Definisi Antidumping Analisis Komparatif Yuridis Kebijakan Anti Dumping Antara Indonesia Dan Filipina

materil, dan adanya hubungan sebab akibat antara produk yang di duga dumping dengan kerugian materil yang di derita oleh industri dalam negeri. Dari uraian penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya unsur unsur dumping itu dapat dilihat dari tiga unsur yaitu Pertama, dumping yang dilakukan oleh suatu negara dengan menjual suatu produk dengan harga dibawah nilai normal. Kedua, tindakan dumping yang dianggap dapat menyebabkan kerugian materiil “material injury” terhadap industri dalam negeri importir domestic industry. Ketiga, hubungan sebab akibat antara dumping dengan kerugian materil yang di derita oleh suatu negara.

4. Definisi Antidumping

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai definisi Antidumping adalah sebagai berikut: Antidumping adalah suatu tindakan balasan yang diberikan oleh negara pengimpor terhadap barang dari negara pengekspor yang melakukan dumping. 108 Pendapat lain menyebutkan bahwa Antidumping adalah jika suatu perusahaan di luar negeri menjual produk-produknya kenegara lain dengan harga dumping dan menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri negara pengimpor, maka negara pengimpor tersebut dibenarkan mengenakan bea masuk Antidumping sebesar margin dumpingnya. 109 Menurut Alan Oxley seorang ahli ekonomi asal Amerika menyatakan bahwa : “the lawyer’s favourite. This is the area of GATT law in which the professionals brings the full processes and expense of the law to bear. If after investigation an import is found to be selling below its domestic price and damaging industry in the importing country, the authorities may levy an antidumping duty. The greatest 108 Muhammad Sood, Op. cit., hal. 117 109 Christophorus Barutu, Op.cit., hal. 163 incident of Antidumping investigations and penalties is found in the United States, The European Community, Canada, and Australia.” 110 Pengertian yang telah disebutkan di atas dapat di defnisikan apabila setelah pemeriksaan telah dilakukan dan produk import tersebut terbukti dijual di bawah nilai normal dan menyebabkan industri dalam negeri di negara pengimpor mengalami kerugian, pihak yang berwenang dapat menerapkan bea masuk Antidumping sebesar kerugian yang diderita. Kasus Antidumping ini banyak di temukan di Amerika, Eropa, Canada dan Australia. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Antidumping adalah suatu tindakan yang di berikan oleh pemerintah suatu negara untuk memulihkan industri dalam negerinya dari praktek dumping yang dilakukan oleh suatu perusahaan luar negeri dengan menjual harga dumping dan menyebabkan kerugian di negara pengimpor.

