Rasio Keuangan Perbankan Tinjauan Teoritis .1. Pengertian Bank

36

2.1.5. Rasio Keuangan Perbankan

Menurut Abdullah 2005:124 rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. Rasio Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Rasio Permodalan Menurut Abdullah 2005:124 rasio permodalan digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Untuk dapat mengukur kemampuan permodalan tersebut dapat digunakan dengan rumus seperti berikut: a . Capital Adequacy Ratio CAR Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono 2002:562 Capital Adequacy Ratio CAR adalah kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank”. Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman utang, dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Capital Adequacy Ratio CAR Universitas Sumatera Utara 37 merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko Dendawijaya, 2009:121. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Besarnya Capital Adequacy Ra tio CAR diukur dari rasio antara modal bank terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Menurut PBI No. 1015PBI2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 delapan persen dari Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8. Dengan penetapan Capital Adequacy Ratio CAR pada tingkat tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya resiko sebagai akibat berkembang atau meningkatnya ekspansi aset terutama aktiva yang dikategorikan dapat memberikan hasil dan sekaligus mengandung resiko sebagaimana yang dikutip oleh Argo Asmoro dalam Hesti Werdaningtyas 2002. Besarnya Capital Adequacy Ratio CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut. Lukman Dendawijaya, 2009 :144. CAR = x 100 Modal Bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham, cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak cadangan umum, dan laba ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi aktiva tetap Dendawijaya, 2009:144. Universitas Sumatera Utara 38 ATMR dihitung dari aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif tidak tercantum dalam neraca. Menurut Dendawijaya 2009:144 ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut resiko aktiva administratif. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100. ATMR ini menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup Arthesa dan Handiman, 2006 : 147. Setelah mengetahui cara perhitungan Capital Adequacy Ratio CAR maka dapat diambil kesimpulan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi Capital Adequacy Ratio CAR adalah sebagai berikut sebagaimana yang dikutip dalam Ginanjar 2007. 1. Tingkat kualitas manajemen bank dan kualitas sistem dan prosedur operasionalnya. 2. Tingkat kualitas dan jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya. 3. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya. 4. Struktur posisi dan kualitas permodalan bank. 5. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. 6. Tingkat likuiditas yang dimilikinya. 7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka panjang. Universitas Sumatera Utara 39 2. Rasio Likuiditas Menurut Darsono 2004:51 rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Menurut Siamat 2004:157 suatu bank dianggap likuid apabila: a. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya. b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat- surat berharga yang dapat dialihkan menjadi kas. c. Memiliki kemampuan untuk meemperoleh likuiditas dengan cara menciptakan hutang. Rasio Likuiditas perbankan sebagai berikut: a. Loan to Deposit Ratio LDR Loan to deposit ratio merupakan rasio yang dipergunakan untuk melihat likuiditas perusahaan. Rasio ini mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana yang diterima bank. Loan to Deposit Ratio LDR adalah seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR dapat pula digunakan menilai strategi manajemen bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini juga sebagai indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80 dengan batas toleransi berkisar antara 85 dan 100 Dendawijaya, 2006:121. Rumus yang digunakan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 40 LDR = x 100 Menurut Dendawijaya 2009:147 jumlah kredit yang diberikan dalam rumus tersebut adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir ditarik dicairkan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, yang termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank Dendawijaya, 2009:116, adalah sebagai berikut: 1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI jika ada adalah volume pemberian pinjaman kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank yang bersangkutan. 2. Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. 3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dan bank. 4. Tabungan masyarakat adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, danatau lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 5. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi. 6. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. Universitas Sumatera Utara 41 7. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. 8. Modal pinjaman 9. Modal inti bank terdiri atas modal yang telah disetor pemilik bank, agio saham terutama untuk bank yang telah go publik, berbagai cadangan, laba ditahan setelah diputuskan oleh rapat umum pemegang saham bank, serta laba tahun berjalan. Sesuai SE No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 LDR dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk antar Bank. Dana Pihak Ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito tidak termasuk antar Bank. b. Quick Ratio QR Menurut Abdullah 2005:126 Quick Ratio QR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yag diajukan. Cash Asset terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain dan aktiva likuid dalam valuta asing. Rasio ini dihitung dengan rumus: QR = x 100 Universitas Sumatera Utara 42 c. Loan to Asset Ratio LAR Menurut Dendawijaya 2009:144 Loan to Asset Ratio LAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dihitung dengan rumus: LAR = x 100 d. Investing Policy Ratio IPR Investing Policy Ratio IPR merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam melunasi kewajiban kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang yang dimilikinya Zulian Yamit, 2005:3. Rasio ini dihitung dengan rumus: IPR = e. Liquidity Risk Ratio LRR Liquidity Risk Ratio merupakan risiko yang digunakan untuk mengukur risiko yang akan dihadapi bank apabila gagal dalam memenuhi kewajiban- kewajibannya kepada para deposannya dengan harta likuid yang dimilikinya Muldjono, 2002:132. Rasio ini dihitung dengan rumus: LRR = x 100 Universitas Sumatera Utara 43 f. Credit Risk Ratio CRR Credit Risk Ratio CRR merupakan risiko yang paling signifikan yang dihadapi pebankan, dan keberhasilan bisnis mereka tergantung pada pengukuran yang akurat dan tingkat efisiensi yang lebih tinggi terhadap pengelolaan risiko ini daripada risiko lainnya , Risiko kredit akan dihadapi oleh bank ketika nasabah customer gagal dalam membayar hutang atau kredit yang diterimanya pada saat jatuh tempo Siamat, 2005:349. Menurut Muldjono 2002:132 Credit Risk Ratio CRR adalah risiko yang digunakan untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan. Rasio ini dihitung dengan rumus: CRR = x 100 g. Banking Ratio Banking Ratio bertujuan untuk mengukur likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki, Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah tingkat likuiditas bank, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil Menurut Muldjono 2002:132. BR = x 100 Universitas Sumatera Utara 44

2.1.6. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Capital Adequacy Ratio