Demikian para pihak tidak akan saling bermusuhan dalam berproduksi, tetap saling menghormati, saling mengerti hal dan kewajiban dalam proses produksi, dan saling membantu
untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan, dalam menghadapi persaingan bebas. Serikat pekerja dibentuk oleh para pekerja dengan memastikan bahwa kedudukan dan hak mereka
sebagai pekerja dapat seimbang dengan kewajiban yang mereka lakukan untuk pengusaha.Dalam hubungan pekerja dan majikan atau pengusaha, tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan pekerja
lebih tinggi dan kadangkala itu mengakibatkan kesewenang-wenangan para majikan terhadap pekerjanya.
B. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial antara Perusahaan dengan Pengurus
Serikat Pekerja
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial antara pengusaha dan pekerja sangat diperlukan demi terciptanya hubungan industrial yang harmonis dan kondusif antara kedua belah
pihak.Dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya memiliki kepentingan atas kelangsungan usaha dan keberhasilan perusahaan.Meskipun keduanya memiliki
kepentingan terhadap keberhasilan perusahaan, tidak dapat dipungkiri konflikperselisihan masih sering terjadi antara pengusaha dan pekerja.
Bila sampai terjadi perselisihan antara pekerja dan pengusaha, perundingan bipartit bisa menjadi solusi utama agar mencapai hubungan industrial yang harmonis.Hubungan industrial
yang kondusif antara pengusaha dan pekerjaburuh menjadi kunci utama untuk menghindari terjadinya PHK, meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh serta memperluas kesempatan kerja
baru untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia.
Bahwa hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. Hubungan
industrial tersebut harus diciptakan sedemikian rupa agar aman, harmonis, serasi dan sejalan, agar perusahaan dapat terus meningkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan kesejahteraan
semua pihak yang terkait atau berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Suatu perselisihan ada lebih dari satu pihak atau setidaknya ada dua pihak, yang saling
berbeda pendapat mengenai sesuatu hal, perbedaan pendapat ini mengakibatkan pertentangan. Profesor Imam Soetomo menyebutkan dua bentuk perselisihan yang terjadi didalam hubungan
kerja, diantaranya :
32
1. Perselisihan hak rechtsgechhillen
Jika masalah yang diperselisihkan termasuk bidang hubungan kerja, maka yang diperselisihkan adalah mengenai hal yang telah diatur atau ditetapkan dalam suatu perjanjian
kerja, perjanjian perburuhan, peraturan perusahaan atau dalam suatu peraturan perundang- undangan.
2. Perselisihan kepentingan belanggengseschillen
Tidak adanya persesuaian paham mengenai syarat-syarat kerja danatau keadaan perburuhan, biasanya berupa tuntutan kerja atau perbaikan syarat-syarat kerja.
Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan sebagai perselisihan hubungan industrial yaitu perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antara serikat pekerja
hanya dalam suatu perusahaan.
32
Setia, Hadi, Seluk-Beluk Hukum Ketenagakerjaan Jakarta: Harvarindo, 2014 hlm. 215.
Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara Pengusaha atau gabungan Pengusaha dengan PekerjaBuruh atau Serikat
PekerjaSerikat Buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,perselisihan pemutusan hubungan kerja danperselisihan antar serikat pekerjaserikat
Buruh dalam satu perusahaan. Lebih lanjut didalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial masing-masing perselisihan diberikan batasan dalam rangka proses penyelesaian Masing-masing penyelesaian perselisihan tersebut diantaranya :
33
1. Perselisihan hak
Perbedaan penafsiran atau pelaksanaan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.Perselisihan hak menurut
Pasal 1 Angka 2 UU No. 2 Tahun 2004 adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
2. Perselisihan kepentingan
Pertentangan mengenai pembuatan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.Perselihan Kepentingan
menurut Pasal 1 Angka 3 UU No. 2 Tahun 2004adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, danatau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
33
Ibid. hlm. 216.
Tidak ada kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Perselisihan pemutusan hubungan kerja menurut Pasal 1 Angka 4 UU No. 2
Tahun 2004 adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. Perselisihan antar serikat pekerja
Sebagai perselisihan antara serikat pekerja dengan serikat pekerja lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak ada kesesuain pendapat mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak
dan kewajiban keserikat pekerjaan. Perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh menurut Pasal 1 Angka 5 UU No. 2 Tahun 2004 adalah perselisihan antara serikat pekerjaserikat
buruh dengan serikat pekerjaserikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan pelaksanaan hak, dan kewajiban
keserikatpekerjaan. Secara teoritis ada 3 bentuk hubungan ketenagakerjaan, menurut Bram Peper dan
Reynert, diantaranya :
34
1. Harmonie arbeidsoverhoudingenmodel
Ditandai dengan tingkat konseksus yang tinggi dan tingkjat konflik yang rendah yaitu semua permasalahan sedapat munkin dan secara musyawarah untuk mufakat consensus.
