BAB V KESIMPULAN SARAN A.
Kesimpulan ........................................................................................ 113 B.
Saran .................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 118
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi yang mana dalam aktifitasnya menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dengan prinsip
syariah wajib memperhatikan aspek prudential banking. Pembiayaan menjadi salah satu aktifitas perbankan yang sangat mengandung resiko karena apabila Bank Syariah
memberikan pembiayaan kepada nasabah Mudharib berarti Bank Syariah tersebut telah memutuskan untuk mengambil dan mengelola resiko tersebut. Salah satu upaya
yang telah diciptakan Undang-undang dalam memitigasi resiko pembiayaan bermasalah adalah dengan diwajibkannya nasabah memberikan jaminan dalam
pembiayaannya.
Sifat penelitian adalah deskriptif analitis, dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu mengadakan analisa terhadap masalah dengan melihat peraturan yang
berlaku khususnya UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang
berhubungan dengan peraturan perundang-undangan. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang berasal dari karangan ilmiah, buku-buku referensi dan informasi, akta
perjanjian kredit dan sertifikat hak tanggungan, dan bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan-penjelasan terhadap bahan hukum
sekunder, yakni kamus umum, kamus hukum, jurnal, artikel, majalah dan dokumen- dokumen pendukung yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk
Semangat lahirnya Undang-undang Hak Tanggungan merupakan suatu solusi bagi dunia perbankan dalam hal menguasai jaminan debitur yang mengalami
pembiayaan bermasalah sebagai sumber pengembalian. Setelah dilakukan penelitian pada praktek di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang melaksanakan eksekusi Hak
Tanggungan sebagai jaminan pengembalian utang bagi nasabah pembiayaan bermasalah hasilnya tidak signifikan dan maksimal. Pelaksanaan parate eksekusi
maupun riil eksekusi memiliki kelemahan dan celah hukum tersendiri. Pelaksanaan parate eksekusi sebagai kelebihan yang dimiliki UUHT memiliki celah hukum dalam
hal menguasai aset jaminan yang masih ditempatidihuni karena wajib memasukkan gugatan pengosongan ke Pengadilan Negeri Domisili, selain itu pelaksanaan parate
eksekusi juga dapat menimbulkan gugatan atau perlawanan dari nasabah sendiri dengan alasan harus dilaksanakan melalui Pengadilan. Sedangkan pelaksanaan Riil
Eksekusi lebih memiliki kepastian hukum karena langsung dilakukan oleh Pengadilan Negeri melalui perintah Ketua Pengadilan Negeri akan tetapi prosesnya
membutuhkan waktu cukup lama karena wajib melalui beberapa tahapan proses eksekusi antara lain : Aanmaning, Penetapan Sita Eksekusi, Pelaksanaan Sita
Eksekusi, Penetapan dan proses Lelang. Hal tersebut menjadi kendala bagi perputaran bisnis Bank dalam menyehatkan NPF Non Produktif Financing dan dilema bagi
Bank dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat.
Kata Kunci : Pembiayaan Bermasalah, Hak Tanggungan, Parate Eksekusi, Riil Eksekusi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Islamic bank as an intermediary institution in which the activities to collect funds and distribute it back to the community with regard to Islamic
principles shall
banking. Financing prudential aspects
of banking activity into one that is very risky because if the Islamic
banks provide
financing to customers
Mudharib means
Islamic Bank has decided to take on and its manage risk. One of the efforts that
have created laws to mitigate the risk of financing problems that arise from the provision of financing to the community is to provide assurance to customers of
compulsory its financing.
Type of the study
is descriptive
with normative juridical
approach, which approached the problem by looking at the existing regulations particularly Law No. 4 of 1996 on Mortgage. Sources of data in this
study came from
the primary, secondary and tertiary legal materials related to the regulations of legislation, scientific writing, reference books, and information, credit
agreement deed and certificate of right of guarantee, any legal materials directing and explaining the secondary legal materials such as general dictionary, dictionary of legal
termslaw, journals, articles, magazines and
supporting documents that exist in PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
The spirit of the birth of the Mortgage Act was a solution for the banking sector in terms of having control collateral that debtor financing problems as a
source returns. After doing research on practice in PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk which carry out executions Mortgage as a loan repayment guarantees for
customers financing problems and the results are not significantly the maximum. Parate execution and real implementation of execution has its own weaknesses and
loopholes. Parate execution as UUHT has advantages in terms of legal loopholes guarantee control assets that are still occupied because mandatory evacuation filed
suit to state court of domicile, in addition to the implementation of parate execution may also lead to a lawsuit or opposition from its own customers with reasons to be
implemented through the courts. While the implementation of the execution of real legal certainly for directly by the district court through the command chair of the
district court, but the process will take a long time because it must go through several stages of the process execution like Aanmaning, Determination confiscation
execution, Execution of confiscation execution, Determination and the auction process. It’s make obstacles for the Banks business turnover in healthy NPF
Non Productive Financing, this is a problem for the Bank in disbursing financing to the community.
.
Keywords : Financing problems, Mortgage, Parate Execution, Real Execution
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN