Jauhar Azizy Pluralisme Agama dalam Al Quran

TELAAH TERHADAP TAFSIR D EPARTEM EN AGAM A TESIS

Telah Diujikan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam

Disusun oleh:

JAUHAR AZIZY

NIM: 04.2.00.1.05.01.0086

SEKOLAH PA SCA SA RJANA UNIV ERSITA S ISLA M NEGERI (UIN) SYA RIF HIDA YA TULLAH JAKA RTA

1428 H / 2007 M

ABSTRAK

Pluralisme Agama telah menjadi salah satu wacana kontemporer yang sering dibicarakan akhir-akhir ini di penghujung abad 20, khususnya di Indonesia. Wacana ini salah satunya, sebenarnya ingin menjembatani hubungan antaragama yang seringkali terjadi disharmoni dengan mengatasnamakan agama, diantaranya kekerasan sesama umat beragama, maupun kekerasan antarumat beragama. Dari masalah- masalah tersebut muncul pertanyaan apakah pemahaman seseorang terhadap agamanya yang kurang sesuai―untuk tidak mengatakan salah―atau memang ajaranya agamanya yang tidak benar.

Melihat fenomena hubungan disharmoni dalam umat beragama dan antaragama yang seringkali terjadi, memunculkan kebutuhan akan dialog (intra agama dan antaragama/antariman). Orang Islam, misalnya, mulai melihat kembali doktrin al- Qur'an tentang perlunya mencari titik temu (kalimah al-sawâ') di antara agama-agama (QS. Âli ‘Imrân/3: 64). Di antara intelektual Islam ada yang berpendapat bahwa dialog antaragama bukan saja mungkin dilakukan, tetapi juga harus dilakukan. Karena

merupakan salah satu tema pokok al-Qur'an. Peran lembaga negara yang menangani urusan-urusan agama, salah satunya di Indonesia, juga memainkan peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang rukun dan damai dalam kemajemukan agama yang ada, dengan tanpa melihat umat agama yang mayoritas maupun yang minoritas. Departemen Agama RI sebagai lembaga negara yang menangani urusan-urusan keagamaan, sangat berperan dalam menciptakan koeksistensi-pluralistik beragama, yaitu kehidupan berdampingan secara damai dalam kemajemukan agama.

Tesis yang berjudul "Pluralisme Agama dalam Al-Qur'an: Telaah Terhadap Tafsir Departemen Agama" ini ingin melihat dan mengungkap penafsiran Tim Tafsir Depag RI terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pluralisme agama. Khsususnya tentang pluralitas/kemajemukan agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama. Penelitian ini difokuskan pada kitab tafsir Al-Qur'an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan, 2004) Departemen Agama RI.

Alasan pemilihan kajian terfokus kepada tafsir Depag RI, karena Depag RI sebagai lembaga negara yang menangani urusan keagamaan dan menaungi enam agama besar yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Selain itu, wacana pluralisme agama ini marak dibicarakan sebelum dan sedang dikerjakannya proyek penyempurnaan Al-Qur'an dan Tafsirnya Depag RI.

Penulis membatasi kajian ini dengan tiga pertanyaan dalam melihat penafsiran Tim Tafsir Depag RI, yaitu bagaimanakah penafsiran Al-Qur'an dan Tafsirnya Depag RI terhadap ayat-ayat pluralitas agama?; bagaimanakah penafsiran Al-Qur'an dan Tafsirnya Depag RI terhadap ayat-ayat kebebasan beragama?; dan bagaimanakah penafsiran Al-Qur'an dan Tafsirnya Depag RI terhadap ayat-ayat toleransi beragama? Dari batasan masalah di atas, penulis merumuskan penelitian dengan pertanyaan, Bagaimanakah Al-Qur'an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan, 2004) Departemen Agama RI menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an yang terkait dengan wacana pluralisme agama?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Deskriptif yang penulis maksud di sini adalah menggambarkan dan mengurai penafsiran Departemen Agama yang tertuang dalam al-Qur'an dan Tafsirnya terhadap ayat—ayat pluralisme agama. Adapun pluralisme agama yang penulis maksud di sini adalah hanya mencakup pembahasan tentang pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama.

Analitis sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena pemahaman, pemaksaan, interpretasi al-Qur'an, dan mengukuhkan pengetahuan tentang berbagai eksperimen tersebut. Dan analisis isi (content anlysis) dilakukan untuk menganalisis penafsiran al-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama seputar ayat-ayat pluralisme agama.

Dari permasalahan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama. Dalam hal pluralitas agama, Tafsir Departemen Agama hanya mengakui agama Islam yang paling benar, sejak dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sampai hari kiamat. Tafsir Departemen Agama mengakui kebenaran agama-agama Samawi (Yahudi dan

Nasrani) dan agama orang-orang Shâbi’în konteksnya sebelum Islam datang dan dengan syarat tetap mengamalkan ajaran Allah swt. Secara teori ilmu sikap dalam

teologi agama-agama, Tafsir Departemen Agama dalam hal pluralitas agama, bersikap eksklusif. Kedua, dalam hal kebebasan beragama, Tafsir Departemen Agama memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk memeluk agama yang diyakininya tanpa ada paksaan dari siapa dan lembaga manapun. Ketiga. Dalam hal toleransi beragama, Tafsir Departemen Agama mengajarkan dan menganjurkan untuk hidup rukun dan damai antarumat beragama. Dan dalam hal ini, Tafsir Departemen Agama juga sejalan dengan Tri Kerukunan Hidup Umat Beragama yang dicanangkan oleh Departemen Agama.

KATA PENGA NTA R

Alhamdulillâh, puji syukur kepada ilahi yang telah memberikan hidayah dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tanpa restu dan

izin-Nya, niscaya tesis ini tak mungkin dapat diselesaikan penulis. Dalam pengantar tesis ini, penulis hendak menebarkan serangkaian terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir perkuliahan S1.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M. A., Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Azyumardi Azra, M. A. beserta jajarannya, atas semua bakti beliau-beliau terhadap kelangsungan dinamika sekolah pascasarjana di mana saya menempuh studi. Tak terkecuali juga, kepada segenap dosen dan karyawan yang tak kalah semangat pengabdiannya.

Berikutnya, terima kasih sedalam-dalamnya saya tujukan kepada pembimbing penulis, Bapak Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M. A., yang senantiasa mengarahkan dan memberikan masukan dalam proses penulisan tesis ini.

Ungkapan terima kasih setulus hati juga tak lupa penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Drs. H. M. Syarbini Syam & Ibunda Dra. H.

