Hipotesis Penelitian Desain Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Review peneliti Terdahulu

32 yang lama, juga dapat menyebabkan auditor mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” dan kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, sehingga dapat menyebakan independensi auditor menjadi terancam. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati 2014:9 menyimpulkan bahwa auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Inaam dan Khmoussi 2012: 31 yang menyimpulkan bahwa auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidakdikendalikan oleh pihak lain, tidak bergantung pada orang lain Mulyadi,2001. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur akuntansi yang harus dimiliki oleh auditor. Independensi auditor diharapkan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya atas laporan yang telah dibuat oleh manajemen, dimana indpendensi auditor berdampak pada pendeteksian manajemen laba.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi Erlina, 2011: 30. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan kerangka konseptual yang dijelaskan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Auditor spesialis industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riilpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. 33 H2 : Ukuran KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riilpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. H3 :Auditor tenure berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riilpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. H4 : Independensi auditor berpengaruh postitif dan signifikan terhadap manajemen laba riilpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2010- 2013 H5 : Auditor spesialisi indutri,ukuran KAP,auditor tenure,independensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2010-2013 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian desain kausal. Menurut Erlina 2011:20 desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variable. hubungan sebab akibat antara variabel independen variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen variabel yang dipengaruhi

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

11 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori agency Agency theory Jensen dan Meckling 1976: 308 menggambarkan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih prinsipal yang melibatkan orang lain agen untuk memberikan suatu jasa kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Prinsipal merupakan pihak yang memiliki saham pada suatu perusahaan atau pemilik perusahaan. Agen merupakan pihak yang diberi wewenang oleh prinsipal untuk mengelola aset perusahaan. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami earnings management. Dalam hubungan prinsipal dan agen akan menimbulkan apa yang dinamakan agency cost yakni risiko yang terjadi ketika prinsipal membayar agen untuk menjalankan sebuah tugas padahal kepentingan agen bertentangan atau tidak selaras dengan kepentingan prinsipal. Kemudian juga akan menimbulkan konflik kepentingan antara kepentingan prinsipal dan kepentingan agen. Pihak prinsipaltermotivasi untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.Agentermotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi dan bonus. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena prinsipal tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham. 12 Pada kenyataannya principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sedangkan agenmempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen. Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer menggunakan posisinya dalam perusahaan untuk mengelola laba yang dilaporkan Lobo dan Zhou, 2001 dalam Rusmin, 2010: 620. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Hal ini memacu agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agen tersebut adalah yang disebut sebagai manajemen laba. Auditor eksternalmerupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor akan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pihak agen terhadap pihak prinsipal dengan memberikan penilaian secara independen dan profesional atas kehandalan dan kewajaran laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu dalam hal ini, kualitas audit dan auditor tenure memengaruhi auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen. Terdapat dua proksi yang dapat digunakan untuk 13 menggambarkan variabel kualitas audit yaitu auditor spesialis industry, ukuran KAP, auditor tenure dan independensi auditor. Teori keagenan menjelaskan bahwa seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi akan memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Becker et al., 2010 Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor diharapkan dapat dipercaya dan digunakan oleh pihak principal. Selain itu, teori keagenan menjelaskan variabel arus kas bebas, bahwa arus kas bebas dapat menimbulkan masalah agensi karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan principal Akhmad, 2011. Manajemen bisa memanfaatkan surplus arus kas bebas untuk melakukan investasi yang sia-sia demi kepentingan pribadi. Auditor spesialisasi industri yakni auditor yang memiliki keahlian dalam suatu industri tertentu dimungkinkan akan lebih dapat mendeteksi kesalahan- kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus. Ukuran KAP akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. KAP Big Four menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP Non Big Four DeAngelo, 1981: 184, Becker et al., 1998: 6. Auditor Big Four memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibandingkan dengan auditor Non Big Four. Auditor tenure dalam hal ini juga menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan, 14 karena adanya kepentingan manajemen klien. Oleh karena itu, lamanya hubungan antara perusahaan dan auditor dapat memengaruhi terjadinya manajemen laba. Independensi auditor berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya Mulyadi, 2001 2.1.2 Pengertian Manajemen laba earnings management 2.1.2.1 Defenisi manajemen laba Istilah earnings management atau manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi karena sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan prepares of financial statements, Gumanti, 2000: 105. Sekilas tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba earnings atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bounus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan atau laba yang dicapai 15 Definisi laba menurut Verawati 2012: 18 adalah salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja dan pertanggungjawaban manajemen. Informasi laba juga dapat dijadikan panduan dalam melakukan investasi yang membantu investor ataupun pihak lain dalam menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Selain itu, laba pada umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, pembayaran dividen dan pengambilan keputusan. Adanya kecenderungan untuk memerhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong munculnya manajemen laba earnings management. Ada perbedaan mendasar antara praktisi dan akademisi dalam memandang manajemen laba. Secara umum para praktisi, yaitu investor, pemerintah, asosiasi profesi, dan pelaku ekonomi lainnya menganggap manajemen laba sebagai kecurangan manajerial. Alasannya adalah aktivitas rekayasa manajerial ini dilakukan untuk menyesatkan dan merugikan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Sementara akademisi, termasuk para peneliti menilai manajemen laba bukan sebagai kecurangan, sebab aktivitas rekayasa manajerial ini pada dasarnya merupakan dampak dari luasnya prinsip yang berterima umum, sehingga bisa dikatakan bahwa perbedaan pemahaman terhadap manajemen laba disebabkan perbedaan sudut pandang antara satu pihak dengan pihak lain Sulistyanto, 2008, 2012: 18. Gumanti 2000 2010: 19 berpendapat bahwa manajemen laba dapat memberikan gambaran akan manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada 16 suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuangan yang dapat dilakukan karena memang diperkenankan menurut peraturan akuntansi. Hal ini sejalan dengan definisi manajemen laba menurut Belkaoui 2011:74yakni:“Suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia danmengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.” Definisi yang berbeda menurut Healy dan Wahlen dalam Belkaoui 2011:75 yakni:“Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.” Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan 1 untuk menyesatkan para pemangku kepentingan yang tidak ataupun tidak bisa melakukan manajemen laba dan 2 untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi para penggunanya. Oleh karenanya, terdapat sisi baik maupun buruk dari manajemen 17 laba: 1 sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan 2 sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya. Dari beberapa pengertian manajemen laba di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen laba berkaitan dengan cara manajemen dalam menyajikan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, artinya manajemen punya wewenang untuk menyajikan laporan keuangan baik secara legal maupun ilegal. Kriteria manajemen laba secara legal yakni apabila tidak menyimpang dari Standar Akuntansi Keuangan, misalnya dalam pemilihan metode penyusutan baik melalui metode garis lurus atau saldo menurun. Pemilihan dari salah satu metode tersebut tentu akan berpengaruh terhadap laporan keuangan khususnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan atau lebih banyak berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen terkait laporan keuangan perusahaan. Sedangkan kriteria manajemen laba secara ilegal yakni apabila telah menyimpang dari Standar Akuntansi Keuangan, misalnya penyajian akun akumulasi penyusutan dalam laporan posisi keuangan seharusnya di sisi kredit namun manajemen menyajikannya si sisi debet.

