Kesimpulan Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K/Pdt.Sus-Phi/2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pembahasan pada bab-bab pembahasan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut diatas maka penelitian ini merumusukan kesimpulan sebagai berikut : 1. Beberapa alasan yang menjadi penyebab terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja. Alasan- alasan bagi perusahaan untuk melakukan PHK terhadap pengurus serikat pekerja mengacu kepada UU Ketenagakerjaan diantaranya pengurus serikat pekerjaburuh melakukan kesalahan berat, seperti melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang danatau uang milik perusahaan, memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan, mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai danatau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja, melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.Jenis kesalahan berat lainnya dapat diatur dalam PPPKB, tetapi apabila terjadi pemutusan hubungan kerja karena kesalahan berat dalam PPPKB tersebut, harus mendapat izin dari lembaga yang berwenang. Demikian juga sebelum melakukan PHK, harus terlebih dahulu melalui mekanisme yang ditentukan, misalnya dengan memberi surat peringatan baik berturut- turut, atau surat peringatan pertama dan terakhir untuk jenis kesalahan berat yang ditentukan PPPKB. Namun perlu kita ketahui bahwa alasan PHK berupa kesalahan berat yang dimaksud pada Pasal 158 ayat 1. 2. Proses penyelesaian perselisihan melalui pengadilan dalam hal ini melalui Pengadilan Hubungan Industrial, yang merupakan pengadilan khusus yang dibentuk didalam lingkungan Pengadlilan Negeri. Di Pengadilan Hubungan Industrial, perselisihan hubungan industrial akan diperiksa dan diputus oleh hakim terdiri atas hakim karier dan hakim ad-hoc yang pengangkatannya atas usul pengurus serikat pekerja dan organisasi pengusaha.Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan serikat pekerja secara musyawarah untuk mufakat. Sesuai Pasal 136 ayat 1 UU Ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja secara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal Penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja buruh atau serikat pekerjaserikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang- undang Pasal 136 ayat 2 UU Ketenagakerjaan.Perselisihan yang terjadi pada prinsipnya diselesaikan oleh pihak-pihaknya sendiri secara musyawarah. Apabila tidak terselesaikan, maka perlu bantuan pihak lain. Namun demikian juga tetap berdasarkan musyawarah. Pihak ketiga dalam penyelesaian perselisihan, dapat melalui pengadilan atau diluar pengadilan. 3. Penerapan ketentuan Pasal 153 huruf g didalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 tidak adanya penerapan pasal tersebut, sebab didalam putusan tersebut para pihak pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Walaupun perusahaan tidak mengakui adanya pemutusan hubungan kerja secara sepihak, tetapi para pihak pekerja memiliki beberapa bukti yang memperlihatkan bahwa benar perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak, Menurut Pasal 153 huruf g Undang- Undang Ketenagakerjaan bahwa pekerja dapat melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja overtime, dimana terlihat dengan jelas bahwa didalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 KPdt.Sus-PHI2014 perusahaan membiarkan para pekerja untuk melakukan pekerjaan diluar jam kerja. Ketika para pekerja meminta diberikan upah atas pekerjaan yang dilakukannya diluar jam kerja overtime, perusahaan tidak menanggapi atas permintaan pekerja yang ingin diberikan upah atas pekerjaan yang dilakukannya tersebut untuk perusahaan.Namun dalam putusan ini hakim tidak mempertimbangkan Pasal 153 huruf g UU Ketenagakerjaan, dikarenakan dalam perkara ini penggugat kasasi tidak membuat pertimbangan tentang pasal tersebut.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DALAM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 840 K/PID.SUS/2009)

0 3 20

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 4

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 4

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 13

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

0 1 27