Mardlijah Busjairi, M. Pd., kesabaran, nasehat, dan doanya kepada penulis semakin membakar semangat penulis untuk senantiasa patuh dan bisa membahagiakannya. Juga kepada abang-abangku tercinta terima kasih atas segala motivasi dan bantuannya.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih banyak kepada Bapak Drs. M. Sohib Tahar, yang telah membantu mendapatkan data-data primer yang penulis butuhkan dalam penulisan tesis ini.

Kepada segenap karyawan perpustakaan (perpust. Sekolah Pascasarjana UIN, perpust. Pusat UIN, perpust. FUF, dan perpust. Iman Jama), penulis Kepada segenap karyawan perpustakaan (perpust. Sekolah Pascasarjana UIN, perpust. Pusat UIN, perpust. FUF, dan perpust. Iman Jama), penulis

Dalam perjalanan intelektual di konsentrasi Tafsir Hadis, penulis banyak mendapat motivasi dari kawan-kawan Konsentrasi Tafsir Hadis angkatan 2004, dan teman-teman konsentrasi lainnya yang sudah menciptakan suasana nan bersahabat, baik dalam diskusi di kelas maupun di luar, penulis sampaikan terima kasih atas diskusi dan tukar ilmunya.

Juga tak boleh terlewatkan, terima kasih kepada Mas Adib & Lembaga Kajian Pendidikan, Keilaman, dan Sosial Nusantara (LeKDIS), Om Owiec, dan Om Edi atas pinjaman bukunya. Tuk sahabatku Nahar "Bugis" Assaf tempat diskusi kecil, Lina IPB, Hendra "35" dan Zumaro, terima kasih atas diskusinya.

Spesial terima kasihku kepada Kholisoh "Iis" yang senantiasa memberikan semangat dan sabar menanti penulis dalam menyelesaikan tesis. Kesabaran dan kesetiaanmu lah yang juga selalu mengiringi penulis dalam mendapatkan ide penelitian tesis ini.

Keterbatasan ruang, meniscayakan penulis tak mungkin mencantumkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Kepada mereka yang namanya belum tercantum dalam pengantar ini, terima kasih penulis tak berkurang sebagaimana tertujukan kepada semua pihak-pihak yang telah tertulis.

Walhasil, tanpa mengecilkan wujud kontribusi pihak-pihak yang telah disebut, karya tulis ini memang tidak luput dari beragam kekurangan. Karena itu,

segenap masukan yang datang kemudian sepatutnya mendapat tindak lanjut.

Semanggi II/ 05, Ciputat 23 Mei 2007 Penulis,

Jauhar Azizy

PEDOM AN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

ﺍ = tidak dilambangkan ﻑ = f

ﺙ = ts ﻝ = l ﺝ = j ﻡ = m ﺡ = h ﻥ = n ﺥ = kh ﻭ = w

ﺩ = d ﻩ = h ﺫ = dz ﺀ = ' ﺭ = r ﻱ = y

ﺯ = z _ ___ = a َ ﺱ = s ِ = i ﺵ = sy ُ ____ = u

ﺹ = sh ... = a ﻱ i َ ﺽ = dh ﻭ َ ... = a u ﻁ = th = ﺍ â َ ... ﻅ = zh ... = ﻱ î ِ

ﻍ = gh ... = ﻱ iy ِ = h, kecuali bila di- ﺓ idhâfah -kan, maka = t

Semua kata yang ditransliterasikan ditulis miring kecuali nama-nama Surat al-Qur’an, nama-nama nabi, dan lembaga.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an diyakini oleh kaum Muslim sebagai kitab suci yang sempurna. Di dalamnya terdapat tata aturan hubungan manusia dengan

Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama makhluk. Isi al-Qur'an mencakup semua tuntunan bagi kehidupan manusia di muka bumi agar

selamat dan bahagia menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Bila dilakukan penelitian lebih lanjut, ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang berkaitan dengan hubungan vertikal kepada Allah swt.

Namun, al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci dan detail mengenai setiap masalah dalam kehidupan manusia, melainkan cukup merumuskan prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mungkin hikmahnya agar manusia menggunakan akal budi dan daya nalarnya seoptimal mungkin  atau dalam terminologi fikih disebut berijtihad  untuk menjelaskan pedoman yang sifatnya global tadi, kemudian menyesuaikannya dengan kondisi kehidupan mereka yang dinamis dan selalu berubah. Karena Namun, al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci dan detail mengenai setiap masalah dalam kehidupan manusia, melainkan cukup merumuskan prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mungkin hikmahnya agar manusia menggunakan akal budi dan daya nalarnya seoptimal mungkin  atau dalam terminologi fikih disebut berijtihad  untuk menjelaskan pedoman yang sifatnya global tadi, kemudian menyesuaikannya dengan kondisi kehidupan mereka yang dinamis dan selalu berubah. Karena

Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu mengajarkan kepada manusia bahwa hanya ada satu pencipta, yaitu Allah swt. Selain Dia, semua hanyalah makhluk. Di antara ciptaan-Nya, manusia adalah makhluk yang paling

sempurna (QS. Al-Isrâ/ 17: 70). 1 Makhluk lain patut memberikan penghormatan kepada manusia. Manusia adalah makhluk yang bermartabat dan harus dihormati tanpa membedakan ras, suku, bangsa, agama, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, gender, dan berbagai ikatan primordial lainnya. Keragaman manusia adalah sunnatullah. Manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal dan menghargai (QS. Al- Hujurât/ 49: 13).

" Dan Sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan." (QS. Al-Isrâ'/ 17: 70).

Pluralitas tidak hanya dari aspek kejadian manusia yang dulunya berawal dari yang tunggal, tetapi juga dalam aspek agama Samawi yang pada awalnya berawal dari satu agama ―Tauhid ―telah berubah menjadi

realitas plural. Al-Qur'an telah memberikan prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai cara yang baik untuk mengatasi pluralitas tersebut. 2 Nabi Muhammad saw. telah mencontohkan sebuah tatanan

kehidupan yang tak berkonflik di tengah pluralitas agama dan suku. Dengan "Piagam Madinah" 3 ternyata saat itu kedamaian mampu diwujudkan tanpa perlu mengorbankan nyawa dan harta benda, namun mampu hidup berdampingan satu sama lain tanpa melihat perbedaan. Maka, patutlah

kiranya kembali dapat diterapkan dalam konteks bermasyarakat sekarang. 4

2 QS. Al-Baqarah/ 2: 256; Al-Mâ'idah/ 5: 48, Yûnûs/ 10: 99.

3 Dalam Piagam Madinah ini intinya menggarisbawahi lima hal pokok sebagai dasar bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pertama, prinsip persaudaraan dalam Islam

(ukhuwah Islamiyah), semua umat Islam dari berbagai latar belakang dan dari berbagai suku pada hakekatnya bersaudara. Kedua, prinsip saling menolong dan melindungi, penduduk Madinah yang terdiri dari beragam suku, agama, dan bahasa harus saling membantu dalam menghadapi lawan. Ketiga, prinsip melindungi yang teraniaya. Keempat, prinsip saling kontrol. Kelima, prinsip kebebasan beragama. Lihat Nurcholis Madjid, Islam dan Kebebasan Beragama, (PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Yayasan Wakaf Paramadina, 1998), h. 195.

