bertambah dan daerah pemasarannya sudah mulai tersebar.Sampai saat ini Ibu Sari mengelolanya sendiri dan suaminya tanpa seorang pun karyawan. Dan tempe-
tempe yang dibuat oleh Ibu Sari ini berdasarkan pesanan ataupun permintaan oleh pelanggan mulai dari bentuk, ukuran, kemasan maupun jumlah tempe yang
diminta. Adapun kemasan tempe yang digunakan yaitu daun pisang dan plastik polos. Saat ini juga tempe buatan Ibu Sari tersebut sudah terdaftar di instansi
pemerintah yaitu ijin laik sehat dari Depertemen Kesehatan.
4.1.2. Kegiatan Usaha kecil Tempe
Kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe adalah kedelai impor. Pengusaha tidak menggunakan kedelai dalam negeri atau lokal karena kedelai
lokal sulit didapat dan tidak cocok dijadikan menjadi tempe karena ukuran kacang kedelai lokal lebih kecil dan jika sudah dimasak tidak mengembang
sehingga dapat mengurangi keuntungan. Pengusaha membeli kedelai langsung dari daerah KIM Mabar dan kedelai tersebut diantar langsung ke tempat.
4.2. Penyajian Data 4.2.1. Identitas Informan
Informan Kunci Nama
: Ibu Sari Iis Simarmata Umur
: 31 Tahun Pekerjaan
: Pemilik Usaha Tempe Pendidikan Terakhir : SLTP
Universitas Sumatera Utara
Imforman Tambahan Nama Lengkap
: Rizky Putra SE,MSi Usia
: 26 Tahun Pekerjaan
: Konsultan Bisnis Pendidikan Terakhir : S-2 Ilmu Manajemen
4.3 Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1. Analisis Lingkungan Usaha
Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No. 1 Medan secara keseluruhan yang meliputi
faktor-faktor yang berada di dalam internal dan berada di luar eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha tersebut.
4.3.1.1. Analisis Lingkungan Internal a. Produksi dan Operasi
Jenis dan kualitas kedelai yang diperoleh usaha ini dari pemasok kualitasnya bagus. Dalam proses produksi, proses dilakukan secara manual dan
hanya ada mesin dompeng yang berfungsi untuk memecah kacang kedelai tersebut setelah direbus. Proses produksi dilakukan setiap hari dan berdasarkan
pesanan dari pelanggan-pelanggan. Adapun kemasan yang digunakan dalam pembuatan tempe ini adalah kemasan dengan daun pisang dan plastik polos dan
jenis kemasan itu digunakan berdasarkan permintaan pelanggan begitu juga dengan ukurannya, jadi pengusaha hanya menentukan harga saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha, dia lebih senang menggunakan kemasan plastik di mana membuatnya lebih mudah, hanya
menyesuaikan ukuran plastiknya saja, Sedangkan kemasan daun pisang,
Universitas Sumatera Utara
membuatnya lumayan rumit, harus mempersiapkan cetakan untuk setiap ukuran, adapun cetakannya itu berbentuk persegi panjang dan seringkali belum saatnya
penjualan, daun pisang tersebut sudah layu dan terlihat jelek dan harus menggantinya pada saat penjualan karena kalau tidak diganti tidak akan ada orang
yang membelinya padahal isinya bagus. Dan hal ini dapat mengakibatkan penambahan biaya dan ditambah lagi harga daun pisang saat ini sudah
dikategorikan mahal. Jika pengusaha disuruh memilih untuk menggunakan kemasan apa,
pengusaha lebih memilih menggunakan kemasan plastik. Menurut pengakuan pengusaha kualitas tempe yang dihasilkan dari dua kemasan berbeda tersebut
adalah sama, hanya saja ada beberapa pembeli lebih menyukai kemasan daun pisang karena menurut pengakuan mereka wangi tempenya lebih terasa atau
terlihat alami. Walaupun produksinya berdasarkan pesanan pelanggan, tetapi rata- rata produksi per hari itu ±1.300 batang dengan dasar hitungan ukuran kecil dan
telah menghabiskan kacang kedelai per hari itu ±50 kg. Adapun alasan pengusaha memproduksi tempe berdasarkan pesanan untuk menjaga agar tidak ada tempe
yang bersisa dan tidak laku terjual yang dapat mengakibatkan pembusukan dan berakibat kerugian.
