Perkembangan Penyempurnaan Tafsir Departemen Agama
b. Perkembangan Penyempurnaan Tafsir Departemen Agama
Tafsir Departemen Agama pertama kali dicetak lengkap pada tahun anggaran 1980/ 1981 dengan format, sistematika, dan teknik penulisan yang
sederhana. Dengan bentuk tafsir seperti ini, ternyata Tafsir Depag edisi awal ini terkesan menyulitkan para pembaca yang ingin menemukan penafsiran
ayat yang diinginkannya. 16 Setelah melihat adanya kelemahan dan kekurangan dalam produk tafsirnya, Depag kemudian melakukan penyempurnaan atau perbaikan yang dilakukan secara bertahap oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Agama.
Menurut A. Hafizh Dasuki, dalam dasawarsa pertama (1980-1990) Tafsir Departemen Agama telah dicetak lima kali, yaitu pada tahun anggaran 1983/ 1984, 1984/ 1985, 1985/ 1986, 1989/ 1990, 1990/ 1991. Naskah tafsir mengalami revisi pada tahun 1985/ 1986 dan dicetak dengan menggunakan
15 Mengenai perbaikan dan penyempurnaan A l-Qur'an dan Tafsirnya melalui KMA No. 280 Tahun 2003 ini akan dibahas pada sub bab berikutnya dengan judul "Perkembangan Penyempurnaan Tafsir Departemen Agama".
16 Silakan lihat catatan kaki no. 11.
Mushaf Utsmani yang telah distandarkan sesuai dengan SK. Menteri Agama No. 7 tahun 1984. Pada tahun anggaran 1989/ 1990, naskah tafsir mengalami revisi lagi dan kali ini secara menyeluruh, baik isi maupun fisiknya, tulisan Arab diperindah, penulisan hadis dilengkapi dengan menyebutkan rawinya,
demikian pula dengan isi dan redaksinya. 17
Revisi yang baru-baru ini dilakukan (masih dalam penulisan) adalah
revisi edisi yang disempurnakan tahun 2003 berdasarkan KMA No. 280 Tahun 2003, yang mencoba melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara menyeluruh terhadap tafsir Depag baik dari sisi isi, format, maupun
bahasa. 18 Penyempurnaan tafsir al-Qur'an secara menyeluruh ini dirasakan perlu dilakukan, karena perkembangan bahasa, dinamika masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang mengalami kemajuan pesat bila dibanding saat pertama kali tafsir tersebut diterbitkan, sekitar hampir 30 tahun yang lalu.
Munculnya KMA No. 280 Tahun 2003 ini sebagai tindak lanjut setelah digelarnya Musyawarah Kerja Ulama Ahli al-Qur’an yang berlangsung 28-30
17 Dasuki, Maklumat Perbaikan , h. 1. Namun setelah penulis merujuk pada kitab tafsirnya, tidak disebutkan nama perawinya (nama sahabat) dalam pengutipan hadis,
melainkan dicantumkan nama mukharrij nya saja di footnote (catatan kaki).
18 A l-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama RI (Edisi Yang Disempurnakan 2004) ini direncanakan dapat menyelesaikan 6 juz setiap tahun, sehingga memerlukan waktu 5
tahun, terhitung mulai tahun 2003. Dan pada saatnya nanti akan dicetak utuh pada 2007 sembari menunggu koreksian dan masukan dari masyarakat. Tahun 2005 telah selesai dicetak 4 jilid (12 juz), dan hingga Tesis ini ditulis telah menyelesaikan 6 jilid (18 Juz).
April 2003 dan dihadiri 56 peserta, baik ulama, akademisi, pakar ilmu sosial, kedokteran atau pemerhati. 19 Pertemuan ini menghasilkan sejumlah rekomendasi dan yang paling pokok adalah merekomendasikan perlunya dilakukan penyempurnaan tafsir Depag. Muker Ulama al-Qur'an telah berhasil pula merumuskan pedoman penyempurnaan tafsir, yang kemudian menjadi acuan kerja tim tafsir dalam melakukan tugas-tugasnya, termasuk
jadwal penyelesaian. 20 Adapun aspek penyempurnaan dalam KMA RI No. 280 Tahun 2003 ini, sebagaimana dipaparkan ketua timnya, Dr. K.H. Ahsin Sakho
Muhammad, meliputi 21 :
Pertama: Judul. Sebelum memulai penafsiran, ada judul yang disesuaikan dengan kandungan kelompok ayat yang akan ditafsirkan. Dalam tafsir penyempurnaan, perbaikan judul itu dilakukan dalam konteks struktur