4 Hal ini akan memudahkan umat Muslim dalam memaparkan teladan yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad saw. dalam membangun masyarakat Madinah. Dalam

sebuah hadis riwayat Bukhârî dari Jâbir bin ‘Abd Allâh ra. menyebutkan bahwa Rasûlullâh saw. berpapasan dengan jenazah yang sedang diusung lalu beliau berdiri, seorang sahabat berkata, "Wahai Rasûlullâh, ini jenazah seorang Yahudi." Lalu beliau menjawab, "Bukankah ia seorang manusia?" Dr. Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif, 2005), cet. 1, h. 215. Sama halnya ketika ‘Ali bin Abî Thâlib ra. mengirim surat kepada gubernurnya di Mesir, Mâlik al-Asytar. Beliau menulis dalam surat tersebu:

Pluralitas/ kemajemukan agama, perlu dipahami sebagai suatu realitas yang harus ditanggapi secara positif melalui dialog dan kerjasama untuk menemukan satu titik temu dan mencapai kalimah sawâ'. (QS. Âli ‘Imrân/ 3: 64). Pada dataran itu, sebagaimana dinyatakan Amin Abdullah setelah menyadari sifat truth claim (klaim kebenaran) yang terdapat dalam keyakinan

para pemeluk agama yang berbeda-beda, 5 kitab suci (al-Qur'an) ini mengajak

seluruh penganut agama-agama non-Islam dan juga kepada penganut agama Islam untuk mencapai titik temu di luar aspek teologis yang memang sudah berbeda sejak awal.

Quraish Shihab mengakui bahwa dalam sejarah agama-agama telah terjadi pertikaian dalam pemeluk agama yang sama dan antar pemeluk agama yang berbeda. Tetapi pertikaian tersebut lebih disebabkan oleh

kepentingan lain di luar agama. 6 Manusia diberi kebebasan untuk menerima atau menolak petunjuk agama (QS. Yûnûs/ 10: 108; al-Isrâ'/ 17: 15; al- Kahfi/ 18: 29). Karena itu Tuhan menuntut ketulusan beragama dan tidak

"Tanamkanlah dalam hatimu kasih sayang, cinta, kelembutan kepada rakyatmu… sesungguhnya mereka ada dua golongan, baik mereka sebagai saudaramu dalam agama, atau mitramu sebagai makhluk." Lihat Fahmi Huwaydi, Demokrasi, Oposisi dan Masyarakat Madani, terj. Muhammad Abdul Ghaffar E. M., (Bandung: Mizan, 1996), cet. 1, h. 172.

5 Ayat-ayat al-Qur'an yang menginformasikan pemeluk masing-masing agama (utamanya tiga agama Samawi) mengklaim kebenaran akan agamanya adalah QS. Al-

Baqarah/ 2: 11, 120, 213 dan Âli ‘Imrân/ 3: 85. Lebih lanjut lihat Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural; Pemetaan Atas W acana Islam Kontemporer, (Bandung: Mizan, 2000), cet. I, h. 74.

6 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1996), cet. XII, h. 218.

membenarkan paksaan dalam bentuk nyata maupun terselubung, besar atau kecil sekalipun (QS. Al-Baqarah/ 2: 256; Yûnûs/ 10: 99). Prinsip utama agama

adalah kemaslahatan umat manusia. 7 Dengan menggali ajaran-ajaran agama, meninggalkan fanatisme buta, dan berpijak pada kenyataan, jalan akan dapat dirumuskan.

Universalitas al-Qur'an menunjukkan bahwa wahyu itu menerima

pluralitas agama 8 (QS. Al-Baqarah/ 2: 62) sebagai suatu keniscayaan sehingga kaum muslimin harus menegosiasikan, mentransformasikan, dan menekankan kesatuan fundamental umat manusia sebagai sama-sama

makhluk yang berasal dan diciptakan Tuhan. 9 Al-Qur'an juga menegaskan

7 Shihab, Membumikan al-Qur'an,

h. 219.

8 Al-Qur'an memang tidak menyebut pluralitas agama secara langsung secara jelas. Al-Qur'an menyebutkan dengan "para penganut" atau "orang-orang" dalam menggambarkan

adanya keragaman agama, misalnya dalam QS. Al-Baqarah/ 2: 62 disebutkan orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan Shâbi'în. Namun dalam berbagai kitab tafsir, khususnya dalam Al-Qur'an dan Tafsirnya Depag RI, dijelaskan yang dimaksud orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang mengakui adanya Allah, para malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qadha & qadar. Sedangkan orang- orang Yahudi adalah orang-orang yang menganut agama Yahudi. Orang-orang Nasrani adalah orang-orang yang menganut agama Nasrani. Dan Shabi'în adalah orang-orang yang mengetahui adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan mempercayai adanya pengaruh bintang- bintang.

Dari keterangan di atas, dapat dipahami meskipun secara eksplisit tidak menyebutkan agama secara langsung, namun secara implisit mengirformasikan adanya kemajemukan agama. Karena pemeluk agama tidak bisa dipisahkan dari agama yang dipeluknya. Alasan penulis memilih QS. Al-Baqarah/ 2: 62 dalam menjelaskan adanya pluralitas agama, akan dibahas pada sub bab Landasan Teori dalam Bab I ini.

9 Abdul Aziz Sachedina, The Islamic Roots od Democratic Pluralism, (New York: Oxford University Press), buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul 9 Abdul Aziz Sachedina, The Islamic Roots od Democratic Pluralism, (New York: Oxford University Press), buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul

kehidupan masyarakat. 10 Menjalin kedekatan dengan al-Qur'an menjadi sangat penting, karena umat Islam akan semakin toleran apabila memahami kandungan al-Qur'an dengan baik. Karena menurut Nurcholis Madjid yang menjadikan orang Islam tidak toleran adalah ketidaktahuannya tentang al-

Qur'an. 11 Di Indonesia, Departemen Agama 12 sebagai lembaga yang menaungi enam agama  Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu 13  memiliki peranan penting dalam upaya membangun dialog

Beda Tapi Setara: Pandangan Islam Tentang Non-Islam terj. Satrio Wahono, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004), cet. ke-2, h. 55-57.

