Pengujian Hipotesis Kelima Liquidity Risk Ratio Pengujian Hipotesis Keenam Credit Risk Ratio

95 perbankan mengalami kenaikan sehingga penggunaan IPR yang tinggi diakibatkan bahwa salah satu perusahaan perbankan tidak memiliki salah satu bagian dari total deposito yaitu tabungan yang mengakibatkan jumlah deposito yang rendah sehingga mengasilkan IPR yang cenderung tinggi, hal ini terlihat dari perhitungan IPR dan CAR.

4.5.4. Pengujian Hipotesis Keempat Loan to Asset Ratio

Variabel Loan to Asset Ratio menunjukkan nilai koefisien sebesar 1.499 dengan tingkat signifikan 0.194 yang lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Loan to Asset Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap capital adequacy Ratio atau dengan kata lain H4 ditolak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani, 2012 yang menunjukkan bahwa Loan to Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio. Menurut Muljono 2002:13 semakin tinggi Loan to Asset Ratio berarti likuiditas perusahaan perbankan mengalami penurunan dimana semakin besar rasio menunjukkan kurangnya kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit terhadap para deposannya, Semakin besar kredit yang disalurkan maka semakin rendah risiko kredit yang akan dihadapi oleh bank karena kredit yang disalurkan didanai dengan kredit yang disalurkan. Menurut Dendawijaya 2005:45 LAR merupakan perbandingan seberpa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total asset yang dimiliki bank.

4.5.5. Pengujian Hipotesis Kelima Liquidity Risk Ratio

Variabel Liquidity Risk Ratio menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.947 dengan tingkat signifikan 0.387 yang lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan Universitas Sumatera Utara 96 bahwa Liquidity Risk Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap capital adequacy Ratio atau dengan kata lain H5 ditolak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bateni, 2014 yang menunjukkan bahwa Loan to Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio. Menurut Muljono, 2002;12 Liquidity Risk Ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan perbankan mampu memenuhi kewajibannya dengan segera. Menurut peraturan bank Indonesia No. 11252009 Liquidity Risk Ratio merupakan risioko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo yang berasal dari sumber pendanaan arus kas atau dari asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu aktivitas dan kondisi kesehatan bank.

4.5.6. Pengujian Hipotesis Keenam Credit Risk Ratio

Variabel Credit Risk Ratio menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.042 dengan tingkat signifikan 0.968 yang lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Credit Risk Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap capital adequacy Ratio atau dengan kata lain H6 ditolak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamimi, 2013 yang menunjukkan bahwa Credit Risk Ratio tidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio. Menurut Muljono 2002:12 suatu risiko kerugian yang diakibatkan oleh ketidakmampuan gagal bayardari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya atau keduanya. Risiko kredit diakibatkan kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Credit Risk Ratio sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank dimasa depan dimana risiko kredit ini terjadi pada saat pihak kreditur dan debitur Universitas Sumatera Utara 97 melakukan tindakan yang tidak hati-hati dalam melakukan keputusan kredit.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagaiberikut: 1. Pengujian hipotesis dengan menggunakan metode uji-t uji secara Parsial menunjukkan bahwa Rasio Likuiditas yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio hasilnya negatif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR. Koefisien variabel bebas LDR sebesar -3,749 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 LDR, maka akan mengurangi CAR sebesar 3.749. sedangkan likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio hasilnya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Hal ini dapat dilihat dari Koefisien variabel bebas QR sebesar -5.218 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 QR, maka akan meningkatkan CAR sebesar 5.218. Likuiditas yang diukur dengan Investing Policy Ratio hasilnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Hal ini dapat dilihat dari Koefisien variabel bebas IPR sebesar 6.084 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 IPR, maka akan meningkatkan CAR sebesar 6.084. Likuiditas yang diukur dengan Loan to Asset Ratio hasilnya berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR. Hal ini dapat dilihat dari Koefisien variabel bebas LAR sebesar 1.499 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 IPR, maka akan mengurangi CAR sebesar 1.499. Universitas Sumatera Utara