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi tempe ini, ada dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berupa air cucian kacang kedelai dan
limbah tersebut dibuang begitu saja ke selokan dan kalau tidak turun hujan, air tersebut tidak akan mengalir sehingga dapat menimbulkan bau tidak sedap di
lingkungan tersebut. Menurut pengakuan pengusaha tidak ada masyarakat atau
Universitas Sumatera Utara
tetangga yang komplain tentang hal tersebut, karena lokasi produksi tersebut adalah lokasi yang jarang penduduk atau hanya ada beberapa rumah saja dan
keadaan itu juga yang membuat pengusaha memilih lokasi itu untuk membuka usaha ini.Dan untuk limbah padat berupa kulit kacang, itu digunakan untuk
makanan ternak. b. Sumber Daya Manusia
Pada usaha ini belum ada karyawan, tetapi pengusaha ingin juga merekrut karyawan dengan jumlah 2 orang.Dan menurut pengakuan pengusaha sampai saat
ini belum ada orang yang ditemukan untuk dijadikan karyawan, dengan alasan sulit untuk mendapatkannya. Terkadang pengusaha kewalahan dalam
menyelesaikan pembuatan tempe setiap harinya disamping dia juga seorang ibu rumah tangga yang mengurusi keluarga, apalagi kalau ada pesanan di luar batas
produksi per harinya terkadang sampai tidak sanggup membuatnya. Jadi intinya pada sumber daya manusia ini pengusaha masih mencari karyawan.
c. Keuangan Sistem pencatatan keuangan pada usaha ini belum ada.Setiap transaksi
keluar masuknya uang tidak dicatat dalam buku keuangan. Dan berdasarkan pengakuan pengusaha, karena usaha ini merupakan mata pencaharian satu-satunya
dan kalau kebutuhan keluarga sudah tercukupi sisanya dapat dijadikan sebagai simpanan atau tabungan untuk penanaman modal berikutnya dan sebagai alokasi
dana untuk alat-alat produksi yang mengalami kerusakan ataupun mengalami penyusutan. Dan jika hal tersebut terjadi tidak perlu lagi repot dan bingung karena
sudah ada persediaan keuangan. Untuk membuat kemasan tempe yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
cap sebagai identitas tempe buatan sendiri, pengusaha mengakui belum memiliki modal yang cukup untuk hal tersebut dan masih adanya keraguan.
d. Pemasaran Pemasaran merupakan proses akhir dari sebuah usaha. Dari pemasaran
yang efektiflah didapatkan keuntungan.Dalam sistem pemasaran terdapat model- model pemasaran yang dipilih oleh suatu usaha sebagai strategi meraih pasar
sebanyak-banyaknya. Model pemasaran yang dilakukan pada usaha tempe ini adalah dengan dua jenis yaitu mengantarkan langsung barang ke pelanggan
pemesan dan ada juga dijemput langsung oleh pelanggan. Adapun tempat pemasaran tempe tersebut yaitu di pasar tradisional simpang Melati yang biasa
disebut pajak Melati, pasar tradisional Tanjung Rejo, pasar tradisional pasar 2 Tanjung Sari, Pasar tradisional pasar 5 Padang Bulan yang biasa di sebut pajak
pagi Padang Bulan, pasar tradisional Simalingkar, penjual gorengan, dan sebagainya.
Menurut pengakuan pengusaha tempe tersebut paling banyak dipasarkan di pasar Tradisional simpang Melati karena lokasi tersebut sangat dekat dengan
lokasi produksi, dan tempe tersebut langsung diantar ke tempat dengan alat transportasi kendaraan roda tiga atau yang disebut becak becak barang. Adapun
pelanggan-pelanggan lain yang datang menjemput langsung tempe tersebut itu merupakan pilihan pembeli karena pun akses ke tempat produksi mudah dan tidak
sulit untuk ditemukan, hanya ada sekitar ± 200 m dari jalan besar. Tetapi terkadang jika pelanggan yang biasanya menjemput langsung ke tempat tersebut
kemalangan atau ada halangan, pengusaha yang mengantarkan barang tersebut ke
Universitas Sumatera Utara
tempat pelanggan.Pelanggan-pelanggan yang disebutkan di atas merupakan pelanggan-pelanggan tetap.Untuk menambah pasar, pengusaha belum gencar
Karen kemampuan yang dimiliki masih terbatas karena tidak memiliki karyawan jika pelanggannya bertambah. Adapun harga tempe yang dijual pengusaha adalah
mulai dari harga Rp 700,- sampai harga Rp 5.000,- di mana harga-harga tersebut ditentukan berdasarkan ukurannya.
4.3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal
a. Analisis Lingkuangan Makro Faktor-faktor lingkungan makro pada usaha kecil tempe kedelai ini adalah:
1. Faktor Kebijakan Pemerintah
Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang kebijakan pemerintah, lembaga pemerintah, dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusunan
strategi usaha. Adanya kebijakan pemerintah tentang ijin seperti ijin laik sehat departemen kesehatan untuk pengusaha makanan seperti usaha tempe ini untuk
memastikan bahwa makanan tersebut bebas dari zat-zat berbahaya seperti bahan pengawet dan dapat dikatakan bersih dan sehat jika dikonsumsi. Usaha ini sudah
mendaftarkan tempenya tersebut kepada departemen kesehatan dan telah dijamin bahwa tempe tersebut bebas dari zat pengawet, bersih dan sehat. Sehingga dengan
hasil tersebut, pengusaha lebih percaya diri untuk memasarkan tempenya kemana pun karena telah ada lembaga yang menjaminnya.
Adanya kebijakan pemerintah tentang pemasukan impor kacang kedelai membantu pengusaha yang berbahan baku kedelai untuk meneruskan usahanya,
walaupun saat ini kacang kedelai dikatakan mahal, karena kacang kedelai lokal
Universitas Sumatera Utara
yang tidak sanggup memenuhi permintaan pasar. Dan menurut pengakuan pengusaha tempe ini, kacang kedelai impor lebih cocok dijadikan sebagai tempe
dibandingkan dengan kacang kedelai lokal. Selain karena cocok untuk dijadikan tempe kacang kedelai impor lebih mudah mendapatkannya. Untuk mengatasi
mahalnya kacang kedelai impor tersebut, pengusaha mengurangi timbangan ataupun takaran kacang kedelai dari timbangan biasanya dalam setiap kemasan.
2. Faktor Ekonomi
Menurut pengusaha, keadaan ekonomi saat ini dikatakan tidak baik karena naiknya harga sembako, seperti harga kacang kedelai saat ini telah mencapai
harga Rp 8.300kg. Pengusaha mengatakan bahwa harga kacang kedelai yang standar itu seharga Rp 7.500kg dan kalau masih seharga Rp 8000-an itu
dikatakan mahal. 3.
Faktor Sosial, Budaya, dan Demografi Pola konsumsi masyarakat yang menyukai makanan olahan dari tempe
merupakan peluang bagi pengusaha tempe. Adanya diversifikasi produk di mana tempe tidak hanya digunakan sebagai lauk pauk saja tetapi berbagai jenis
makanan tambahan atau jajanan dari tempe merupakan peluang bagi pengusaha tempe untuk mengembangkan usahanya. Selain itu juga, hal yang mendorong
masyarakat mengkonsumsi tempe yaitu tempe merupakan makanan yang baik untuk kesehatan. Lingkungan fisik di mana usaha tempe ini beroperasi merupakan
lingkungan yang aman, walaupun limbahnya dibuang begitu saja tidak ada yang komplain terhadap hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk cuaca yang terkadang tidak menentu, membuat kesiapan dari pengusaha tempe ini untuk mengantisipasi agar fermentasi tempenya tidak rusak
yang mengakibatkan pembusukan. Jika cuaca panas, tempe yang sudah dikemas yang telah disusun di dalam keranjang akan cepat panas dan tempe tersebut harus
segera di gantungkan di tempat penggantungan atau rak tempe yang telah disediakan pemilik. Jika cuaca dingin atau hujan, pengusaha juga harus lebih teliti
dalam pemberian ragi pada kacang kedelai. Jika dalam keadaan tersebut, biasanya takaran ragi lebih banyak agar proses fermentasinya bagus.
4. Faktor Teknologi
Penggunaan teknologi akan memberikan efektivitas dan efisiensi yang berpengaruh terhadap biaya operasional. Pengusaha tempe ini sudah
menggunakan teknologi seperti mesin yang biasa disebut mesin dompeng yang berfungsi untuk memecah kacang kedelai, di mana pada saat belum menggunakan
mesin tersebut harus membutuhkan waktu lama karena dilakukan secara konvensional dengan cara memasukkan ke dalam karung dan kemudian
menginjak-injaknya. Pengusaha tempe ini juga menggunakan kendaraan roda tiga atau becak
sebagai alat trsnsportasi yang digunakan untuk mengantarkan tempe-tempe tersebut kepada pelanggan memberikan pengaruh besar terhadap efektivitas dan
efisiensi pemasaran. Penggunaan handphone sebagai alat komunikasi memperlancar proses transaksi dengan pelanggan. Jika pelanggan berlokasi jauh
yang biasanya datang menjemput tempe ke tempat berhalangan atau jika ada
Universitas Sumatera Utara
penambahan atau pengurangan jumlah tempe yang dipesan diakibatkan sesuatu hal tinggal telepon saja. Sehingga biaya operasional pun lebih efisien.
b. Analisis Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri dilakukan berdasarkan konsep lima kekuatan
bersaing Porter, yaitu: 1.
Ancaman Masuknya Pendatang baru Masuknya sejumlah pendatang baru dalam bisnis tempe menimbulkan
ancaman besar bagi pengusaha tempe yang sudah ada, misalnya kapasitas tempe yang bertambah yang mengakibatkan perebutan konsumen. Pendatang baru bisa
saja datang dari luar daerah ataupun masih satu daerah. Adapun indikasi ancaman tersebut dapat dilihat dari mudahnya memulai bisnis tempe dengan modal yang
sedikit. 2.