2. Coalitie arbeidsoverhoudingen model
Ditandai dengan tingkat konsensus yang sedang dan tingkat konflik yang sedang juga pula. Semula permasalahan serikat pekerja dalam bentuk ini diselesaikan secara konsensus terlebih
dahulu jika ternyata tidak dapat terselesaikan, maka akan diselesaikan secara konflik. 3.
Conflict arbeidsoverhoudingen model
34
Ibid. hlm. 221.
Ditandai dengan tingkat konsensus yang rendah dan tingkat konflik yang tinggi dalam bentuk ini konflik menjadi titik tolak penyelesaian perselisihan yang terjadi.
Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial memberikan batasan siapa yang dapat menangani perselisihan hubungan industrial dan juga kewenangan pihak ketiga,
diantaranya : 1.
Mediator Yang dimaksud dalam UUPHI adalah pegawai negeri sipil dibidang ketenagakerjaan, yang
memenuhi syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri tenaga kerja. 2.
Konsiliator Seseorang atau lebih yang memenuhi syarat dan ditetapkan oleh meneteri tenaga kerja.
3. Arbiter
Seseorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dan daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk mendirikan putusan mengenai perselisihan yang terjadi.
Sedangkan mengenai perselisihan yang ditangani disebutkan mediator berkewajiban member anjuran tertulis kepada pihak yang berselisih, untuk semua jenis perselisihan hubungan
industrial.Sedangkan konsiliator wajib memerikan anjuran tertulis kepada pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan penmutusan hubungan kerja atau
perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan. Mengenai proses penyelesaian perselisihan oleh pihak ketiga melalui pengadilan dalam
hal ini melalui Pengadilan Hubungan Industrial, yang merupakan pengadilan khusus yang dibentuk didalam lingkungan Pengadlilan Negeri. Di Pengadilan Hubungan Industrial,
perselisihan hubungan industrial akan diperiksa dan diputus oleh hakim terdiri atas hakim
karierdan hakim ad-hoc yang pengangkatannya atas usul pengurus serikat pekerja dan organisasi pengusaha.
Pada Undang-Undang Ketenagakerjaan tentang ketenagakerjaan mengenai pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan diatur dalam Pasal 136 sampai Pasal 149 yaitu,” penyelesaian
perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau buruh atau serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat.” Dalam hal penyelesaian secara musyawarah
untuk mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja atau buruh atau serikat pekerja atau serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dalam undang-undang Pasal 136.Dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial masih
menggunakan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.51 Men1994 tentang tata tertib panitia penyelesaian perburuhan daerah dan Undang-Undang No.22 tahun 1957.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh secara musyawarah untuk mufakat.Sesuai Pasal
136 ayat 1 UU Ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh secara
musyawarah untuk mufakat.Dalam hal Penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja buruh atau serikat
pekerjaserikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang-undang Pasal 136
ayat 2 UU Ketenagakerjaan. Perselisihan yang terjadi pada prinsipnya diselesaikan oleh pihak-pihaknya sendiri secara
musyawarah. Apabila tidak terselesaikan, maka perlu bantuan pihak lain. Namun demikian juga
tetap berdasarkan musyawarah.Pihak ketiga dalam penyelesaian perselisihan, dapat melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Pilihan penyelesaian perselisihan diluar pengadilan
merupakan cara penyelesaian yang banyak dipilih oleh pihak-pihak karena alasan tertentu, seperti waktu yang cepat dan biaya yang relatif rendah. Proses penyelesaian perselisihan
pengusaha dengan pengurus serikat pekerja yang di lakukan oleh pihak ketiga diluar pengadilan dalam hal ini melalui :
35
1. Penyelesaian melalui bipartit
Pengaturan penyelesaian perselisihan melalui bipartit dapat dilakukan baik bagi perusahaan swasta maupun perusahaan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara.Sedangkan
pihak yang berperkara adalah pekerjaburuh secara perseorangan maupun organisasi serikat pekerja atau serikat buruh dengan pengusaha. Pihak berperkara dapat juga terjadi antara serikat
pekerja dengan serikat pekerja lain dalam satu perusahaan setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya diselesaikan secara musyawarah pada awalnya diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih. Hal perundingan oleh para pihak yang berselisih gagal, maka salah satu pihak atau kedua
belah pihak mencatatkan perselisihannya pada instansi yang bertanggungjawab pada pihak mencatat peselisihannya pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Secara garis besar, tekhnis penanganan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial telah diatur dalam UU Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, adanya UU Nomor 12 Tahun 1964
tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dan Kepmenaker Nomor Kep. 15AMEN1994 tentang Petunjuk Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Pemutusan
Hubungan Kerja di Tingkat Perusahaan dan Pemerantaraan.