10 Sachedina, Beda Tapi Setara,

h. 58.

11 Nurcholis Madjid, Agama dan Dialog Antarperadaban, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 231.

12 Departemen Agama ini berdiri setelah Islam tidak bisa menjadi dasar negara Indonesia dan setelah kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya," dihapus dari Piagam Jakarta. Lembaga ini berdiri atas usulan dua tokoh nasionalis sekuler, yaitu Syahrir dan Amir Syarifuddin, yang belakangan menjadi tokoh komunis. Karena mereka menyadari bahwa di kemudian hari pasti bisa timbul gejolak dari umat Islam untuk memasukkan delapan kata di atas dalam Undang-Undang Dasar 1945. Lihat makalah M. Dawam Rahardjo, Hari Depan Kebebasan Beragama di Indonesia, pada seminar "Masa Depan Kebebasan Beragama di Indonesia," di Universitas Paramadina pada

19 Juli 2006, bandingkan dengan Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan Tentang Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, (Jakarta: UI Press, 1995), h. 152-154.

13 Agama Konghucu diakui oleh pemerintah pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan dikeluarkannya Kepres No. 6 Tahun 2000 yang 13 Agama Konghucu diakui oleh pemerintah pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan dikeluarkannya Kepres No. 6 Tahun 2000 yang

2 UUD 1945 sebagai salah satu kebebasan sipil pada tingkat warga.

Selain itu, Departemen Agama menerbitkan Al-Qur'an dan Tafsirnya

yang telah mengalami beberapa revisi. 14 Dan wacana tentang "pluralisme agama" di Indonesia telah marak sebelum revisi tafsir Departemen Agama Edisi Yang Disempurnakan (Th. 2004) dilakukan. Secara tidak langsung, pemaknaan kembali terhadap ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan kondisi sosial masyarakat juga perlu dilakukan oleh Departemen Agama. Penafsiran kembali inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti lebih

mencabut Inpres No. 14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina. Meskipun Inpres tersebut tidak secara eksplisit mencabut pengakuan terhadap eksistensi agama Konghucu, namun dalam praktek di lapangan kesan pengingkaran terhadap agama Konghucu sangat dirasakan sehingga hak-hak sipil penganut agama Konghucu menjadi terabaikan, seperti masalah perkawinan di mana Kantor Catatan Sipil tidak mau mencatat, tidak memperoleh pendidikan agama Konghucu di sekolah, perayaan hari raya, dan sebagainya.dengan terbitnya Kepres No. 6 Tahun 2000, maka hak-hak sipil penganut agama Konghucu dipulihkan kembali.

14 Tafsir Departemen Agama pertama kali diterbitkan lengkap 30 juz pada 1980. Sampai saat ini mengalami beberapa kali revisi, yang terakhir adalah Edisi Yang

Disempurnakan tahun 2004 yang masih dalam tahap penulisan. Tahun 2003 baru selesai dicetak 4 jilid yang setiap jilidnya berisi 3 juz. Ini sesuai target yang setiap tahun hanya akan menyempurnakan enam juz. Dan pada saatnya nanti akan dicetak utuh pada 2007 sembari menunggu koreksian dan masukan dari masyarakat. Perinciannya sebagai berikut: tahun 2004 telah selesai dicetak 2 jilid (juz 1-6) dan tahun 2005 telah selesai dicetak 2 jilid selanjutnya (juz 7-12). Tentang perkembangan revisi terhadap tafsir Departemen Agama RI akan dibahas pada bab II dengan judul "Profil Al-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama".

jauh tentang tafsir Departemen Agama Edisi Yang Disempurnakan, khususnya terhadap ayat-ayat pluralisme agama, di mana wacana tersebut marak di Indonesia sebelum edisi yang disempurnakan tersebut mulai

dilakukan. Untuk itu, penelitian tesis ini penulis beri judul: " Pluralisme

Agama dalam Al-Qur'an: Telaah Terhadap Tafsir Departemen Agama."

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Kajian tentang pluralisme agama secara garis besar membahas permasalahan-permasalahan sebagai berikut: (1) kemajemukan/ pluralitas agama, (2) kebebasan beragama, (3) keragaman syariat, (4) anjuran berbuat baik/ kompetisi dalam kebaikan, (5) berlaku adil dan hidup damai berdampingan, (6) toleransi umat beragama, dan (7) dialog antaragama

untuk mencari titik temu ( kalimah al-sawâ’ ). Mengingat banyaknya masalah-masalah pokok yang merupakan bagian dari kajian pluralisme agama, maka penulis perlu membatasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini. Penulis akan mengkaji dan meneliti ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama. Karena masalah-masalah ini, menurut penulis, merupakan masalah pokok dan pada dasarnya mencakup masalah- masalah umum pluralisme agama. Selain itu, semua masalah yang akan untuk mencari titik temu ( kalimah al-sawâ’ ). Mengingat banyaknya masalah-masalah pokok yang merupakan bagian dari kajian pluralisme agama, maka penulis perlu membatasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini. Penulis akan mengkaji dan meneliti ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama. Karena masalah-masalah ini, menurut penulis, merupakan masalah pokok dan pada dasarnya mencakup masalah- masalah umum pluralisme agama. Selain itu, semua masalah yang akan

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah dengan pertanyaan: Bagaimanakah Al-Qur'an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan, 2004) Departemen Agama RI menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an

yang terkait dengan wacana pluralisme agama? Dalam hal ini, kajian penelitian tesis ini lebih menitikberatkan pada analisis terhadap penafsiran al-Qur'an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan, 2004) Departemen Agama RI terhadap ayat-ayat pluralisme agama.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian tesis ini dimaksudkan untuk memberi jawaban terhadap masalah pokok di atas, yaitu Bagaimana penafsiran " al-Qur'an dan Tafsirnya"

(edisi yang disempurnakan, 2004) Departemen Agama RI terhadap ayat-ayat pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama? Karena di satu sisi Departemen Agama sebagai lembaga yang menaungi dan mengatur enam agama ―Islam, Pro testan, Kato lik, Hindu, Budha, dan Ko nghucu―

secara tidak langsung dapat terlihat dalam produk tafsirnya apakah secara tidak langsung dapat terlihat dalam produk tafsirnya apakah

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Sebagai sumbangan informasi ilmiah bagi para peminat dan pengkaji masalah pluralisme agama;

2. Memperluas wawasan terhadap penafsiran al-Qur'an menyangkut

masalah-masalah atau wacana kontemporer;

3. Menjadi kontribusi ilmiah dalam menyikapi masalah-masalah atau wacana kontemporer dengan berlandaskan al-Qur'an;

4. Kajian ini melengkapi dan menambah khazanah keilmuan Islam, dan dengan harapan dapat memberikan arah bagi penelitian-penelitian yang lebih intensif di kemudian hari.

