Penerapan Ketentuan Pasal 153 G Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada

Memperbaiki amar Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Jakarta pusat Nomor 232PHI.G2013PN.JKT.PST., Tanggal 24 Maret 201 sehingga amar putusannya sebagai berikut 1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian; Dalam Konvensi: 2. Menyatakan putus hubungan kerja antara penggugat dengan para tergugat terhitung sejak putusan ini diucapkan; 3. Menghukum penggugat untuk membayar kepada masing-masing tergugat uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak, dan tunjangan akhir tahun 2013; 4. Menolak gugatan penggugat selain dan selebihnya. Dalam Rekonvensi:

B. Penerapan Ketentuan Pasal 153 G Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada

Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 Dalam Provisi : Menolak gugatan provisi para penggugat rekonvensi untuk seluruhnya., Dalam Pokok Perkara : Menolak gugatan para penggugat rekonvensi untuk seluruhnya : Menghukum para pemohon kasasi I dan pemohon kasasi II untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.500.000,-lima ratus ribu Rupiah. Pengurus serikat pekerja merupakan salah satu tonggak bagi para anggota pekerjanya, dimana dalam seluruh kegiatan atau pekerjaan yang ada didalam suatu perusahaan para pengurus serikat pekerja bisa memahami keinginan dari para anggota serikat pekerja agar dapat menyampaikan kepada perusahaan.Pengurus serikat pekerja mempunyai peran dalam suatu organisasi serikat pekerja yang didirikannya.Peran pengurus serikat pekerja adalah mewakili kepentingan anggotanya di tempat kerja. Peran pengurus serikat pekerja tersebut untuk memastikan bahwa hal ini dapat dilakukan secara efektif, serikat pekerjaserikat buruh perlu wakil -wakil serikat pekerjaserikat buruh lokal di tempat kerja, yang sudah terlatih dan kompetenprosedur-prosedur yang efektif dan telah disetujui bersama sehingga masalah-masalah yang ada dapat segera dibahas dengan manajemen.Pengurus serikat pekerja lebih diistimewakan atau lebih diutamakan dari para anggota serikat pekerja, dimana pengurus serikat pekerja bebas berorganisasi diluar perusahaan dan disetujui oleh perusahaan. Pada dasarnya sebuah pengurus serikat pekerja harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku dan jenis kelamin. Jadi sebagai seorang karyawan di suatu perusahaan, anda hanya tinggal menghubungi pengurus serikat pekerja, biasanya akan diminta untuk mengisi formulir keanggotaan untuk data. Ada pula sebagian serikat pekerja yang memungut iuran bulanan kepada anggotanya yang relatif sangat kecil berkisar Rp. 1,000 - Rp. 5,000, gunanya untuk pelaksanaan-pelaksanaan program penyejahteraan karyawan anggotanya. Banyak sekali keuntungan menjadi anggota serikat pekerja, terlebih jika serikat pekerja perusahaan anda sudah berafiliasi ke federasi serikat pekerja dan konfederasi serikat pekerja. Sebagai contoh, anggota serikat pekerja akan mendapatkan program-program training peningkatan kemampuan kerja dan diri seperti training negotiation skill, training pembuatan perjanjian kerja bersama, dll. Selain itu, anggota serikat pekerja juga akan mendapat bantuan hukum saat tertimpa masalah dengan perusahaan yang berkaitan dengan hukum dan pemenuhan hak-hak sebagai karyawan. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat BuruhSerikat Pekerja tertera bahwa seorang pekerjaburuh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerjaserikat buruh di satu perusahaan. Apabila seorang pekerjaserikat buruh dalam satu perusahaan namanya tercatat di lebih dari satu serikat pekerjaserikat buruh, yang bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerjaserikat buruh yang dipilihnya. Anggota serikat pekerja dapat mengundurkan diri atau diberhentikan dari serikat pekerjaserikat buruh sebab pekerja dapat berhenti sebagai anggota Serikat BuruhSerikat Pekerja dengan syarat ada pernyataan tertulis.Pekerja juga dapat diberhentikan dari Serikat BuruhSerikat Pekerja sesuai dengan ketentuan anggaran dasar danatau anggaran rumah tangga Serikat BuruhSerikat Pekerja yang bersangkutan.Pekerja, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota Serikat BuruhSerikat Pekerja yang berhenti atau diberhentikan tetap harus bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dipenuhinya terhadap Serikat BuruhSerikat Pekerja pasal 17 UU SPSB. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaan lain diluar jam kerja maupun didalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha dengan pekerja tersebut atau berdasarkan ketentuan yang telah diperjanjikan antara pekerja dengan pengusaha. Menurut pasal 153 huruf G Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berbunyi “pekerjaburuh mendirikan, menjadi anggota danatau pengurus serikat pekerjaserikat buruh, pekerjaburuh melakukan kegiatan serikat pekerjaserikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.” Suatu perusahaan biasanya terdapat organisasi serikat pekerjaserikat buruh yang dalam pelaksanannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam hubungan industrial. Serikat Pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan dan peningkatan yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat dirinya melalui upaya : 43 1. Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan diantara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan serikat pekerjanya, pekerjaserikat pekerja dengan manajemen. 2. Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi dan diperusahaan, serta pemupukan dana organisasi. 3. Dana Organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran belanja yang sudah ditetapkan guna kepentingan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk bidang pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat bekerja, termasuk pelaksanaan hubungan industrial. 4. Sumber Daya Manusia yang baik akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara rasional dan obyektif. Memimpin,mengarahkan dan menetapkan kebijakan organisasi serta mempertanggung jawabkanpelaksanaannya pada ketua merupakan salah satu dari fungsi serikat pekerja. Fungsi serikat pekerja lainnya diantaranya adalah : 44 1. Pelaksanaan kebijakan umum organisasi di bidang organisasi serikat pekerja. 2. Pengkoordinasian dan penetapan kegiatan serikat pekerja di bidang organisasi dan sumber daya manusianya. 3. Pengusulan pergantian antar waktu pengurus serikat pekerja bidang organisasi dan sumber daya manusianya. 43 https:ulielambry.wordpress.comselayang-pandangperan-serikat-pekerja-dalam-suatu-perusahaan diakses pada tanggal 2 Juli 2015. 44 http:pimpinanunitkerja.blogspot.com201302tugas-dan-fungsi-dalam-serikat-pekerja.html diakses pada tanggal 1 juli 2015. 4. Pemantauan dan evaluasi kegiatan serikat pekerja bidang organisasi dan sumber daya manusianya. Struktur pengurus serikat pekerja terdiri dari seorang ketua, seketaris, bendahara dan para anggota serikat pekerjanya. Adapun fungsi struktur dari setiap pengurus serikat pekerja tersebut diantaranya : 45 1. Ketua Fungsi ketua yaitu menjalankan organisasi serikat pekerja sesuai UU SPSB serta menjalankan dan melaksanakan peraturan organisasi dan melaksanakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serikat pekerja. 2. Seketaris Fungsi dari seketaris diantaranya seperti membantu ketua dewan pimpinan cabang untuk merencanakan dan melaksanakan program kerja organisasi serta menjalankan tugas kesekretariatan serta membuat laporan organisasi serikat pekerja. 3. Bendahara Fungsi bendahara yaitu membantu ketua dewan pimpinan daerah merencanakan anggaran pendapatan dan belanja organisasi dan menyusun dan melaksanakan pembukuan keuangan organisasi sesuai azas akuntansi yang berlaku. 