19 Tahar, "Telaah Tentang," hal. 55.
20 Mudzhar, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi yang disempurnakan 2004), Jil. 1, h. xvi. Sebagaimana disampaikannya juga bahwa Al-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama RI
(Edisi Yang Disempurnakan 2004) ini direncanakan dapat menyelesaikan 6 juz setiap tahun, sehingga memerlukan waktu 5 tahun, terhitung mulai tahun 2003. Dan pada saatnya nanti akan dicetak utuh pada 2007 sembari menunggu koreksian dan masukan dari masyarakat. Hingga tahun 2005 telah selesai dicetak 4 jilid (12 juz).
21 Keterangan mengenai hal-hal yang disempurnakan, pada dasarnya penulis kutip dari keterangan Ahsin Sakho Muhammad yang tertuang dalam Depag RI, Al-Qur'an dan
Tafsirnya," (edisi yang disempurnakan 2004), Jil. 1, h. xxiv-xxvi. Jika terdapat keterangan lain yang berkaitan, penulis akan mencantumkan sumber kutipannya pada catatan kaki. Terdapat delapan hal yang diperbaiki dalam tafsir Depag edisi yang disempurnakan 2004 ini.
bahasanya, tanpa mengurangi isi judul tersebut. Terkadang tim juga mengubah judul jika dirasa perlu, misalnya karena judul awal dinilai kurang sesuai dengan kandungan ayat-ayat yang ditafsirkan. Misalnya pada tafsir edisi revisi tahun 1985/ 1986, pemotongan judul pembahasan kadang-kadang tidak tepat sehingga tidak jelas maknanya. Seperti dalam jilid I pada h. 107
(Q. S. al-Baqarah/ 2: 38-39) tertera "Kebahagiaan Orang-orang yang." 22 Pada
edisi yang disempurnakan judul tersebut direvisi dengan "Keuntungan Orang yang Mengikuti Petunjuk Allah dan Kerugian Orang Kafir." 23 Kedua: Penulisan kelompok ayat. Dalam penulisan kelompok ayat ini, rasm yang digunakan adalah rasm Utsmani yang diambil dari Mushaf Standar Indonesia yang telah banyak beredar dan juga mushaf yang ditulis ulang yang diwakafkan oleh Yayasan Iman Jama’ kepada Depag RI untuk dicetak dan disebarluaskan. Rasm ini mulai digunakan pada tafsir edisi revisi tahun 1985/ 1986 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Agama Nomor
7 Tahun 1984. Dan pada bulan November 1984, terbit SK Menteri Agama RI
22 Pada edisi 1989/ 1990, tidak mencantumkan judul bahasan pada halaman atas, tetapi hanya mencantumkan nama surah. Depag RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, (Jakarta: CV.
Andhika Jaya, 1989/ 1990), Jil. 1, h. 107.
23 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi yang disempurnakan 2004), Jil. 1, h. 75.
Nomor 25 Tahun 1984 tentang penerapan Mushaf Standar sebagai rasm acuan
dalam penulisan ayat-ayat al-Qur'an. 24
Pengelompokan ayat pada edisi yang disempurnakan tidak banyak mengalami perubahan. Hanya saja, jika kelompok ayatnya terlalu panjang, maka tim merasa perlu membagi kelompok ayat dimaksud menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberikan judul baru dengan tetap
memperhatikan waqaf dan ibtida' -nya. 25
Pada dua edisi revisi sebelumnya (tahun 1985/ 1986 dan 1989/ 1990), pembahasan "Masalah Kiblat" misalnya, mengelompokkan ayat pembahasan mulai ayat 142-152 dari surah al-Baqarah/ 2. 26 Sedangkan pada edisi yang disempurnakan kelompok ayat tersebut dibagi lagi menjadi tiga kelompok pembahasan, yaitu "Perubahan Arah Kiblat" mulai dari ayat 142-145, "Kebenaran dari Allah" mulai ayat 146-148, dan "Sabar Menghadapi Cobaan
24 Depag RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, t.tp.: tt., t.th., (edisi revisi 1985/ 1986), Jil. Mukaddimah, h. 15.
