17 laba: 1 sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari
sumber-sumber daya dan 2 sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku
kepentingan eksternal dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
Dari beberapa pengertian manajemen laba di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen laba berkaitan dengan cara manajemen dalam menyajikan
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, artinya manajemen punya wewenang untuk menyajikan laporan keuangan baik secara legal maupun ilegal.
Kriteria manajemen laba secara legal yakni apabila tidak menyimpang dari Standar Akuntansi Keuangan, misalnya dalam pemilihan metode penyusutan baik melalui
metode garis lurus atau saldo menurun. Pemilihan dari salah satu metode tersebut tentu akan berpengaruh terhadap laporan keuangan khususnya laba yang dihasilkan
oleh perusahaan atau lebih banyak berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen terkait laporan keuangan perusahaan. Sedangkan kriteria manajemen
laba secara ilegal yakni apabila telah menyimpang dari Standar Akuntansi Keuangan, misalnya penyajian akun akumulasi penyusutan dalam laporan posisi
keuangan seharusnya di sisi kredit namun manajemen menyajikannya si sisi debet.
2.1.2.2 Manajemen Laba Riil
Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama
atas manipulasi aktivitas riil adalah waktu timing manajemen laba. Manajemen
18 laba riil dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan
spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian dan mencapai target ramalan analis. Selain itu, menajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh
auditor. Menurut Healy and Wahlen, 1999 dalam Roychowdhury 2006: 337
mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Earnings management accurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions
to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that
depend on reported accounting practices”. Dengan kata lain bahwa campur tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-metode atau
estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dapat dilakukan melalui keputusan- keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Selanjutnya, manajer
juga memiliki insentif untuk memanipulasi aktivitas-aktivitas riil selama tahun berjalan untuk memenuhi target laba. Manipulasi aktivitas-aktivitas riil tersebut
disebut manajemen laba riil.
Menurut Roychowdhury 2006, Cohen et al. 2008, Cohen dan Zarowin 2010 dalam Ratmono 2010: 5 terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan
dalam manipulasi aktivitas riil, yaitu: 1. Manipulasi penjualan
Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga
produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih
19 lunak. Strategi ini dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode
saat ini, dengan mengasumsikan marginnya positif. Namun pemberian diskon harga dan syarat kredit yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas
periode saat ini.
2. Penurunan beban-beban diskresionari dicretionary expenditure Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditureseperti beban
penelitian dan pengembangan, iklan dan penjualan, administrasi dan umum terutama dalam periode dimana pengeluaran tidak langsung menyebabkan
pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun dengan risiko menurunkan arus kas periode
mendatang.
3.Produksi yang berlebihan overproduction Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih
banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebakan biaya tetap per unit produk lebih
rendah. Strategi ini dapat menurunkan harga pokok penjualan cost of good sold dan meningkatkan laba operasi.
Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas biasanya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang buruk sehingga tidak banyak memiliki akrual untuk dimanipulasi. Satu-satunya cara adalah dengan manipulasi aktivitas
riil tersebut terutama untuk mencapai laba sedikit di atas nol.
Dengan ketiga cara di atas perusahaan-perusahaan yang diduga suspect melakukan manipulasi aktivitas riil akan mempunyai abnormal cash flow
operations CFO dan abnormal discretionary expense yang lebih kecil serta abnormal production cost yang lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan
lain. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Roychowdhury 2006: 338
menunjukkan para eksekutif keuangan lebih memilih untuk memanipulasi laba melalui aktivitas-aktivitas riil daripada aktivitas akrual. Hal ini disebabkan oleh:
20 1. Manipulasi akrual cenderung membuat para auditor atau regulator melakukan
pemeriksaan dengan cepat daripada jika keputusan-keputusan tentang aktivitas riil atau produksi yang dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa baik auditor ataupun
regulator kurang memberikan perhatian terhadap aktivitas-aktivitas riil yang dimanipulasi oleh manajemen, sehingga manajemen memiliki kesempatan untuk
memanfaatkan peluang ini dalam mencapai target laba. 2. Hanya bersandar pada manipulasi akrual saja akan membawa risiko karena
pengelolaan laba dengan mengandalkan akrual diskresioner hanya dapat dilakukan pada akhir tahun. Akan tetapi, strategi ini menimbulkan risiko yaitu jika jumlah
laba yang perlu dimanipulasi lebih besar daripada akrual diskresioner yang dapat digunakan manager, maka kemampuan manajer dalam memanipulasi laba terbatas,
akibatnya target laba tidak dapat dicapai jika hanya menggunakan akrual diskresioner pada akhir tahun.