2.1.2.2 Manajemen Laba Riil

Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama atas manipulasi aktivitas riil adalah waktu timing manajemen laba. Manajemen 18 laba riil dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian dan mencapai target ramalan analis. Selain itu, menajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh auditor. Menurut Healy and Wahlen, 1999 dalam Roychowdhury 2006: 337 mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Earnings management accurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting practices”. Dengan kata lain bahwa campur tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-metode atau estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dapat dilakukan melalui keputusan- keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Selanjutnya, manajer juga memiliki insentif untuk memanipulasi aktivitas-aktivitas riil selama tahun berjalan untuk memenuhi target laba. Manipulasi aktivitas-aktivitas riil tersebut disebut manajemen laba riil. Menurut Roychowdhury 2006, Cohen et al. 2008, Cohen dan Zarowin 2010 dalam Ratmono 2010: 5 terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil, yaitu: 1. Manipulasi penjualan Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih 19 lunak. Strategi ini dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini, dengan mengasumsikan marginnya positif. Namun pemberian diskon harga dan syarat kredit yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas periode saat ini. 2. Penurunan beban-beban diskresionari dicretionary expenditure Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditureseperti beban penelitian dan pengembangan, iklan dan penjualan, administrasi dan umum terutama dalam periode dimana pengeluaran tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun dengan risiko menurunkan arus kas periode mendatang. 3.Produksi yang berlebihan overproduction Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebakan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan harga pokok penjualan cost of good sold dan meningkatkan laba operasi. Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang buruk sehingga tidak banyak memiliki akrual untuk dimanipulasi. Satu-satunya cara adalah dengan manipulasi aktivitas riil tersebut terutama untuk mencapai laba sedikit di atas nol. Dengan ketiga cara di atas perusahaan-perusahaan yang diduga suspect melakukan manipulasi aktivitas riil akan mempunyai abnormal cash flow operations CFO dan abnormal discretionary expense yang lebih kecil serta abnormal production cost yang lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Roychowdhury 2006: 338 menunjukkan para eksekutif keuangan lebih memilih untuk memanipulasi laba melalui aktivitas-aktivitas riil daripada aktivitas akrual. Hal ini disebabkan oleh: 20 1. Manipulasi akrual cenderung membuat para auditor atau regulator melakukan pemeriksaan dengan cepat daripada jika keputusan-keputusan tentang aktivitas riil atau produksi yang dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa baik auditor ataupun regulator kurang memberikan perhatian terhadap aktivitas-aktivitas riil yang dimanipulasi oleh manajemen, sehingga manajemen memiliki kesempatan untuk memanfaatkan peluang ini dalam mencapai target laba. 2. Hanya bersandar pada manipulasi akrual saja akan membawa risiko karena pengelolaan laba dengan mengandalkan akrual diskresioner hanya dapat dilakukan pada akhir tahun. Akan tetapi, strategi ini menimbulkan risiko yaitu jika jumlah laba yang perlu dimanipulasi lebih besar daripada akrual diskresioner yang dapat digunakan manager, maka kemampuan manajer dalam memanipulasi laba terbatas, akibatnya target laba tidak dapat dicapai jika hanya menggunakan akrual diskresioner pada akhir tahun. Berdasarkan Roychowdhury 2006: 34 dalam Subekti, Kee dan Ahmad 2010: 13 pengukuran manajemen laba riil menggunakan 3 cara yakni: 1. Abnormal cash flow operations CFO. Arus kas operasi abnormal adalah manipulasi laba yang dilakukan perusahaan melalui aliran operasi kas yang akan memiliki aliran kas lebih rendah daripada level normalnya. Estimasi nilai residu arus kas operasi merupakan nilai abnormal arus kas operasi. 2. Abnormal production cost PO. Biaya kegiatan produksi abnormal adalah manajemen laba riil yang dilakukan melalui manipulasi biaya produksi, dimana perusahaan akan memiliki biaya produksi lebih tinggi daripada level normalnya. Estimasi nilai residu dari biaya produksi merupakan nilai abnormal biaya produksi. 3. Abnormal discretionary expense DE. Biaya diskresioner abnormal adalah manajemen laba riil yang dilakukan dengan menurunkan discretionary expenditure seperti biayapenelitian dan pengembangan, biaya iklan, biaya penjualan, administrasi dan umum. Estimasi nilai residu dari biaya diskresioner merupakan nilai abnormal biaya diskresioner. 2.1.3 Auditor Spesialis Industri Dalam Zhou dan Elder 2004: 96 membuktikan bahwa kualitas audit berhubungan dengan auditor spesialis industri. Auditor yang melakukan spesialisasi pada industri tertentu memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai informasi industri tersebut dibandingkan auditor non-spesialis.Auditor spesialisasi industri 21 menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Dengan demikian, auditor spesialisasi industri diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan auditor lainnya dalam meminimalisir adanya praktik manajemen laba Solomon et al., Owhoso et al. dalam Rusmin, 2010: 621. Auditor spesialisasi industri diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu Rahmadika, 2013: 36. Auditor yang memiliki spesialisasi industri yakni auditor yang memiliki keahlian dalam suatu industri tertentu, auditor spesialisasi industri dimungkinkan akanlebih dapat mendeteksi kesalahan- kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus. Chi et al. 2011 dalam Inaam dan Khmoussi 2012: 21 menemukan bahwa keahlian industri auditor berhubungan dengan manajemen laba berbasi riil yang lebih besar. Dengan meningkatnya keahlian auditor dimungkinkan bahwa manajemen akan menggunakan berbagai caranya untuk memanipulasi aktivitasnya terkait dengan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Manajemen memiliki kapasitas untuk mengatur setiap kegiatan di dalam perusahaan sehingga dapat mendorong manajer memenuhi target laba. Dalam teori agensi dan teori stewardship dimana pihak agen sebagai pihak yang diberi tanggungjawab oleh pihak prinsipal akan terdorong untuk melakukan berbagai hal untuk memberikan hasil pertanggungjawaban yang sebaik mungkin walaupun terkadang tidak sesuai dengan realita misalnya dengan melakukan 22 perubahan pada laba. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk menguasai keahlian di bidang industri perusahan. Dengan demikian auditor yang memiliki keahlian dalam spesialisasi industri maka akan dapat menurunkan praktek manajemen laba.

2.1.4 Ukuran KAP

Dalam agency theory dijelaskan bahwa adanya pihak principal dengan pihak agen yang digambarkan dengan hubungan antara auditee dan auditor dalam proses audit. Untuk memperoleh audit yang berkualitas, seorang principal akan cenderung menunjuk agen auditor yang memiliki independensi. Auditor yang memiliki independensi tinggi diasumsikan oleh auditor yang berada dalam KAP yang besar. Dalam hal ini ukuran auditor dijadikan sebagai patokan dalam menentukan hasil audit yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.Ukuran KAP akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. KAP big four menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four Meutia, dalam Rahmadika 2011:15. Auditor big four memiliki keahlian dan reputasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non big four. Oleh karena itu auditor big four akan berusaha untuk memberikan kualitas terbaik mereka dalam mempertahankan pangsa pasar, repuatsi dan kepercayaan masyarakat. Geralyi et al. 2011 melakukan penelitian mengenai ukuran auditor terhadap manajemen laba menemukan bahwa ukuran auditor berhubungan negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut diasumsikan bahwa semakin besar ukuran auditor akan berdampak pada penurunan aktivitas manajemen laba perusahaan. 23 Tabel berikut menunjukkan mitra KAP internasional Big Four dengan KAP di Indonesia Tabel 2.1 Ukuran Kantor Akuntan Publik KAP The big four Mitra Indonesia Deloitte Touche Tohmatsu Osman Bing Satrio dan rekan Ernst and Young Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja Kingsfield, Peat, Marwick, Goerdeller KPMG Siddharta dan Widjaja Price Waterhouse Coopers PWC Haryanto, Sahari dan rekan Sumber: Tuanakkotta, Theodorus M., Berfikir Kritis dalam Auditing Jakarta: Salemba Empat, 2011, hlm. 299. Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional. KAP Big Four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP NonBig Four Nurina, 2010 dalam Kono, 2013: 3. Auditor Big Four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material antara pihak manajemen dan pemegang saham, selain itu KAP Big Four cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman yang akhirnya mampumembatasi besarnya manajemen laba pada suatu perusahaan Kono, 2013: 3. Dahlan 2009: 9 menambahkan bahwa KAP Big Four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui kesalahan dalam sistem akuntansi klien, selain itu perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP Big Four cenderung akan membatasi praktik manajemen laba. 24