25 Ahsin Sakho Muhammad, "Aspek-aspek Penyempurnaan Terjemah dan Tafsir Departemen Agama," Jurnal Lektur Keagamaan, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan
Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2005), Volume 3, No. 1, hal. 161.
26 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi revisi 1985/ 1986), Jil. 1, h. 273-274. Dan lihat pula Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi revisi 1989/ 1990), Jil. 1, h. 273-274.
dalam Menegakkan Kebenaran" mulai ayat 149-167 dari surah al-
Baqarah/ 2. 27 Ketiga: Terjemah. Dalam menerjemahkan kelompok ayat, terjemah yang dipakai adalah al-Qur’an dan Terjemahnya edisi 2002 yang telah diterbitkan oleh Depag RI pada 2004. Pada edisi revisi 1985/ 1986 dan edisi revisi 1989/ 1990, terjemah al-Qur'an berpedoman pada SK Menteri Agama RI
Nomor 25 Tahun 1984 tentang Penerapan Mushaf Al-Qur'an Standar, sedangkan dalam hal ejaannya masih menggunakan ejaan jawatan
Pendidikan Agama Departemen Agama. 28 Namun pada edisi revisi 1989/ 1990, penyesuaian transliterasi Arab-Latin sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri. 29
Keempat: Kosakata. Dalam edisi penyempurnaan ini, tim merasa perlu mengetengahkan unsur kosakata. Dalam penulisan kosakata, yang diuraikan terlebih dulu adalah arti kata dasar dari kata dimaksud, lalu diuraikan pemakaian kata itu dalam al-Qur’an dan kemudian mengetengahkan arti yang paling pas untuk kata itu pada ayat yang sedang ditafsirkan. Jika
27 Lebih jelasnya silakan lihat Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi yang disempurnakan 2004), Jil. 1, h. 203-213.
28 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi revisi 1985/ 1986), Jil. Mukaddimah, h. 15.
29 UII, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jil. II (Mukaddimah), h. xx. Dan lihat pula Dasuki, Maklumat Perbaikan , h. 64. SKB 2 Menteri di sini adalah, Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 dan dengan Nomor 0543.b/ U/ 1987.
kosakata itu diperlukan uraian yang lebih panjang, maka diuraikan sehingga
dapat memberi pengertian yang utuh. 30
Pada edisi revisi 1985/ 1986 dan edisi revisi 1989/ 1990, tidak melakukan penafsiran terhadap kosakata ayat, kecuali hanya pada surah al- Fâtihah.
Kelima: Munâsabah. Sebenarnya, ada beberapa bentuk munâsabah atau
keterkaitan antara ayat dengan ayat atau antara surah dengan surah. Misalnya munâsabah antara satu surah dengan surah berikutnya, munâsabah antara awal surah dengan akhir surah, munâsabah antara akhir surah dengan awal surah berikutnya, munâsabah antara satu ayat dengan ayat berikutnya, dan munâsabah antara kelompok ayat dengan kelompok ayat berikutnya.
Pada tafsir Depag edisi revisi 1985/ 1986, Tim Tafsir Depag hanya menyebutkan munâsabah antara surah yang dibahas dengan surah setelahnya. Sedangkan pada tafsir Depag edisi revisi 1989/ 1990 dan edisi yang disempurnakan, Tim Tafsir Depag menyebutkan dua jenis munâsabah , yaitu
30 Misalnya pada surah al-Baqarah/ 2: 2, kata " al-muttaqîn" adalah isim fâ‘il dalam bentuk jamak dari kata ittaqâ-yattaqî, yang berarti menjaga diri dari segala yang
membahayakan. Kata " taqwâ" juga berarti "berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu." Secara etimologi, kata " taqwâ" mengandung pengertian "menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt. dan melaksanakan segala yang diperintah-Nya. Lebih jelasnya silakan lihat Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi yang disempurnakan 2004), Jil. 1, h. 31.
munâsabah antara satu surah dengan surah sebelumnya dan munâsabah antara
kelompok ayat dengan kelompok ayat sebelumnya. 31
Keenam: Sabab al-nuzûl. Dalam penyempurnaan tafsir ini, sabab al-nuzûl dijadikan sub tema. Jika dalam kelompok ayat ada beberapa riwayat tentang sabab al-nuzûl , maka sabab al-nuzûl pertama dijadikan sub judul. Sedangkan sabab al-nuzûl berikutnya cukup diterangkan dalam tafsirnya saja.