D. Kajian Pustaka

Pembahasan mengenai " pluralisme agama" bukanlah hal yang baru. Karena telah cukup banyak ditemukan berbagai tulisan yang membahas tentang pluralisme agama baik oleh orang-orang Barat maupun peneliti peribumi.

Pembahasan mengenai pluralisme agama dalam bentuk disertasi yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku adalah karya Farid Esack. Judul Pembahasan mengenai pluralisme agama dalam bentuk disertasi yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku adalah karya Farid Esack. Judul

Apartheid. 15 Karya ini berusaha mendekonstruksi konsep iman, kufur, dan

Islam demi sebuah tatanan kehidupan yang membebaskan. Menurutnya perbedaan keberagamaan tidaklah menghalangi seseorang untuk bekerjasama dalam menegakkan kemanusiaan universal. Namun, pluralisme harus dibumikan untuk menggalang solidaritas kemanusiaan.

Abdul Aziz Sachedina dengan bukunya The Islamic Roots of Democratic Pluralism, kemudian buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Satrio Wahono dengan judul Kesetaraan Kaum Beriman Akar Pluralisme Demokratis dalam Islam, diterbitkan oleh PT. Serambi Ilmu Semesta pada 2002. Buku ini berbicara tentang akar pluralisme demokratis dalam Islam, Pluralisme dalam al-Qur'an, dan landasan kebebasan beragama.

Gamal al-Banna dengan bukunya al-Ta‘addudiyyah fî al-Mujtama‘ al- Islamiy, kemudian buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Taufik Damas dengan judul Doktrin Pluralisme Dalam al-Qur'an, diterbitkan

15 Farid Esack, A l-Qur'an, Pluralisme, Liberalisme: Membebaskan yang Tertindas, terj. Watung A. Budiman, (Bandung: Mizan, 2000).

oleh PT. Menara pada 2006. Selain berbicara tentang kenyataan pluralistik di kalangan masyarakat Islam, buku ini berbicara tentang Pluralisme dalam al- Qur'an, yaitu al-Qur'an mengandung isyarat-isyarat tentang pluralisme dan merupakan sumber otentik bagi pluralisme.

Dari kalangan peneliti pribumi karya tentang pluralisme agama lebih banyak, di antaranya Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah

Telaah Kritis Tantang Masalah Keimanan (1992), Pluralitas Agama Kerukunan dalam Agama (2001), Islam Agama Kemanusiaan, Membangun tradisi dan Visi baru Islam Indonesia (2003); Amin Suma (2001), Pluralisme Agama Menurut al- Qur'an: Telaah Aqidah dan Syari‘ah; Budhi Munawar Rachman (2001), Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Buku-buku tersebut hampir keseluruhannya menggunakan pendekatan sosial dalam membahas masalah pluralisme agama, kecuali yang dilakukan oleh Amin Suma yang berangkat dari ayat-ayat al-Qur'an dan untuk konsumsi umat Islam, maka dia menggunakan pendekatan akidah dan syariah dalam membahas masalah pluralisme agama sesuai dengan ayat-ayat al-Qur'an yang dibahas.

Pada tahun 2005 muncul disertasi yang secara khusus mengulas pluralisme agama, yaitu disertasi yang ditulis oleh Abd. Rahman Ismail Marabessy (2005) "Pluralisme Agama Perspektif al-Qur'an," untuk meraih gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Marabessy hanya melihat Pada tahun 2005 muncul disertasi yang secara khusus mengulas pluralisme agama, yaitu disertasi yang ditulis oleh Abd. Rahman Ismail Marabessy (2005) "Pluralisme Agama Perspektif al-Qur'an," untuk meraih gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Marabessy hanya melihat

Selain itu, terdapat beberapa akademisi yang mengulas seputar tafsir Depag RI " Al-Qur'an dan Tafsirnya" , diantaranya adalah Adang Kuswaya dengan artikelnya Menimbang Tafsir DEPAG R.I: Telaah Penafsiran Surat al-

Fatihah, artikel ini dimuat pada situs http:/ / www.stainsalatiga.ac.id. Dalam artikelnya, Kuswaya secara khusus menyoroti surah al-Fâtihah, dengan mengungkapkan pesan keagamaan yang terkandung di dalamnya, yaitu menyangkut masala ibadah, hukum-hukum dan peraturan-peraturan, janji dan ancaman, dan kisah-kisah atau cerita-cerita. Selain itu, Kuswaya sedikit menyinggung tentang bentuk penyajian dan corak penafsiran yang terdapat dalam " Al-Qur'an dan Tafsirnya" dengan studi kasus pada surah al-Fâtihah.

M. Sahib Tahar dengan artikelnya Telaah Tentang Tafsir Al-Qur'an Departemen Agama mencoba mengulas profil tafsir Depag yaitu Al-Qur'an dan Tafsirnya lebih informatif daripada kajian yang dilakukan Adang Kuswaya. Artikel ini dimuat dalam Jurnal Lektur Keagamaan, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2003. Dalam artikel ini, Tahar mengulas profil tafsir Depag sejak awal pembuatan (Tafsir Depag terbit pertama kali tahun 1982) hingga sampai upaya penyempurnaan tafsir M. Sahib Tahar dengan artikelnya Telaah Tentang Tafsir Al-Qur'an Departemen Agama mencoba mengulas profil tafsir Depag yaitu Al-Qur'an dan Tafsirnya lebih informatif daripada kajian yang dilakukan Adang Kuswaya. Artikel ini dimuat dalam Jurnal Lektur Keagamaan, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2003. Dalam artikel ini, Tahar mengulas profil tafsir Depag sejak awal pembuatan (Tafsir Depag terbit pertama kali tahun 1982) hingga sampai upaya penyempurnaan tafsir

M. Quraish Shihab dalam salah satu tulisannya "Pengamatan Sekilas

Terhadap Al-Qur'an dan Tafsirnya" yang dimuat dalam bukunya Menabur Pesan Ilahi, diterbitkan Lentera Hati, 2006, melakukan pengamatan sekilas terhadap Al-Qur'an dan Tafsirnya Depag RI, khususnya sebelum dilakukan upaya penyempurnaan terhadap tafsir tesebut. Hal-hal yang diamati oleh Quraish adalah riwayat-riwayat yang disajikan, utamanya dalam menukil riwayat hadis yang sahih dan tidak sahih; ketelitian alih bahasa, yaitu upaya mengalihbahasakan/ menterjemahkan makna-makna al-Qur'an sesuai dengan pesan yang dikandungnya; rujukan yang digunakan, utamanya dalam juz 30 kurang labih 95 % merupakan teks asli tafsir al-Maraghi; dan beberapa masalah ilmiah.