2.1.5 Audit Tenure

Pergantian masa kerja tenure auditor telah ditentukan secara mandatory oleh peraturanpemerintah. Hal ini dimaksudkan agar independensi seorang auditor dapat lebih terjaga dengan membatasi hubungan antara auditor dan auditee. Auditor ini berguna untuk mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara agen dan principal sehingga auditor harus memiliki tingkat independensi yang tinggi untuk mencegah terjadinya asimetri informasi ini yang salah satunya mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh agen. Reichelt and Wang 2010 dalam Inaam dan Khmoussi 2012 meneliti adanya hubungannegatif antara auditor tenure dengan manajemen laba. Dengan adanya audit tenureyang lebihpendek maka manajemen laba yang dilakukan oleh auditee agen akan lebih besar namun semakinlama audit tenure akan memperkecil praktik manajemen laba yang dilakukan. Fanny dan Siregar 2007 dalam Herusetya 2009 menemukan hubungan signifikan antara audit tenure dengan nilai absolute akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba dan hasil penelitian. Mereka menemukan bahwa nilai absolute diskresioner semakin rendah seiring dengan semakin panjangnya jangka waktu penugasan audit. Namun Johnson et al. 2002 dalam Inaam dan Khmoussi 2012 menemukan bahwa klien dengan masa auditor yang lebih pendek memiliki kualitas akrual yang lebih rendah dibandingkan dengan masa kerja lebih panjang. Penelitian tersebut menyebutkanbahwa masa kerja yang lebih lama akan dikaitkan dengan peningkatan akrual diskresioner dan manajemen laba real. Masa kerja yang lebih pendek akan menurunkan praktik manajemen laba dan masa kerja yang lebih lama 25 pada auditor akan meningkatkan aktivitas manajemen laba diperusahaan baik secar. Ini dikarenakan auditor yang memiliki masa kerja lebih pendek cenderung akan memiliki independenitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang telah memiliki masa kerja audit yang lebih panjang. Dengan berkurangnya keindependensian maka diasumsikan dapat meningkatkan terjadinya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen klien. Pada agency theory dan stewarshipdijelaskan bahwa dapat terjadi keadaan dimana salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi sehingga menimbulkan kondisi asimetri informasi.Hal ini terjadi dalam praktik manajemen laba yaitu agen memiliki lebih banyak informasi daripada principal yang salah satunya dapat disebabkan oleh hubungan antara agen dan principal. Semakin lama auditor memiliki hubungan kerjasama dengan agen dikhawatirkan akan mengurangi independensi yang dimiliki auditor sehingga auditor akan cenderung berpihak kepada agen. Hubungan ini yang akan meningkatkan praktik manajemen laba sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak principal dan agen. Semakin lama auditor berhubungan dengan agen maka keindependensian yang dimiliki akan semakin menurun dan aktivitas manajemen laba baik real akan meningkat

2.1.6 Independensi Auditor

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif yang tidak memihak dalam diri auditor dalam 26 merumuskan dan menyatakan pendapatnya Mulyadi, 2001. Independensi auditor merupakan suatu hal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan mejadi salah satu faktor untuk menilai mutu jasa audit. Hal ini dikarenakan pendapat yang sering diberikan oleh auditor berkaitan dengan kepentingan banyak pihak. Pada agency theory dan stewarshipdijelaskan bahwa dapat terjadi keadaan dimana salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi sehingga menimbulkan kondisi asimetri informasi.Hal ini terjadi dalam praktik manajemen laba yaitu agen memiliki lebih banyak informasi daripada principal yang salah satunya dapat disebabkan oleh hubungan antara agen dan principal. Semakin lama auditor memiliki hubungan kerjasama dengan agen dikhawatirkan akan mengurangi independensi yang dimiliki auditor sehingga auditor akan cenderung berpihak kepada agen. Hubungan ini yang akan meningkatkan praktik manajemen laba sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak principal dan agen. Semakin lama auditor berhubungan dengan agen maka keindependensian yang dimiliki akan semakin menurun dan aktivitas manajemen laba baik real akan meningkat Independensi Auditor akan berdampak terhadap pendeteksian manajemen laba, Dimana Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya manajemen laba karna independensi Auditor dinilai dari lamanya penugasan auditor tersebut diperusahaan yang sama,semakin lama Auditor melaksanakan audit pada suatu perusahaan maka Auditor dianggap tidak independen 27

2.2. Review peneliti Terdahulu

No Nama peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Dwi Ratmono 2010 Manajemen laba riil dan berbasis akrual : dapatkah Auditor mendeteksinya ? Variabel independen nya adalah deteksi auditor, Variabel dependennya adalah Manajemen laba riil dan manajemen laba akrual Kualitas Auditor tidak signifikan berpengaruh dengan manajemen laba riil Kualitas auditor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba akrual 2 Herawaty Arlen dan welvin iguna 2010 Pengaruh mekanisme GCG,independen si auditor ,kualitas audit terhadap manajemen laba Variable independen GCG,independensi auditor,kualitas audit Variable dependen Manajemen laba Kepemilikan perusahaan,independ ensi auditor,ukuran perusahaan tidak berpengaruh sedangkan leverage ,kualitas audit tidak berpengaruh 3 Reisa puji lestari 2013 Pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba Variable independenya adalah Auditor Spesialis industri,Audit tenure,Variable dependennya adalah manajemen laba transaksi riil auditor tenure memiliki hubungan positiff namun tidak signifikan,sementara dan spesialisasi industri auditor memiliki hubungan positif namun tidak signifikan 28 4 Inaam dan Khmoussi 2012 Variabel dependen:Earnings Management Variabel independen: Auditor tenure, ukuran KAP, auditor spesialisasi industri Akrual: auditor tenure berpengaruh negatif dan ukuran KAP serta auditor spesialisasi industri berpengaruh positif namun ketiganya secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Riil: ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan, auditor spesialisasi industri dan signifikan, auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Sumber : data diolah tahun 2014 2.1Kerangka konsepsual Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya serta kuat lemahnya hubungan antara variabel dependen berupa manajemen laba riil denganvariabel independen berupa Auditor spesialis industry,Ukuran KAP,Audit tenure,Independensi Auditor.Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa Auditor Spesialis industry,Audit tenure dapat dapat mendeteksi manipulasi manajemen laba riil.Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sudah diuraikan,maka kerangka konseptual ini dapat digambarkan pada gambar berikut: Gambar 2.1 Kerangka konsepsual Variabel Independen Dependen 29 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Chi et al. 2011 dalam Inaam dan Khmoussi 2012: 21 menemukan bahwa keahlian industri auditor berhubungan dengan manajemen laba berbasis riil yang lebih besar. Dengan meningkatnya keahlian auditor dimungkinkan bahwa manajemen akan menggunakan berbagai caranya untuk memanipulasi aktivitasnya terkait dengan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Manajemen memiliki kapasitas untuk mengatur setiap kegiatan di dalam perusahaan sehingga dapat mendorong memenuhi target laba. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati 2014:9 menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi industri berpengaruh positif terhadap Auditor spesialis Industri X1 Ukuran KAP X2 Audit Tenure X3 Independensi Auditor X4 Manajemen laba riil Y 30 manajemen laba riil sedangkan Inaam dan Khmoussi 2012: 31 menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa dapat terjadi keadaan dimana salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi sehingga menimbulkan kondisi asimetri informasi. Hal ini terjadi dalam praktik manajemen laba yaitu agen memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal yang memiliki hubungan kerja sama dengan agen dikhawatirkan akan mengurangi independensi yang dimiliki auditor sehingga auditor akan cenderung berpihak kepada agen. Hubungan ini akan menimbulkan asimetri informasi yang akan meningkatkan praktik manajemen laba. Semakin lama auditor berhubungan dengan agen maka independensi yang dimilikinya akan semakin menurun dan aktivitas manajemen laba akan meningkat. Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa adanya pihak prinsipal dengan pihak agen yang digambarkan dengan hubungan manajemen dan auditor dalam proses audit. Seorang prinsipal akan cenderung menunjuk auditor yang memiliki independensi untuk memperoleh audit yang berkualitas. Auditor yang memiliki independensi tinggi diasumsikan oleh auditor yang berada dalam KAP yang besar. Dalam hal ini ukuran KAP dijadikan sebagai patokan dalam menentukan hasil audit yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. KAP Big Four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP Non Big Four Nurina, 2010 dalam Kono, 2013: 3. Auditor Big Four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material dalam laporan keuangan atau lebih mampu mendeteksi adanya manipulasi 31 dalam laporan keuangan, selain itu KAP Big Four cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman yang akhirnya mampu membatasi besarnya manajemen laba pada suatu perusahaan Kono, 2013: 3. Dahlan 2009: 9 menambahkan bahwa KAP Big Four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui kesalahan dalam sistem akuntansi klien, selain itu perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP Big Four cenderung akan membatasi praktik manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati 2014:9 menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil sedangkan Inaam dan Khmoussi 2012: 31 menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil. Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa dapat terjadi keadaan dimana salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi sehingga menimbulkan kondisi asimetri informasi. Hal ini terjadi dalam praktik manajemen laba yaitu agen memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal yang memiliki hubungan kerja sama dengan agen dikhawatirkan akan mengurangi independensi yang dimiliki auditor sehingga auditor akan cenderung berpihak kepada agen. Hubungan ini akan menimbulkan asimetri informasi yang akan meningkatkan praktik manajemen laba. Semakin lama auditor berhubungan dengan agen maka independensi yang dimilikinya akan semakin menurun dan aktivitas manajemen laba akan meningkat. Lamanya hubungan antara agen dan auditor menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan karena adanya kepentingan terhadap klien. Auditor tenure dalam jangka waktu 32 yang lama, juga dapat menyebabkan auditor mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” dan kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, sehingga dapat menyebakan independensi auditor menjadi terancam. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati 2014:9 menyimpulkan bahwa auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Inaam dan Khmoussi 2012: 31 yang menyimpulkan bahwa auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidakdikendalikan oleh pihak lain, tidak bergantung pada orang lain Mulyadi,2001. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur akuntansi yang harus dimiliki oleh auditor. Independensi auditor diharapkan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya atas laporan yang telah dibuat oleh manajemen, dimana indpendensi auditor berdampak pada pendeteksian manajemen laba.

2.4 Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 41 94

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)

11 58 15

PENGARUH UKURAN KAP, OPINI AUDIT, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING Pengaruh Ukuran Kap, Opini Audit, Dan Profitabilitas Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-

1 6 14

PENGARUH UKURAN KAP, OPINI AUDIT, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING Pengaruh Ukuran Kap, Opini Audit, Dan Profitabilitas Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-

0 4 17

PENGARUH UKURAN KAP, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP AUDITOR SWITCHING Pengaruh Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek

7 32 14

Pengaruh Ukuran KAP, Audit Tenure, dan Auditor Spesialis Industri terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

1 1 17

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 14

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 2

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 10

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 19