4. Anggota Anggota mempunyai fungsi untuk menjalankan segala peraturan yang berlaku dan telah disepakati oleh serikat pekerja. Didalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 tidak adanya penerapan pasal 153 huruf G, sebab didalam putusan tersebut para pihak pekerja mengalami 45 http:serikatpekerjapln.orgindex.phpstruk-ordpd15-struktur-organisasi26-struk-organisasi-dpc?start=2 diakses pada tanggal 29 Juni 2015. pemutusan hubungan kerja secara sepihak.Walaupun perusahaan tidak mengakui adanya pemutusan hubungan kerja secara sepihak, tetapi para pihak pekerja memiliki beberapa bukti yang memperlihatkan bahwa benar perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak tersebut. Menurut Pasal 153 huruf g Undang-Undang Ketenagakerjaan bahwa pekerja dapat melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja overtime, dimana terlihat dengan jelas bahwa didalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 perusahaan membiarkan para pekerja untuk melakukan pekerjaan diluar jam kerja. Ketika para pekerja meminta diberikan upah atas pekerjaan yang dilakukannya diluar jam kerja overtime, perusahaan tidak menanggapi atas permintaan pekerja yang ingin diberikan upah atas pekerjaan yang dilakukannya tersebut untuk perusahaan. Namun dalam putusan ini hakim tidak mempertimbangkan Pasal 153 huruf g UU Ketenagakerjaan, dikarenakan dalam perkara ini penggugat kasasi tidak membuat pertimbangan tentang pasal tersebut. Oleh sebab itu hakim tidak membahas sama sekali Pasal 153 huruf g karena para pengurus serikat pekerja tidak ada membahas mengenai hak mereka dalam pasal tersebut. Pemohon kasasi tidak memohonkan kepada hakim agar mempertimbangkan Pasal 153 huruf g, tetapi pemohon kasasi memohonkan hak para pengurus serikat pekerja atas upah pengurus serikat pekerja yang di anggap telah melakukan lembur overtime. Sehingga hakim tidak mempertimbangankan Pasal 153 huruf g Undang-Undang Ketenagakerjaan dalam putusan, dimana hakim juga bersifat pasif sehingga pengurus serikat pekerja tidak dapat di lindungi agar tidak dapat di pemutusan hubungan kerja. Dalam putusan ini memang tidak ada penerapan ketentuan Pasal 153 huruf g. sebab pemohon kasasi tidak ada mengajukan keberatan menurut ketentuan Pasal 153 huruf g. Ketentuan Pasal 153 huruf g dapat menjadi dasar agar tidak terjadinya pemutusan hubungan kerja terhadap pengurus serikat pekerja. Di dalam putusan ini hakim bersifat pasif, hakim bersifat pasif seperti hakim hanya mempertimbangkan keberatan-keberatan yang di ajukan oleh para pemohon sedangkan dalam putusan ini tidak ada pihak atau pemohon tidak mengajukan keberatan dengan menggunakan dasar hukum dari ketentuan Pasal 153 huruf g. Jadi pada putusan ini hakim tidak dapat disalahkan di karenakan adanya pemutusan hubungan kerja terhadap pengurus serikat pekerja. Para serikat pekerja menuntut perusahaan agar mengeluarkan atau memberikan upah kepada mereka. Tetapi perusahaan malah mengeluarkan surat bahwa tidak adanya pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja. Para serikat pekerja melakukan aksi mogok kerja sehingga perusahaan menggap aksi yang dilakukan serikat pekerja tersebut merugikan perusahaan. Sehingga perusahaan mengeluarkan surat peringatan sampai tiga kali karena aksi yang dilakukan serikatpekerja merugikan perusahaan. Para serikat pekerja mengabaikan surat peringatan tersebut menurut perusahaan. Perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK terhadap para serikat pekerja. Disini tampaklah tidak adanya penerapan Pasal 153 huruf g, sebab perusahaan menghindari permintaan serikat pekerja mengenai upah atas overtime dengan cara melakukan Pemtutusan Hubungan Kerja. Karena tidak adanya penerapan pasal 153 huruf g UU No.13 tahun 2003 pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 maka kurang adanya perlindungan yang terjadi pada serikat pekerjaserikat buruh tersebut.

C. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 Terhadap

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DALAM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 840 K/PID.SUS/2009)

0 3 20

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 4

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 4

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 13

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 1 27