Berangkat dari penelusuran beberapa literatur tersebut, maka penelitian tesis ini mencoba menghubungkan al-Qur'an dengan wacana kontemporer sekarang, yaitu mengkaji pluralisme agama menurut al-Qur'an Berangkat dari penelusuran beberapa literatur tersebut, maka penelitian tesis ini mencoba menghubungkan al-Qur'an dengan wacana kontemporer sekarang, yaitu mengkaji pluralisme agama menurut al-Qur'an

E. Landasan Teori

Landasan teori ini, penulis maksudkan untuk menjelaskan alasan pemilihan ayat-ayat al-Qur'an yang terkait dengan kajian yang akan diteliti oleh penulis, yaitu pluralisme agama. Para akademisi yang pernah meneliti

tentang pluralisme agama, berbeda-beda dalam memilah dan mengutip ayat- ayat al-Qur'an berkenaan dengan wacana tersebut. Berikut ini akan penulis bandingkan pemilahan ayat-ayat al-Qur'an yang dilakukan oleh para peneliti wacana pluralisme agama tersebut, khususnya yang berkaitan dengan pengakuan al-Qur'an terhadap pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama.

Abdul Aziz Sachedina misalnya, mengelompokkan ayat-ayat al- Qur'an yang berkaitan dengan wacana pluralisme agama. Menurutnya, ayat- ayat al-Qur'an yang termasuk dalam pembahasan pluralitas agama diantaranya QS. Al-Baqarah/ 2: 62 dan 213, al-Mâ'idah/ 5: 48, dan al-

Kâfirûn/ 109: 1-6. 16 Sedangkan ayat-ayat al-Qur'an yang membahas tentang kebebasan beragama, diantaranya QS. Al-Baqarah/ 2: 256, Yûnûs/ 10: 99, dan

16 Sachedina, Beda Tapi Setara,

h. 48-76.

Qâf/ 50: 45. 17 Dan ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan toleransi beragama,

diantaranya QS. Al-Mâ'idah/ 5: 48 dan al-An'âm/ 6: 108. 18

Gamal al-Banna juga memilah ayat-ayat al-Qur'an yang terkait dengan wacana pluralisme agama sebagai berikut: 1) pluralitas agama: QS. Al- Baqarah/ 2: 62; 19 2) kebebasan beragama: QS. Al-Baqarah/ 2: 256, Yûnûs/ 10:

99 & 108, al-Isrâ'/ 17: 15, al-Kahfi/ 18: 29; 20 3) toleransi beragama: dalam

pembahasan ini, secara eksplisit al-Banna tidak menjelaskannya, namun dia langsung membahas dan menjelaskan masalah "perbedaan" yang terjadi, baik seumat beragama maupun antarumat beragama diserahkan kepada Allah swt. ―dari perspektif umat Islam. A l-Banna banyak mengutip ayat al-

Qur'an yang mengandung kata ikhtalafa (berselisih) dengan berbagai derivasinya, diantaranya: QS. Al-Baqarah/ 2: 113, Âli ‘Imrân/ 3: 55, al- Mâ'idah/ 5: 48, al-An‘âm/ 6: 164, Yûnûs/ 10: 19 & 93, al-Nahl/ 16: 124, al-

Syûrâ/ 42: 10, al-Sajdah/ 32: 25, dan al-Zumar/ 39: 46. 21

17 Sachedina, Beda Tapi Setara,

h. 160 dan 169.

18 Sachedina, Beda Tapi Setara,

h. 125 dan 167.

19 Gamal al-Banna, al-Ta‘addudiyyah fî al-Mujtama‘ al-Islâmiy, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Taufik Damas dengan judul Doktrin Pluralisme dalam al-Qur'an,

(Jakarta: Menara, 2006), h. 46.

20 Al-Banna, Doktrin Pluralisme,

h. 19-20.

21 Al-Banna, Doktrin Pluralisme,

h. 72-73.

Fathimah Usman memilah ayat-ayat al-Qur'an yang termasuk dalam pembahasan pluralitas agama. Menurutnya, Ayat-ayat al-Qur'an yang ia kutip ini adalah pengakuan al-Qur'an terhadap para pemeluk agama-agama yang berarti diakuinya agama-agama mereka. Diantara ayat-ayat tersebut

adalah QS. Al-Baqarah/ 2: 62 dan al-An‘âm/ 6: 108. 22 Fathimah hanya mengutip satu ayat al-Qur'an yang membicarakan tentang kebebasan

beragama, yaitu QS. Al-Baqarah/ 2: 256. 23 Sedangkan toleransi agama tidak termasuk dalam pembahasan penelitiannya. J. Suyuthi Pulungan dalam bukunya "Prinsip prinsip Pemerintahan dalam

Pandangan al-Qur'an" mengelompokkan ayat-ayat al-Qur'an yang membicarakan tentang kebebasan beragama, yaitu QS. Al-Baqarah/ 2: 256, Yûnûs/ 10: 99, Yûsuf/ 12:

103, dan al-Kâfirûn/ 109: 6. 24 Dalam hal prinsip hubungan antarpemeluk agama, Pulungan mengelompokkan QS. Al-Mâ'idah/ 5: 5, al-‘Ankabût/ 29: 46,

22 Fathimah Usman, W ahdat al-Adyan: Dialog Pluralisme Agama, (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 71-71.

23 Fathimah, W ahdat al-Adyan, (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 70.

24 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur'an, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), cet. ke-2, h. 166-168 dan

dan al-Mumtahanah/ 60: 8-9. 25 Namun, Pulungan tidak membahas masalah pluralitas/ kemajemukan agama dalam bukunya ini. Hendar Riyadi misalnya, memilah ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan pesan/ isi yang dikandung oleh ayat yang dikutipnya. Riyadi mengelompokkan QS. Al-Baqarah/ 2: 148 dan al-Mâ'idah/ 5: 48 sebagai

penegasan terhadap pluralitas atau kemajemukan agama. 26 Sedangkan QS.

al-Baqarah/ 2: 62, Riyadi masukkan dalam pembahasan jaminan keselamatan bagi komunitas agama-agama yang termasuk dalam Ahl al-Kitâb (Yahudi, Nashrani, Shabi'în), bahkan Riyadi mengutip QS. al-Hajj/ 22: 40 untuk menjelaskan pengakuan atau penerimaan atas spiritualitas agama-agama, bukan hanya dimaksudkan untuk menjaga integritas masyarakat

multiagama. 27 Dalam hal kebebasan beragama, Riyadi hanya mengutip QS. Al-Baqarah/ 2: 256 dalam penjelasannya. Sedangkan masalah toleransi beragama, Riyadi mengelompokkan QS. Al-Mâ'idah/ 5: 48 dan 2, al-

An‘am/ 6: 108, al-Nisâ'/ 4: 86, 28 dan al-Mumtahanah/ 60: 8. 29 Ayat-ayat

25 Pulungan, Prinsip-prinsip,

h. 172-173 dan 313-314.

26 Hendar Riyadi, Melampaui Pluralisme: Etika al-Qur'an Tentang Keragaman Agama, (Jakarta: RMBOOKS & PSAP, 2007), h. 67-68.

27 Riyadi, Melampaui Pluralisme,

h. 77-78.

28 Riyadi, Melampaui Pluralisme,

h. 181, 188-194.

29 Riyadi, Melampaui Pluralisme,

h. 47.

tersebut, Riyadi kelompokkan dalam pembahasan toleransi, khususnya berbicara tentang kompetisi untuk saling berbuat baik dan melakukan kerja sama/ pertemanan dalam rangka kemanusiaan dan masih dalam koridor hubungan antaragama.

Quraish Shihab memilah ayat-ayat al-Qur'an yang termasuk dalam pembahasan tentang kebebasan beragama, yaitu QS. Al-Baqarah/ 2: 256,

Yûnûs/ 10: 99, al-Kâfirûn/ 109: 6, al-Mumtahanah/ 60: 8, dan al-Kahfi/ 18: 29. 30 Shihab mengelompokkan QS. Al-Mâ'idah/ 5: 48, al-Syûrâ/ 42: 15, al- Mumtahanah/ 60: 8, al-Baqarah/ 2: 272 dalam pembahasan tentang toleransi

membahas masalah pluralitas/ kemajemukan agama sehingga beliau tidak melakukan pemilahan ayat-ayat al-Qur'an yang terkait dengan pembahasan tersebut.

beragama. 31 Namun,

Shihab

tidak

Pemilahan ayat-ayat al-Qur'an terhadap masalah pluralisme agama yang dilakukan oleh para peneliti wacana ini sebelumnya, berbeda-beda dalam jumlah pengutipan ayat. Namun, ayat-ayat al-Qur'an yang dikutip dalam satu pembahasan, ada yang memiliki kesamaan. Misalnya pembahasan pluralisme agama tentang pengakuan pluralitas agama, Abd

30 M. Quraish Shihab, "Wawasan al-Qur'an Tentang Kebebasan Beragama", dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF. (ed.), Passing Over: Melintas Batas Agama,

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Yayasan Wakaf Paramadina, 1998), h. 189.

31 Shihab, "Wawasan al-Qur'an", h. 192-195.

Aziz Sachedina, Gamal al-Banna, Fathimah Usman, dan Riyadi, semuanya mengutip QS. al-Baqarah/ 2: 62. Meskipun, Riyadi mengelompokkan ayat tersebut ke dalam bahasan keselamatan bagi komunitas agama-agama yang termasuk dalam Ahl al-Kitâb (Yahudi, Nashrani, Shabi'în), secara tidak langsung juga mengakui adanya pluralitas agama. Sedangkan Suyuthi J. Pulungan dan Quraish Shihab tidak mengutip QS. al-Baqarah/ 2: 62, karena

mereka tidak membahas masalah pluralitas agama. Kesamaan kutipan ayat-ayat al-Qur'an juga terdapat dalam pembahasan kebebasan beragama, yaitu: QS. al-Baqarah/ 2: 256 dan Yûnûs/ 10: 99. Sedangkan tentang toleransi beragama, kesamaan ayat al- Qur'an yang dikutip adalah QS. Al-Mâ'idah/ 5: 48.

Dari penelusuran pemilahan ayat-ayat al-Qur'an yang terkait dengan wacana pluralisme agama, khususnya tentang pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama, pada hakekatnya terdapat kesamaan ayat al-Qur'an yang dikutip oleh semua peneliti yang penulis sebutkan

sebelumnya, meskipun hanya satu ayat al-Qur'an. 32

32 Kesamaan ayat yang dikutip, misalnya dalam membahas pluralitas agama, ayat yang dikutip QS. al-Baqarah/ 2: 62; kebebasan beragama ayat yang dikutip QS. al-Baqarah/ 2:

256 dan Yûnûs/ 10: 99; dan toleransi beragama ayat yang dikutip QS. al-Mâ'idah/ 5: 48. kecuali Suyuthi J. Pulungan dan Quraish Shihab yang tidak mengutip QS. al-Baqarah/ 2: 256, karena mereka tidak membahas masalah pluralitas agama.

Berdasarkan keterangan di atas, penulis melakukan penggabungan dan penambahan dalam pengelompokan ayat-ayat al-Qur'an yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya terkait dengan wacana pluralisme agama, khususnya masalah pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama. Penggabungan di sini, penulis maksudkan bukan memasukkan pemilahan seluruh ayat-ayat al-Qur'an yang telah dilakukan

oleh para peneliti sebelumnya yang penulis sebutkan di atas, melainkan memilih dari ayat-ayat al-Qur'an yang telah dipilah tersebut, sesuai dengan pesan atau isi dasar dari masing-masing ayat yang menurut penulis sesuai dengan kajian yang dibahas.

Sedangkan penambahan ayat-ayat al-Qur'an, penulis maksudkan menambah ayat-ayat al-Qur'an yang menurut penulis lebih sesuai daripada ayat al-Qur'an yang telah para peneliti kutip sebelumnya. Dan penambahan ayat-ayat al-Qur'an ini juga dengan memperhatikan pesan atau isi dasar yang dikandung oleh ayat al-Qur'an yang dikutip.

Dan dengan pertimbangan lain, satu ayat al-Qur'an terkadang memiliki lebih dari satu bahasan. Karena memiliki lebih dari satu bahasan, kadangkala penulis memasukkan ayat al-Qur'an yang sama dalam dua pembahasan yang berbeda. Seperti QS. Al-Mâ'idah/ 5: 48 selain menjelaskan tentang pengakuan adanya keragaman umat/ komunitas agama dengan Dan dengan pertimbangan lain, satu ayat al-Qur'an terkadang memiliki lebih dari satu bahasan. Karena memiliki lebih dari satu bahasan, kadangkala penulis memasukkan ayat al-Qur'an yang sama dalam dua pembahasan yang berbeda. Seperti QS. Al-Mâ'idah/ 5: 48 selain menjelaskan tentang pengakuan adanya keragaman umat/ komunitas agama dengan

dan salah, atau siapa yang masuk surga dan neraka ―akan diselesaikan o leh

Allah swt. Atas dasar kerangka pemikiran inilah, penulis melakukan pemilahan

terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan tentang pluralisme agama, khususnya masalah pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama. Penulis juga mengutip ayat- ayat al-Qur'an yang terkait dengan masalah yang penulis bahas sebagai pendukung dan penguat penjelasan terhadap masalah yang penulis bahas. Terkait dengan pluralitas agama, ayat-ayat al-Qur'an yang penulis bahas adalah QS. Al-Baqarah/ 2: 62; Al-Baqarah/ 2: 148; Al-Mâ'idah/ 5: 48 & 69; dan al-Hajj/ 22: 17.

