Implementasi Eksekusi Hak Tanggungan melalui Pengadilan Negeri

menimbulkan selisih pendapat di kemudian hari, karena tidak dibuat secara seksama yang menjelaskan peristiwa yang sebenarnya terjadi pada saat eksekusi. Terkadang tidak dijelaskan secara tegas apakah yang dieksekusi seluruh bagian atau sebagian barang. Dalam penjelasan tidak tercantum luas atau batas tanah yang dieksekusi sehingga dapat menimbulkan persoalan misalnya pihak yang menang dapat menuntut kembali penyempurnaan eksekusi akibat eksekusi yang lalu baru diserahkan sebagian. 105

3. Implementasi Eksekusi Hak Tanggungan melalui Pengadilan Negeri

Dalam UUHT Eksekusi Hak Tanggungan diatur dalam Bab V yaitu Pasal 20 dan Pasal 21. Pembuat Undang-Undang tampaknya menyadari adanya kendala- kendala yang terjadi. Bahwa dalam peristiwa-peristiwa tertentu ada kemungkinan diperolehnya harga yang lebih baik jika penjualan itu dilakukan secara di bawah tangan dan karenanya melalui Pasal 20 ayat 2 UUHT memberikan peluang untuk pelaksanaan eksekusi menyimpang dari asas yang telah ditentukan. Dalam pasal 20 ayat 2 UUHT, wujud perlindungan kepentingan para pihak, sekalipun yang paling berkepentingan tentunya adalah pemberi Hak Tanggungan. Jika pada awalnya penilaian jaminan dilakukan kreditur diperkirakan sangat dekat dengan taksiran harga jual sekarang dan taksiran harga jual dekat atau lebih kecil dari kredit kreditur, maka kreditur pemegang 105 Ibid Universitas Sumatera Utara Hak Tanggungan berkepentingan sekali atas penjualan persil jaminan dengan harga yang tinggi, dengan harapan seluruh tagihannya akan tertutup. Pemberi Hak Tanggungan secara pasti juga mengharapkan harga yang tinggi karena sisa penjualan setelah diambil kreditur adalah haknya. Akan tetapi, jika taksiran harga penjualan adalah jauh di atas total tagihan kreditur, maka kreditur tidak begitu peduli, apakah akan dilaksanakan eksekusi melalui lelang atau penjualan di bawah tangan. Baik lelang maupun penjualan di bawah tangan, nasabah memperkirakan tagihannya akan dapat terlunasi dari hasil penjualan persil jaminan. Berbeda dengan pihak pemberi Hak Tanggungan, ia selalu berkepentingan, bahwa persilnya memberikan hasil penjualan tertinggi karena telah diperkirakan bahwa ada sisa uang penjualan yang tinggi setelah dipotong dengan pelunasan tagihan kreditur. Namun, demi untuk menjaga kemungkinan disalahgunakan kesempatan penjualan di bawah tangan, ditentukan syarat : a. Adanya sepakat antara pemberi Hak Tanggungan dan Pemegang Hak Tanggungan; b. Dilakukan demi untuk mendapatkan harga yang lebih baik dan menguntungkan semua pihak; c. Dipenuhi syarat yang disebutkan dalam Pasal 20 ayat 3 UUHT. Selanjutnya Pasal 20 ayat 3 UUHT mengatakan bahwa pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan setelah lewat 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi danatau Universitas Sumatera Utara pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan danatau media massa setempat serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan. Yang menarik perhatian adalah adanya kewajiban memberitahukan rencana penjualan di bawah tangan kepada kepada “yang berkepentingan’’. Siapa yang termasuk dalam kelompok yang berkepentingan? Di dalam penjelasan Undang-Undang atas pasal 20 ayat 3 disebutkan: yang berkepentingan ‘’misalnya’’ pemegang Hak Tanggungan yang kedua, ketiga dan kreditur lain dari pemberi Hak Tanggungan. Karena disana hanya dikatakan ‘’misalnya’’, maka ada kemungkinan ada pihak-pihak lain juga yang berkepentingan dan perlu diberitahu. Demi untuk kepastian hukum ini perlu penegasan lebih lanjut. Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa sebagian besar dari kreditur pemegang Hak Tanggungan adalah bank. Bank memiliki kewajiban untuk merahasiakan keterangan yang tercatat pada bank. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, kecuali dalam hal sebagaimana yang diatur dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44. 106 Dengan perumusan yang demikian luas sudah bisa dibayangkan tentu termasuk di dalamnya, memberitahukan walaupun secara tidak langsung bahwa debitur tertentu mempunyai utang pada bank yang bersangkutan dan dari suatu 106 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Universitas Sumatera Utara rencana penjualan, orang sudah bisa menduga dan karenanya akan terdengar atau terbaca seperti suatu pemberitahuan bahwa kredit debitur tersebut pada bank yang bersangkutan macet. 107 Di sini diketahui bahwa hukum tersusun dalam suatu sistem bagian yang satu, sering kali mempunyai kaitan dengan bagian lain yang harus tertata dalam suatu susunan yang logis. Diharapkan pihak Bank Indonesia perlu memberikan penegasan bahwa pemberitahuan rencana penjualan objek Jaminan Hak Tanggungan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 20 ayat 3 UUHT, tidak termasuk dalam larangan yang disebutkan dalam pasal 40 Undang-undang No.7 Tahun 1992. 108

B. Tahapan Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan

1. Aanmaning a. Pengertian Aanmaning

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

“Pelaksanaan Parate Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Bermasalah Di PT. Bank Danamon”

2 84 95

Hak Atas Tanah Sebagai Jaminan Utang Dalam Perjanjian Kredit Dengan Hak Tanggungan (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, TBK Cabang Medan)

6 143 108

Kebendaan Sebagai Jaminan Hak Tanggungan Pada Perjanjian Kredit Yang Bermasalah Di PT. Bank Sumut Cabang Utama

0 84 88

EKSEKUSI JAMINAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (Studi pada PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung)

0 15 261

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG KARANGANYAR

1 26 128

Prosedur Pembiayaan Kpr Ib Muamalat Akadmurabaha Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Kantor Cabang Medan

0 0 6

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF G. Pengertian Perjanjian Jaminan - Hak Atas Tanah Sebagai Jaminan Utang Dalam Perjanjian Kredit Dengan Hak Tanggungan (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, TBK Cabang Medan)

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hak Atas Tanah Sebagai Jaminan Utang Dalam Perjanjian Kredit Dengan Hak Tanggungan (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, TBK Cabang Medan)

0 0 19

Kekuatan Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Pengembalian Utang Pembiayaan Bermasalah Dalam Praktik PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Medan

0 0 16