B. Pengaturan Hukum dan Ketentuan Antidumping dalam Perdagangan

Internasional Pengaturan masalah dumping yang berlaku dalam perdagangan internasional saat ini adalah peraturan menurut Antidumping Code 1994 yang secara resmi berjudul Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994 dan peraturan Antidumping dari masing masing negara. 111 110 Alan Oxley, The Challenge of Free Trade, New York: Harvester Wheatsheaf, 1990 hal.231 Ketentuan Antidumping diatur dalam pasal VI GATT. Ketentuan Article VI GATT mengharuskan para negara anggotanya untuk mengimplementasikan ketentuan 111 Yulianto Syahyu, Hukum Antidumping di Indonesia- Analisis dan Panduan Praktis, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004hal. 41 Antidumping GATT dalam hukum nasionalnya masing masing. Ketentuan dalam article VI ini sebenarnya hanya merupakan garis besar pengaturan mengenai Antidumping. 112 Pada dasarnya Pasal VI GATT 1994 hanya mengatur pokok pokok ketentuan dumping yang sangat umum. Persetujuan tentang implementasi pasal VI GATT 1994 berusaha memberikan pengaturan yang lebih rinci tentang masalah dumping. Persetujuan atas Implementasi Article VI GATT dikenal sebagai Antidumping Agreement ADA dimana ketentuan didalam peraturan ini menyediakan perluasan lebih lanjut mengenai prinsip prinsip dasar Article VI GATT itu sendiri. 113 Dengan demikian, kedudukan Antidumping Code 1994 tidak lagi merupakan perjanjian tambahan dari GATT, tetapi telah merupakan bagian integral dari Agreement Establishing WTO itu sendiri. Secara keseluruhan isi Antidumping Code 1994 adalah sebagai berikut: 114 1. Prinsip 2. Penentuan Dumping 3. Penentuan kerugian 4. Definisi Industri dalam negeri 5. Penyelidikan awal dan penyelidikan lanjutan 6. Bukti-bukti 7. Pengenaan biaya Antidumping 8. Penawaran harga penyesuaian 9. Penentuan dan pemungutan biaya Antidumping 10. Keberlakuan surut 11. Masa berlakunya dan peninjauan ulang bea Antidumping dan penawaran harga penyesuaian 12. Pengumuman kepada publik dan penjelasan penetapan 13. Peninjauan ulang 14. Tindakan Antidumping atas nama negara ketiga 112 Ibid., hal. 44 113 Christophorus Barutu, Op.cit., hal. 43 114 Yulianto Syahyu, Op.cit., hal.45 15. Anggota negara negara berkembang 16. Komite Antidumping 17. Konsultasi dan penyelesaian sengketa 18. Pengenaan biaya Antidumping tetap. Di samping mengatur secara keseluruhan mengenai Antidumping, Agreement Establishing WTO juga mengatur mengenai sengketa dapat muncul ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan tertentu yang bertentangan dengan komitmennya di WTO atau mengambil kebijakan kemudian merugikan kepentingan negara lain. 115 Selain negara yang paling dirugikan atas kebijakan tersebut, negara ketiga yang tertarik pada kasus tersebut dapat mengemukakan keinginannya untuk menjadi pihak ketiga dan mendapat hak – hak tertentu selama berlangsungnya proses penyelesaian sengketa. 116 Setiap negara anggota Committee on Antidumping Practices, dalam penyelesaian sengketa Antidumping dapat menempuh prosedur sebagai berikut: 117 1. Bila tindakan Antidumping tersebut dirasakan tidak beralasan oleh negara yang terkena, maka negara yang terkena tindakan Antidumping dapat membawa persoalan ini kedalam pembahasan Committee on Antidumping Practices untuk “Consultation” permintaan konsultasi secara tertulis. Committee ini bersidang dua kali setahun 2. Berdasarkan ketentuan GATT artikel XXII, maka konsultasi ini dapat meminta pada Council untuk mengadakan konsultasi dengan negara yang mengenakan tindakan Antidumping Konsultasi Bilateral 3. Bila konsultasi bilateral ini tidak mencapai hasil yang memuaskan, maka negara yang terkena bisa mengajukan permintaan konsultasi menuju ke pembentukan panel 4. Kalau konsultasi ini juga tidak mencapai hasil yang memuaskan, maka council dapat diminta untuk membentuk panel 115 Freddy Jsoseph Pelawi, Penyelesaian Sengketa WTO dan Indonesia, Jakarta: Buletin Kementrian Perdagangan Edisi IX , 2009. hal. 2 116 Peter van den Bossche, The Law and Policy of the World Trade Organization, New York : Cambridge University , 2005. hal. 173 117 Yulianto Syahyu., Op.cit., hal. 42 5. Proses selanjutnya sama dengan proses penyelesaian sengketa dagang umum melalui WTO. 6. Dalam sidang panel Panel terdiri dari ahli yang dibentuk berdasarkan artikel XXIII akan diputuskan apakah bea masuk Antidumping yang dikenakan oleh negara importir dilaksanakan dengan melanggar ketentuan-ketentuan GATT atau tidak. Meskipun banyak prosedur WTO yang mirip dengan proses pengadilan negara negara anggota yang sedang bersengketa tetap diharapkan untuk melakukan perundingan dan menyelesaikan masalahnya sebelum terbentuknya panel. Adapun tahapan tahapan yang dilakukan dalam proses penyelesaian sengketa ialah sebagai berikut: 118

1. DSB dan Panel