Tentang kebebasan beragama, ayat-ayat al-Qur'an yang penulis bahas adalah QS. Al-Baqarah/ 2: 256; Yûnûs/ 10: 99 & 108; al-Isrâ'/ 17: 15; dan al- Kahfi/ 18: 29. Sedangkan tentang toleransi beragama, ayat-ayat al-Qur'an yang penulis bahas adalah QS. al-Mâ'idah/ 5: 48 dan al-An‘âm/ 6: 108.

F. M etode Penelitian

1. M etode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian tesis ini menggunakan penelitian pustaka (library research). Maksudnya adalah mengkaji literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Data-data yang berkaitan dengan literatur yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang

diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari buku yang dikaji atau buku- buku yang relevan langsung dengan tema pokok yang dikaji. Buku-buku

yang dimaksud adalah " al-Qur'an dan Tafsirnya" karya Departemen Agama RI tahun 1983/ 1984, 1985/ 1986, 1989/ 1990, dan 2004 (edisi yang

disempurnakan), " al-Qur'an dan Tafsirnya" . Adapun data sekunder, penulis peroleh dari beberapa referensi yang terkait dengan wacana pluralisme agama, baik yang berbahasa Arab, Inggris, maupun Indonesia untuk mengkaji dan membandingkan dengan penafsiran Departemen Agama tentang pluralisme agama. Referensi yang dimaksud

antara lain The Holy Qur'an oleh Yusuf Ali, Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, Islam dan Pluralitas oleh Muhammad Imarah, Beda Tapi Setara oleh Abdul Aziz Sachedina, Islam dan Doktrin Peradaban oleh Nurcholish Madjid,

Islam, Pluralisme & Toleransi Keagamaan oleh M. Fathi Osman, dan beberapa Islam, Pluralisme & Toleransi Keagamaan oleh M. Fathi Osman, dan beberapa

Rahardjo, dan lain-lain.

2. M etode Pembahasan

Metode pembahasan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif- analitis. Secara deskriptif dengan tujuan memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang

suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. 33 Di sini, penulis akan menggambarkan dan mengurai penafsiran Departemen Agama yang tertuang dalam al-Qur'an dan Tafsirnya terhadap ayat-ayat pluralisme agama. Adapun pluralisme agama di sini mencakup pembahasan tentang pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama.

Analitis sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena pemahaman, pemaknaan, interpretasi al-Qur’an, dan mengukuhkan

33 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. ke V, h. 35.

pengetahuan tentang berbagai eksperimen tersebut. Dan analisis isi (content analysis) dilakukan untuk menganalisis penafsiran al-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama seputar ayat-ayat pluralisme agama.

3. Teknik Penulisan

Tehnik penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 34 dengan sedikit pengecualian dalam penulisan catatan kaki dan transliterasi. Dalam penulisan catatan kaki, penulis tidak memakai istilah loc.cit dan op.cit., tetapi menggantinya dengan penulisan nama depan atau nama populer penulis dan dua kata pertama dalam judul atau judul besar

karya penulisan. 35 Tentang transliterasi yang penulis gunakan telah dilampirkan sebelum bab ini.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penelitian tesis ini dibagi dalam lima bab dengan perinciannya sebagai berikut:

34 Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002).

35 Pedoman Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2003/2004, (Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2003).

Bab pertama adalah pendahuluan yang menguraikan pandangan umum tentang penelitian tesis ini yang terangkum dalam latar belakang masalah. Selanjutnya dipaparkan fokus dan pembatasan kajian yang dijabarkan dalam pembatasan dan perumusan masalah. Kemudian penulis menjelaskan tujuan penulisan penelitian ini agar tergambar arah yang ingin dicapai. Kajian pustaka dicantumkan sebagai acuan guna menemukan ruang

kajian yang layak dibahas. Kemudian, penulis memaparkan metode pendekatan

dan sistematika pembahasannya. Bab kedua mengurai profil al-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama, baik mencakup latar belakang penulisan, tahapan-tahapan penyempurnaan tafsirnya, metode dan corak, serta sumber-sumber (referensi) tafsir yang digunakan dalam penafsirannya.

yang

ditempuh

dalam penelitian

Bab ketiga mengkaji tentang gambaran umum tentang pluralisme agama di Indonesia. Pada bab ini akan dijelaskan definisi tentang pluralisme agama, sikap teologi dalam agama-agama, Islam dan keberagaman agama, pluralisme agama di Indonesia, dan departemen agama dan kehidupan beragama di Indonesia. Pada sub bab terakhir ini akan dijelaskan peranan dan posisi Departemen Agama dalam kehidupan pluralitas agama di Indonesia.

Bab keempat mengulas penafsiran al-Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama seputar pluralisme agama. Dalam hal ini, penulis akan menyajikannya dengan menganalisis ayat-ayat yang berkaitan dengan pluralitas agama, kebebasan beragama, dan toleransi beragama.

Bab kelima merupakan penutup dari penelitian tesis ini yang terdiri dari kesimpulan penelitian. Kesimpulan ini sebagai jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan dari perumusan dan pembatasan masalah yang penulis teliti. Penulis juga mencantumkan beberapa saran setelah mengadakan penelitian ini.

Setelah bab kelima, dilampirkan daftar pustaka yang menyebut seluruh literatur yang ditelaah untuk keperluan penelitian ini.

BAB II

PROFIL AL- Q UR'AN DAN TAFSIRNYA DEPARTEMEN AGAMA

A. Latar Belakang Penulisan

Sebagaimana ditulis oleh M. Shohib Tahar dalam artikelnya Telaah Tentang Tafsir al-Qur'an Departemen Agama, ide penulisan Tafsir Departemen

Agama dilandasi oleh komitmen Departemen Agama (Depag) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia di bidang Kitab Suci. Setelah

berhasil menyusun al-Qur’an dan Terjemahnya yang dicetak pertama kali pada tahun 1965, Depag lalu menyusun al-Qur’an dan Tafsirnya dengan harapan dapat membantu umat Islam untuk lebih memahami kandungan Kitab Suci