Pada tafsir Depag edisi revisi 1985/ 1986 dan edisi revisi 1989/ 1990, jika terdapat riwayat yang menerangkan sebab-sebab turunnya suatu ayat, maka sebab-sebab turunnya ayat itu dijadikan salah satu dasar penafsiran
ayat tersebut. 32 Ketujuh: Tafsir. Secara garis besar, penafsiran yang ada tidak banyak mengalami perubahan, karena masih cukup memadai. Kalaupun ada perbaikan, maka lebih pada perbaikan redaksi, menulis ulang penjelasan yang telah ada tanpa mengubah makna, meringkas uraian yang telah ada, membuang urian yang tidak perlu atau uraian yang berulang-ulang, membuang uraian yang tidak terkait langsung dengan ayat yang sedang
31 Penulis tidak mengetahui alasan mengapa ketua tim tidak memberikan elaborasi lebih jauh terkait alasan penggunaan dua model munâsabah itu, terutama dalam tafsir Depag
edisi yang disempurnakan 2004. Misalnya, atas dasar apa hanya dua model munâsabah itu saja yang ditampilkan?
32 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi revisi 1985/ 1986), Jil. Mukaddimah, h. 12. Dan lihat pula Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (edisi revisi 1989/ 1990), Jil. Mukaddimah,
h. 15.
ditafsirkan, mentakhrij Hadis atau ungkapan yang belum ditakhrij, dan atau
mengeluarkan Hadis yang tidak sahih. 33
Pada edisi revisi 1985/ 1986 dan edisi revisi 1989/ 1990, penafsiran ayat didasarkan pada hadis-hadis Nabi saw. dan penjelasan sahabat tentang ayat- ayat itu. Kemudian meninjau uraian dan pendapat para ulama dan para ahli tafsir yang telah menafsirkan ayat-ayat tersebut. Tidak jarang mengutip ayat-
ayat lain yang berkaitan dengan ayat-ayat yang dibahas sehingga akhirnya dibuat kesimpulan dari penafsiran itu. 34 Namun dalam pengutipan hadis, kedua edisi tidak menyebutkan perawi (nama sahabat), tetapi langsung pada matan (redaksi) hadis. Sedangkan nama mukharrij hadis disebutkan pada
footnote (catatan kaki). 35
Kedelapan: Kesimpulan. Tim, juga melakukan perbaikan kesimpulan. Karena tafsir ini bercorak hidâ’i, maka dalam kesimpulan akhir, tafsir ini juga berusaha mengetengahkan sisi-sisi hidayah dari ayat yang telah ditafsirkan.
33 Ahsin menambahkan penjelasannya dalam artikelnya yang berjudul "Aspek-aspek Penyempurnaan Terjemah dan tafsir Departemen Agama" dalam Jurnal Lektur Keagamaan
bahwa dalam memperbaiki susunan bahasa, tim sepakat untuk tidak menggunakan bahasa ilmu sosial yang sedang berkembang saat ini, tetapi lebih memilih bahasa Indonesia yang bisa dipahami oleh kalangan umum. Dan menampilkan ayat-ayat semisal yang ada pada surah lain, sebagai penguat yang ada. Ahsin, "Aspek-aspek," h. 162.
34 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, edisi revisi 1985/ 1986, Jil. Mukaddimah, h. 12.
35 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, edisi revisi 1985/ 1986, Jil. 1, h. 58 dan 62. Dan lihat pula Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, edisi revisi 1989/ 1990, Jil. 1, h. 58 dan 62.
Pada tafsir Depag edisi 1985/ 1986, hanya memberikan kesimpulan secara global terhadap surah yang dibahas. Sedangkan, pada edisi 1989/ 1990, memberikan kesimpulan pada suatu kelompok ayat dan kesimpulan secara keseluruhan terhadap surah yang dibahas.
Pengindeks-an juga merupakan kreasi baru yang dapat kita temukan
pada al-Qur’an dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan. Setiap jilid selalu menampilkan pengindeks-an tersebut. Hal ini akan sangat memudahkan pembaca menemukan tema atau kata tertentu yang sedang dicarinya di dalam tafsir Depag ini. Selain itu, dalam edisi yang disempurnakan ini berusaha membedakan karakteristik penulisan teks Arab, antara kelompok
ayat yang ditafsirkan, ayat-ayat pendukung, dan penulisan teks hadis. 36