Berdasarkan Roychowdhury 2006: 34 dalam Subekti, Kee dan Ahmad 2010: 13 pengukuran manajemen laba riil menggunakan 3 cara yakni:
1. Abnormal cash flow operations CFO. Arus kas operasi abnormal adalah manipulasi laba yang dilakukan perusahaan melalui aliran operasi kas yang akan
memiliki aliran kas lebih rendah daripada level normalnya. Estimasi nilai residu arus kas operasi merupakan nilai abnormal arus kas operasi.
2. Abnormal production cost PO. Biaya kegiatan produksi abnormal adalah manajemen laba riil yang dilakukan melalui manipulasi biaya produksi, dimana
perusahaan akan memiliki biaya produksi lebih tinggi daripada level normalnya. Estimasi nilai residu dari biaya produksi merupakan nilai abnormal biaya produksi.
3. Abnormal discretionary expense DE. Biaya diskresioner abnormal adalah manajemen laba riil yang dilakukan dengan menurunkan discretionary expenditure
seperti biayapenelitian dan pengembangan, biaya iklan, biaya penjualan, administrasi dan umum. Estimasi nilai residu dari biaya diskresioner merupakan
nilai abnormal biaya diskresioner. 2.1.3 Auditor Spesialis Industri
Dalam Zhou dan Elder 2004: 96 membuktikan bahwa kualitas audit berhubungan dengan auditor spesialis industri. Auditor yang melakukan spesialisasi
pada industri tertentu memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai informasi industri tersebut dibandingkan auditor non-spesialis.Auditor spesialisasi industri
21 menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang
industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Dengan demikian, auditor spesialisasi industri diharapkan memiliki kinerja yang
lebih baik dibandingkan auditor lainnya dalam meminimalisir adanya praktik manajemen laba Solomon et al., Owhoso et al. dalam Rusmin, 2010: 621.
Auditor spesialisasi industri diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu Rahmadika, 2013: 36. Auditor yang memiliki spesialisasi industri
yakni auditor yang memiliki keahlian dalam suatu industri tertentu, auditor spesialisasi industri dimungkinkan akanlebih dapat mendeteksi kesalahan-
kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus.
Chi et al. 2011 dalam Inaam dan Khmoussi 2012: 21 menemukan bahwa keahlian industri auditor berhubungan dengan manajemen laba berbasi riil yang
lebih besar. Dengan meningkatnya keahlian auditor dimungkinkan bahwa manajemen akan menggunakan berbagai caranya untuk memanipulasi aktivitasnya
terkait dengan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Manajemen memiliki kapasitas untuk mengatur setiap kegiatan di dalam perusahaan sehingga dapat
mendorong manajer memenuhi target laba. Dalam teori agensi dan teori stewardship dimana pihak agen sebagai pihak
yang diberi tanggungjawab oleh pihak prinsipal akan terdorong untuk melakukan berbagai hal untuk memberikan hasil pertanggungjawaban yang sebaik mungkin
walaupun terkadang tidak sesuai dengan realita misalnya dengan melakukan
22 perubahan pada laba. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk menguasai keahlian di
bidang industri perusahan. Dengan demikian auditor yang memiliki keahlian dalam spesialisasi industri maka akan dapat menurunkan praktek manajemen laba.
2.1.4 Ukuran KAP