Persaingan Sesama Persaingan dalam bisnis tempe di Medan cukup ketat. Banyak pengusaha-
pengusaha tempe yang lebih besar dari usaha tempe ini dan lokasi tidak jauh dari usaha tempe ini. Harga yang ditawarkan juga sama dengan harga tempe pada
usaha ini. Kemasan yang digunakan oleh pesaing-pesaing besar tersebut sudah menggunakan plastik berwarna dengan mencantumkan cap dan harga jual. Dan
terkadang banyak orang lebih memilih tempe yang berpenampilan seperti itu. Menurut pengakuan pengusaha, untuk membuat kemasan plastik seperti yang
telah dilakukan pesaing belum sanggup karena membutukan modal lagi dan masih adanya keraguan dalam diri pengusaha untuk melakukannya, dan yang dapat
dilakukan pengusaha untuk meperlancar usahanya tersebut menjaga dan menjalin
Universitas Sumatera Utara
hubungan baik dengan pelanggan-pelanggan tetap yang selama ini telah dibangun. Dan ada juga pesaing yang berasal dari luar daerah Medan seperti daerah Binjai
yang menyebabkan persaingan yang sangat ketat. 3.
Ancaman Produk Subsitusi Pengertian produk subsitusi adalah produk yang memiliki karakteristik
yang berbeda, namun memberikan fungsi yang sama. Munculnya produk substitusi akan mengancam jumlah permintaan apalagi kalau harga yang
ditawarkan tersebut lebih murah. Tetapi untuk saat ini, belum ada ditemukan produk pengganti tempe.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Pembeli atau pelanggan dalam dunia bisnis ibarat raja dan ratu yang dapat menawar dan meminta sesuai kehendaknya yang bermaksud pembeli mampu
mempengaruhi pengusaha untuk memotong harga, meningkatkan mutu, dan pelayanan. Pelanggan usaha tempe ini cukup tersebar di daerah Medan walaupun
yang paling jauh dari lokasi produksi adalah Simalingkar dan Padang Bulan. Pelanggan-pelanggan usaha tempe ini memesan tempe dengan permintaan sendiri-
sendiri mulai dari bentuk, kemasan, dan ukuran ditentukan oleh sendiri oleh pembeli.
Pengusaha membuat tempe berdasarkan permintaan pelanggan dan menentukan harganya. Pengusaha tempe ini tidak ada melakukan pemotongan
harga, yang dilakukan hanya memberikan bonus atau melebihkan dari jumlah pesanan. Dan ini dilakukan hanya kepada pelanggan-pelanggan tetapnya saja.
Jikalau pelanggan telah memesan tempe dan saat itu juga terjadi kemalangan yang
Universitas Sumatera Utara
tidak terduga seperti sakit yang membuat pelanggan tidak bisa berjualan, maka yang dilakukan pengusaha tempe tersebut menjualnya sendiri. Kekecewaan itu
pasti ada tetapi untuk menjaga hubungan baik itu dilakukan dengan ikhlas oleh pengusaha karena hal tersebut salah satu risiko dalam menjalankan usaha ini.
Cara pembayaran yang dilakukan pelanggan ada yang cash dan ada juga gali lobang tutup lobang. Biasanya pelanggan yang datang menjemput ke tempat
itu membayarnya secara cash dan pelanggan yang meminta diantar ke tempat biasanya setelah terjual lalu dibayar. Pengusaha dan pelanggan sudah saling
percaya akan hal tersebut, tidak ada lagi keraguan dalam menjalankan keadaan yang seperti itu.
5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Pemasok kacang kedelai pada usaha ini adalah dari gudang besar KIM Mabar. Dulunya usaha ini memasok kacang kedelai dari gudang kecil Tanjung
Sari. Tetapi saat ini lebih memilih dari daerah KIM Mabar karena pelayanannya sama saja yaitu langsung antar ke tempat dan pengusaha lebih suka dari gudang
besarnya saja. Persyaratan yang dilakukan oleh pengusaha tempe dengan pemasok ada yaitu jika ada kacang kedelai yang rusak dapat dikembalikan kepada
pemasok. Biasanya pengusaha tempe ini memasok kacang kedelai sebulan sekali yaitu 1
Ton untuk 30 hari, di mana untuk 1 hari kacang kedelai yang digunakan 50 kg 1 karung.
Menurut pengakuan pengusaha tidak pernah kewalahan atau kekurangan kacang kedelai yang dapat menghambat proses produksi karena dia selalu
Universitas Sumatera Utara
mengantisipasi kalau persediaan kacang kedelainya tinggal 3 karung yaitu masing-masing 50 kgkarung beliau langsung memesan kepada pemasok dan
pemasok pun tidak pernah terlambat mengirimkannya.
4.4. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman