya pesaing sesama dari daerah lain dapat diatasi dengan menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dengan cara
segera menangani pepbunagan limbah cair. Mengadakan karyawan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Menambah pelanggan,
menungkatkan pelayanan dan daya saing untuk menghindari ancaman-ancaman yang mungkin datang dari pesaing.
4.5. Diagram Cartecius Analisis SWOT
Peneliti mengadakan analisis strategis dalam melihat peluang dan ancaman usaha, dan dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan, dalam melihat strategi
pengembangan usaha yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan diagram cartecius analisis SWOT yang mengidentifikasikan posisi usaha dalam 4 strategi.
Hasil perbandingan analisis internal kekuatan dan kelemahan dengan analisis eksternal peluang dan ancaman, berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagai
berikut: Sumbu x menunjukkan kekuatan dan kelemahan sedangkan sumbu y
menunjukkan peluang dan ancaman. Nilai sumbu x : S = 1,9525 dan W = 0,5825
Hasil selisih = 1,37
Universitas Sumatera Utara
Nilai sumbu y : O = 2,025 dan T = 0,77 Hasil selisih = 1,255
Gambar 4.1 Diagram Cartecius Analisis SWOT Usaha Kecil Tempe Kedelai
O +2,025
Kuadran I Strategi Agresif +1,255
W -0,5825 S +1,9525
+1,37
T -0,77
Sumber: Data Primer Diolah 2014 Dilihat dari gambar 4.1 bahwa usaha kecil tempe kedelai berada pada
kuadran I yaitu strategi agresif. Posisi kuadran I ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha kecil tempe kedelai memiliki kekuatan yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Universitas Sumatera Utara
4.6 Pembahasan
Pada hasil analisis data yang diperoleh, menunjukkan bahwa Usaha Kecil Tempe Kedelai ini memiliki skor nilai yang baik dalam lingkungan internal
berada pada posisi strength dan skor nilai yang baik dalm lingkungan eksternalnya yaitu berada pada posisi opportunity dan posisi strategi
pengembangan usaha menurut diagram cartecius analisis SWOT berada pada kuadran I yaitu strategi SO sehingga menunjukkan usaha ini memiliki lingkungan
dengan adanya kekuatan yang mendorong untuk memanfaatkan peluang tersebut. kondisi menyarankan strategi yang berorientasi pada mendukung strategi agresif
Growth Oriented Strategy. Menurut Jatmiko 2003: 115 Strategi pertumbuhan atau agresif, harus
tumbuh untuk memuaskan pemiliknya. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan
eksternalnya, kemampuan dan skill manajemennya. Pertumbuhan menjamin kelangsungan organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata lain
perusahaanorganisasi harus tumbuh jika ingin survive. Strategi yang dapat dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No.1 Medan adalah
strategi pengembangan pasar yaitu dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta meningkatkan penjualan dan memperluas wilayah pasar yang
akan diiringi pertambahan pelanggan untuk mengantisipasi hilangnya pelanggan tetap yang sudah ada dan dalam menjalankan usahanya pengusaha tidak hanya
mengandalkan pelanggan tetap saja tetapi juga pelanggan biasa.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nurul Laela F. H 2009 dengan judul “Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di
Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”. Di mana dalam penelitiannya menyatakan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalammengembangkan usaha
tempe di Kabupaten Klaten yaitu perbaikan sarana dan prasarana produksi, dansumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari
pemerintah; Meningkatkandan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan sarana dan prasaranaproduksi; Meningkatkan kualitas
sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melaluikegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuniarso. 2013. Dengan judul: ”Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun
Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang”. Di mana pada penelitiannya, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di
dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal.Artinya strategi yang diterapkan lebih
defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancaman-ancaman.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan berdasarkan penelitian sebelumnya, analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi yang tepat bagi
pengembangan usaha. Di mana strategi merupakan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan
ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan internal organisasi. Dan dari rumusan strategi tersebut akan menghasilkan beberapa alternative strategi dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk
mengembangkan suatu usaha agar dapat bertahan pada jangka waktu yang lama atau mampu juga dalam menghadapi persaingan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1.
Faktor strategis kekuatan internal yaitu: Kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan
melakukan produksi secara kontinyu, sudah memiliki pelanggan tetap, dan lokasi yang cukup strategis. Sedangkan faktor strategis kelemahan internal
yaitu: penanganan khusus limbah cair belum ada, kemasan daun pisang dapat menambah biaya, belum memiliki karyawan, kemampuan pengusaha tempe
terbatas, sistem pencatatan keuangan belum ada, kurangnya modal, dan pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami
suatu masalah. 2.
Faktor strategis peluang eksternal yaitu: Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan, Adanya kebijakan impor kedelai, Memiliki
lingkungan yang aman, Diversifikasi produk tempe, Meningkatnya kemajuan teknologi, Telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan, dan Memiliki
hubungan baik dengan pemasok. Sedangkan faktor strategis ancaman eksternal yaitu: Naiknya harga bahan baku, Keadaan cuaca yang tak
menentu, Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap kemasan tempe,
Universitas Sumatera Utara