35
Adrian Sutedi,Hukum Perburuhan Jakarta:Sinar Grafika, Jakarta, 2009 hlm. 108-110
Penyelesaian perselisihan dengan cara bipartit adalah penyelesaian perselisihan yang dilakukan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat oleh karyawan atau yang mewakili dengan
pengusaha atau yang mewakili yang dilakukan antara pengusaha dengan karyawan tanpa melibatkan pihak lain. Tujuan dilakukannya penyelesaian dengan cara bipartit adalah agar
penyelesaian perselisihan terhadap karyawan yang telah melakukan pelanggaran dapat di selesaikan secara kekeluargaan dan dapat menghasilkan penyelesaian yang saling
menguntungkan. Upaya dan langkah yang dilakukan perusahaan dalam melakukan upaya penyelesaian
perselisihan secara bipartit adalah sebagai berikut:
36
a. Penyelesaian perselisihan dilakukan dengan upaya pemanggilan terhadap pekerja pada
tingkat perusahaan untuk mengadakan musyawarah untuk mufakat bipartite. b.
Perundingan tersebut harus dibuat risalah perundingan secara tertulis. c.
Musyawarah perusahaan dapat memberikan beberapa penawaran solusi kepada pekerja dengan catatan penawaran tersebaut tidak bertentangan dengan Ketentuan
Ketenagakerjaan yang berlaku. d.
Paling mendasar yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah penawaran yang diberikan mempunyai nilai yang sepadan nilai kerugian perusahaan serta tingkat
palanggaran yang dilakukan apalagi penyelesaian ini akan berpotensi berlanjut pada penyelesaian yang harus dilakukan melalui institusi ketenagakerjaan terkait P4DP atau
Lembaga PPHI.
36
https:legalbanking.wordpress.commateri-hukumpenyelesaian-perselisihan-hubungan-industrial diakses tanggal 16 Juni 2015.
e. Musyawarah membuahkan hasil yang disepakati, maka para pihak harus menuangkan
hasil kesepakatan tersebut dalam bentuk kesepakatan bersama yang insinya memuat minimal :
1 Nama dan alamat karyawan.
2 Nama dan alamat Pengusaha atau yang mewakili.
3 Tanggal dan tempat perundingan dilakukan.
4 Efektif Karyawan berhenti dari perusahaan.
5 Jumlah kompensasi yang akan diberikan.
6 Batas waktu dilakukannya pelaksanaan kewajiban para pihak.
7 Tanggal dan tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan.
f. Dalam hal musyawarah telah dilakukan minimal sebanyak 3 kali dalam waktu maksimal
1 bulan akan tetapi para pihak belum menemukan kesepakatan, maka para pihak harus menuangkan kesimpulan musyawarah yang berisikan minimal :
1 Nama dan alamat karyawan.
2 Nama dan alamat pengusaha atau yang mewakili.
3 Tanggal dan tempat perundingan.
4 Alasan pokok timbulnya Perselisihan.
5 Pendirian para pihak.
6 Kesimpulan perundingan.
7 Tanggal dan tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan.
2. Penyelesaian melalui mediasi
Perundingan oleh pihak yang berselisih gagal, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya, pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat. Perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau penyelesaian antara sengketa serikat pekerja serikat buruh yang telah dicatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat diselesaikan melalui mediasi atas beberapa belah pihak.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial diatur pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 16 yang menyebutkan bahwa penyelesaian
perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang berada di setiap kantor instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten atau kota mediator sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 harus memenuhi syarat sebagai berikut:
37
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Warga Negara Indonesia.
c. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter.
d. Meguasai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
e. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
f. Berpendidikan sekurang-kurangnya strata I.
g. Syarat lain yang ditetapkan oleh menteri.
Oleh karena mediator adalah seorang pegawai negeri sipil, maka selain syarat yang ada dalam Pasal ini harus di pertimbangkan pula ketentuan yang mengatur tentang pegawai negeri
sipil pada umumnya. 3.
Penyelesaian melalui konsiliasi Perselisihan hak yang telah dicatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan tidak dapat diselesaikan melalui mediasi maka kedua belah pihak dapat
37
Ibid., hlm. 110-112.
mengajukan melalui konsiliasi. Dalam UU PPHI melalui konsiliasi, yang diatur pada Pasal 17 sampai Pasal 28 yang menyebutkan sebagai berikut:
38
a. Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar
pada kantor yang bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan kabupatenkota. Pasal 17, dengan penjelasan, cukup jelas. Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang wilayah
kerjanya meliputi tempat pekerja atau buruh bekerja. b.
Pasal 18 ayat 1 Penyelesaian oleh konsiliator sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1, dilaksanakan setelah para pihak mengajukan permintaan penyelesaian secara tertulis
kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati dari daftar nama konsiliator yang dipasang dan diumumkan pada kantor instansi pemerintah yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan setempat. Pasal 18 ayat 3dengan penjelasan cukup jelas. c.
Konsiliator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus memenuhi syarat, Pasal 19 ayat 1 :
1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2 Warga Negara Indonesia.
3 Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun.
4 Pendidikan minimal strata satu.
5 Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter.
6 Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela.
7 Memiliki pengalaman dibidang hubungan industrial sekurang-kurangnya lima tahun.
8 Mengusai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
38
H.R.Abdussalam,Hukum Ketenagakerjaan Hukum PerburuhanJakarta: Restu Agung,2008, hlm. 106.
9 Syarat lain yang ditetapkan oleh menteri.
4. Penyelesaian melalui arbitrase
Perselisihan kepentingan, peselisihan pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan antara serikat kerja yang telah dicatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan
dapat diselesaikan melalui arbitrase atas kesepakatan kedua belah pihak hanya peselisihan kepentingan dan peselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh.Apabila tidak ada
kesepakatan kedua belah pihak untuk menyelesaikan perselisihan ini melalui konsiliasi, maka dapat melalui arbitrase setelah mencatatkan pada instansi yang bertanggung-jawab dibidang
ketenaga kerjaan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial melalui arbitrase yang diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 54, sebagai berikut: Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase meliputi perselisihan
kepentingan dan peselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. Pasal 29, dengan penjelasan cukup jelas.Arbiter yang berwenang menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial harus arbiter yang telah ditetapkan oleh menteri.Pasal 30 ayat 1, wilayah kerja arbiter meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dengan penjelasan,
ayat 1 penetapan dalam pasal ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan masyarakat, oleh kerena itu tidak setiap orang dapat bertindak sebagai arbiter. Untuk dapat ditetapkan sebagai
arbiter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 harus memenuhi syarat Pasal 31 ayat 1:
a. Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Cakap melakukan tindakan hukum.
c. Warga Negara Indonesia.
d. Pendidikan sekurang-kurangnya strata satu.
e. Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun.
f. Berbadan sehat sesuai dengan surat keterangan dokter.
g. Menguasai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan yang dibuktikan
dengan sertifikat atau bukti kelulusan telah mengikuti ujian arbitare. h.
Memiliki pengalaman dibidang hubungan industrial sekurang-kurangnya lima tahun. 5.
Pengadilan hubungan industrial Apabila tidak ada kesepakatan kedua belah pihak dalam hal ini perusahaan dan pengurus
serikat pekerja untuk menyelesaikan perselisihannya melalui konsoliasi dan arbitrase, maka sebelum diajukan ke pengadilan hubungan industrial terlebih dahulu melalui mediasi, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari menumpuknya perkara perselisihan hubungan industrial di pengadilan.
39
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui pengadilan hubungan industrial yang berada pada lingkungan peradilan umum dibatasi proses dan tahapannya dengan tidak
membuka kesempatan untuk mengajukan upaya banding ke pengadilan tinggi, putusan pengadilan negeri yang menyangkut perselisihan hak dan perselisihan pemutusan hubungan kerja
dapat langsung dimintakan kasasi mahkamah agung. Sedangkan putusan hubungan industrial pada pengadilan negeri yang menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
Dalam hal ini mediasi atau konsiliasi tidak mencapai kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian bersama, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan
hubungan industrial pada lingkungan peradilan umum dan dibentuk pada pengadilan negeri secara bertahap dan pada Mahkamah Agung.Untuk menjamin penyelesaian yang cepat, tepat,
adil, dan murah.
39
Ibid., hlm 128-133
pekerja dalam satu perusahaan merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang tidak dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung.
Perselisihan dibidang hubungan industrial yang selama ini dikenal dapat terjadi mengenai hak yang telah ditetapkan, atau mengenai keadaan ketenagakerjaan yang belum ditetapkan baik
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama maupun peraturan perundang-undangan.Perselisihan hubungan industrial dapat disebabkan oleh pemutusan
hubungan kerja.Ketentuan ini mengenai pemutusan hubungan kerja yang selama ini diatur didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan.Hal ini disebabkan karena hubungan antara serikat
pekerja dan pengusaha merupakan hubungan yang didasari oleh kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri dalam suatu hubungan kerja.Dalam hal salah satu pihak tidak menghendaki lagi
untuk terikat dalam hubungan kerja tersebut maka sulit para pihak untuk tetap mempertahankan hubungan yang harmonis. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah
pihak untuk menentukan bentuk penyelesaian, sehingga Pengadilan Hubungan Inddustrial yang diatur dalam UU SPSB akan dapat menyelesaikan kasus-kasus pemutusan hubungan kerja yang
tidak diterima oleh salah satu pihak. Sejalan dengan era keterbukaan dan demokratisasi dalam dunia industry yang
diwujudkan dengan adanya kebebasan untuk berserikat bagi pekerja maka jumlah serikat pekerja disuatu perusahaan tidak dibatasi, berbeda dengan pengurus serikat pekerja.Persaiangan diantara
serikat pekerja disatu perusahaan dapat mengakibatkan perselisihan diantara serikat pekerja yang pada umunya berkaitan dengan masalah keanggotaan dan pengurus didalam perundingan
pembuatan perjanjian kerja bersama. Peraturan perungang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian perselisihan
hubungan industrian selama ini ternyata belum mewujudkan penyelesaian perselisihan secara
cepat, tetap, adil dan murah. Hal lain yang sangat mendasar dengan ditetapkannya diputusan panitia penyelesaian perselisihan serikat pekerja sebagai objek sengketa tata usaha negara, maka
jalan yang harus ditempuh baik oleh pihak serikat pekerja maupun oleh pihak pengusaha untuk mencari keadilan menjadi semakin panjang. Penyelesaian perselisihan yang terbaik adalah
penyelesaian oleh para pihak yang berselisih sehingga dapat diperoleh hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.Penyelesaian bipartit ini dilakukan melalui musyawarah
mufakat oleh para pihak tanpa dicampuri ole pihak manapun. Namun demikian pemerintah dalam upayanya memberikan pelayanan masyarakat
khususnya kepada masyarakat pengurus serikat pekerja dan pengusaha berkewajiban memfasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial tersebut.Upaya fasilitasi dengan
menyediakan tenaga mediator yang bertugas untuk mempertemukan kepentingan kedua belah pihak yang berselisih.Dengan adanya era demokratisasi disegala bidang maka perlu diakomodasi
keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalu konsiliasi atau arbitrase.
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 mengatur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang disebabkan oleh :
1. Perbedaan pendapat atau kepentingan mengenai keadaan ketenagakerjaan yang belum diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau peraturan perundang-undangan.
2. Kelalaian atau ketidakpatuhan salah satu atau para pihak dalam melaksanakan ketentuan
normatif yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau perundang-undangan.
3. Pengakhiran hubungan kerja.
4. Perbedaan pendapat antar pengurus serikat pekerja dalam satu perusahaan mengenai
pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatan pekerjaan. Kecakupan materi perselisihan hubungan industrial sebagaimana dimaksud diatas maka
UU SPSB memuat bahwa setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih.Perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja antara pengurus serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan dapat diselesaikan melalui konsiliasi
atas kesepakatan para pihak, sedangkan penyelesaian perselisihan melalui arbitrase atas kesepakatan kedua belah pihak hanya perselisihan kepentingan dan perselisihan antar pengurus
serikat pekerja. Beberapa kasus perselisihan antara serikat pekerja seperti pada PT.ADF, PT.PI dan PT
PDJ.Dimana perselisihan antara serikat pekerja terjadi karena adanya konflik yang terjadi seperti aposisi atau ketidakcocokan potensial dan adanya konfrontasi.
40
C. Upaya Hukum terhadap Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial