Penyakit Dinas Kesehatan Kota Medan dr Hj Rumondang Pulungan melaporkan, kasus TBC dikota Medan pada 2005 diperkirakan 2.573 kasus
penderita TBC bakteri positif BTA + , sedangkan yang ditemui adalah 1.902 kasus atau setiap 100.000 penduduk terkena penyakit TBC sebanyak 130 orang
DINKES, 2005. Dari hasil penelitian secara umum untuk menentukan angka kejadian penyakit
TB di Kota Medan melalui pengambilan data di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan pada periode Januari sampai dengan Juni 2009. Daripada
perolehan data-data rekam medis yang telah disaring, telah didapatkan 33 kasus TB baru sepanjang bulan Januari sampai dengan Juni pada tahun 2009
tanpa adanya angka kematian.Dan daripada 33 kasus tersebut kelompok umur yang paling tinggi mendapat TB adalah pada kelompok dewasa usia 26-45
tahun dengan 27,3 dan jenis kelamin yang paling tinggi adalah pada pasien wanita dengan persentase 57,6.
1.2 Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan responden tentang penyakit tb
paru di Departemen Paru RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2010? 2.
Bagaimana pengetahuan responden tentang pengobatan tb paru di Departemen Paru RSUP. H. Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden tentang penyakit tb paru.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden di
Departemen Paru RSUP. H. Adam Malik Medan. 2.
Untuk mengetahui pengetahuan responden tentang penyakit tb paru di Departemen Paru RSUP. H. Adam Malik Medan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan responden tentang pengobatan tb
paru di Departemen Paru RSUP. H. Adam Malik Medan. 4.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang penyakit dan pengobatan tb paru di Departemen Paru RSUP. H. Adam
Malik Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari uraian tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah: 1.
Manfaat Praktis Bagi rumah sakit penelitian ini dapat menjadi data dasar dan sumber
informasi penting bagi petugas rumah sakit. 2.
Manfaat Pada Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bagi peneliti berikutnya. 3.
Manfaat Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang
penyakit TB paru di RSUP.H.Adam Malik mengingat lokasi penelitian adalah daerah tempat tugas peneliti.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis Paru
2.1.1 Definisi Tuberkulosis paru
Penyakit TB paru adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosa yang mengenai paru. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan
asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam BTA. TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang mengenai paru. Price, 2006.
2.1.2 Penularan Tuberkulosis Paru
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya
epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemahmenurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting
dalam terjadinya infeksi TB paru. TB paru merupakan penyakit menahunkronis berlangsung lama dan
menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang
bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TB paru.
Penularan TB paru dapat melalui lingkungan hidup yang sangat padat dan permukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses
penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi biasanya melalui inhalasi, sehingga TB paru merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
Universitas Sumatera Utara
khususnya yang di dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam BTA. Pada TB kulit atau jaringan
lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh M. Bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau
terkontaminasi. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan teratur dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas di Amerika selama tahun 1950 -1960.
2.1.3 Faktor Resiko Tuberkulosis Paru
Di beberapa negara berkembang, 10-15 dari morbiditas berbagai penyakit anak di bawah umur 6 tahun adalah penyakit tuberkulosis paru. Faktor risiko tertinggi
dari tuberkulosis paru adalah : • Berasal dari negara berkembang
• Anak-anak dibawah umur 5 tahun atau orang tua • Pecandu alkohol atau nerkotik
• Inveksi HIV • Diabetes mellitus
• Penghuni rumah beramai-ramai • Imunosupresi
• Hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum positive • Kemiskinan dan malnutrisi.
2.1.4 Patogenesis Tuberkulosis Paru
Penularan kuman terjadi melalui udara dan diperlukan hubungan yang intim untuk penularannya. Selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk adalah lebih
banyak pada tuberkulosis laring di banding dengan tuberkulosis pada organ lainnya. Tuberkulosis yang mempunyai kaverna dan tuberkulosis yang belum
mendapat pengobatan mempunyai angka penularan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penularannya maka TB paru dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yakni :
• Tuberkulosis primer Terdapat pada anak-anak. Setelah tertular 6-8 minggu kemudian mulai
dibentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga tes tuberkulin menjadi positif. Di dalam alveoli yang kemasukan kuman terjadi penghancuran lisis
bakteri yang dilakukan oleh makrofag dan dengan terdapatnya sel langhans, yakni makrofag yang mempunyai inti di perifer, maka mulailah terjadi
pembentukan granulasi. Keadaan ini disertai pula dengan fibrosis dan kalsifikasi yang terjadi di lobus bawah paru. Proses infeksi yang terjadi di
lobus bawah paru yang disertai dengan pembesaran dari kelenjar limfe yang terdapat di hilus disebut dengan kompleks Ghon yang sebenarnya merupakan
permulaan infeksi yang terjadi di alveoli atau di kelenjar limfe hilus. Kuman tuberkulosis akan mengalami penyebaran secara hematogen ke apeks paru
yang kaya dengan oksigen dan kemudian berdiam diri dorman untuk menunggu reaksi yang lebih lanjut.
• Reaktifasi dari tuberkulosis primer 10 dari infeksi tuberkulosis primer akan mengalami reaktifasi, terutama
setelah dua tahun dari infeksi primer. Reaktifasi ini disebut juga dengan tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan melalui hematogen ke
bagian segmen apikal posterior. Reaktifasi dapat juga terjadi melalui metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh.
• Reinfeksi Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer adalah jarang terjadi. Mungkin
dapat terjadi apabila terdapat penurunan dari imunitas tubuh atau terjadi penularan scara terus-menerus oleh kuman tersebut dalam suaru keluarga.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Klasifikasi Tuberkulosis Paru
Ada banyak klasifikasi mengenai penyakit ini. Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :
• Pembagian secara patologis - Tuberkulosis primer childhood tuberculosis
- Tuberkulosis post-primer adult tuberculosis • Pembagian secaraaktivitas radiologis Tuberkulosis paru Koch pulmonum
aktif, non aktif dan quiescent bentuk aktif yang mulai menyembuh. • Pembagian secara radiologis luas lesi.
- Minimal tuberculosis. Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
- Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.
Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru. - Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi
keadaan pada moderately advanced tuberculosis. Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberi klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat. • Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negatif, tes tuberkulin negatif. • Kategori 1 : terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbuksi ada infeksi. Di sini
riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif. • Kategori 2 : terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin positif,
radiologis dan sputum negatif. • Kategori 3 : terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
Universitas Sumatera Utara
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori : 1.
Kategori 1 ditujukkan terhadap : - Kasus baru dengan sputum positif
- Kasus baru dengan bentuk TB berat 2.
Kategori 2 ditujukan terhadap : - Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif 3.
Kategori 3 ditujukan terhadap : - Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra paru selain dari yang di sebut dalam kategori 1 4.
Kategori 4 ditujukan terhadap : TB kronik Sudoyo, 2006 Penyakit
Tuberkulosis paru dapat disembuhkan. Namun karena kekurangpekaan si penderita dan kurangnya informasi berkaitan cara
pencegahan dan pengobatan tb paru, kematian pun tak jarang terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan dini untuk mencegah dan mengobati
penyakit TB paru. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis:
1. Mycobacterium tuberculosis
2. Mycrobacterium bovis
3. Mycrobacterium africanum
4. Mycrobacterium canetti
5. Mycrobacterium microti
2.1.6 Gejala Klinis Tuberkulosis Paru
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien yang ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
Universitas Sumatera Utara
• Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40-41C. Serangan demmam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi dapat timbul kembali. Begitulah seharusnya
hilang-timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
• BatukBatuk Darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradang bermula. Sifat untuk dimulai dari batuk kering non-produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
menghasilkan sputum. Keadaan yang lanjut adalah berupa bentuk batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang terpecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
• Sesak Nafas. Pada penyakit yang ringan baru tumbuh belum dirasakan
sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
• Nyeri Dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan
nafasnya.
• Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Diagnosis Tuberkulosis Paru
Batuk yang lebih dari 2 minggu setelah dicurigai berkontak dengan pasien tuberkulosis dapat di duga sebagai tuberkulosis. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis tuberkulosis adalah: • Radiologi
- Infiltrat atau nodular, terutama pada lapangan atas paru - Kavitas
- Kalsifikasi - Efek Ghon
- Atelektasis - Miliar
- Tuberkulom bayangan seperti coin lesion • Mikrobiologi
Spesimen yang dipakai adalah sputum pada pagi hari, bilasan lambung dan cairan pleura, serta biakan dari cairan dari bronkoskopi. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan atas adanya BTA pada pengecatan. Tes resistensi dikerjakan sebagai bahan pertimbangan dalam penanganan tuberkulosis. Pada
anak-anak dapat dilakukan pemeriksaan dari cairan lambung. Cairan pleura, cairan bilasan bronkoskopi, serebrospinal, urin, dan cairan sendi dapat
digunakan sebagai bahan untuk pemeriksaan. Bila pasien tidak dapat mengeluarkan sputum maka dapat diberikan aerosol, terutama larutan garam,
yakni dengan cara aerasi. Pada prinsipnya diperlukan waktu selama 3-8 minggu untuk menumbuhkan kuman tuberkulosis pada pembiakan dan waktu
lebih lama untuk menilai tes resistensi. • Tes tuberkulosis
Tes mantoux diberikan dengan penyuntikan 0,1 cc PPD secara intradermal. Kemudian diameter indurasi yang timbul di baca 48-72 jam setelah tes.
Dikatakan positif jika diameter indurasi lebih besar dari 10 mm.
Universitas Sumatera Utara
Tes Heaf dipakai secara luas untuk survei. Satu tetes dari 100.000 IU tuberkulin cc melalui 6 jarum dipungsikan ke kulit. Hasilnya di baca setelah
3-7 hari maka di dapat gradasi tes sebagai berikut. - Gradasi 1 : 1-6 indurasi papula yang halus
- Gradasi 2 : adanya cincin indurasi yang di bentuk oleh sekelompok papula - Gradasi 3 : indurasi dengan diameter 5-10 mm
- Gradasi 4 : indurasi dengan lebar lebih dari 10 mm • Biopsi jaringan
Terdapat gambaran perkejuan dengan sel langhans bukanlah merupakan suatu diagnosis dari tuberkulosis oleh karena dasar dari diagnosis yang positif
adalah ditemukannya kuman Mycobacterium tuberculosis . • Bronkoskopi
Bilasan transbronkial dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa tuberkulosis, baik melalui pemeriksaan langsung maupun melalui biakan.
Hasil dari biopsi pleura dapat memperlihatkan suatu gambaran tuberkulosis dan dapat digunakan untuk bahan pemeriksaan BTA basil tahan asam.
2.1.8 Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pada tahun 1994 CDC dan ATS mempublikasikan petunjuk baru untuk pengobatan penyakit dan infeksi TB, yaitu :
1 Regimen obat 6 bulan yang terdiri dari isoniazid hidrazida asam isonikotinat
[INH], rifampisin, dan pirazinamid diberikan selama 2 bulan, kemudian diikuti dengan INH dan rifampisin selama 4 bulan adalah regimen yang
direkomendasikan untuk terapi awal TB pada pasien yang organismenya sensitif terhadap pengobatan. Etambutol atau streptomisin pada anak yang
terlalu muda harus diawasi ketajaman matanya seharusnya termasuk dalam regimen awal hingga terdapat hasil studi kerentanan obat, paling tidak sedikit
kemungkinan terdapat resistensi obat yaitu kurang dari 4 rwsistensi primer terhadap INH dalam masyarakat; pasien belum pernah mendapat pengobatan
dengan obat anti TB, tidak berasal dari negara dengan prevalensi tinggi resistensi obat, dan diketahui belum pernah terpajan dengan kasus resisten
Universitas Sumatera Utara
obat. Empat obat ini, berupa regimen 6 bulan adalah efektif bila organisme yang menginfeksi tersebut resisten terhadap INH. Pengobatan TB mungkin
memerlukan perubahan untuk orang yang sedang mengonsumsi penghambat protease HIV. Bila dimungkinkan, kasus HIV yang berkaitan dengan TB
seharusnya dikonsultasikan dengan seorang yang ahli dalam menangani TB dan penyakit HIV.CDC,2000a.
2 INH dan rifampisin regimen 9 bulan sensitif terhadap orang yang tidak boleh
atau tidak bisa mengonsumsi pirazinamid. Etambutol atau streptomisin pada anak terlalu muda harus diawasi ketajaman penglihatannya seharusnya
termasuk dalam regimen awal hingga terdapat hasil studi kerentanan obat, paling tidak sedikit kemungkinan terdapat resistensi obat. Bila resistensi INH
telah terlihat, rifampisin dan etambutol harus diminum secara terus-menerus minimal selama 12 bulan.
3 Mengobati semua pasien dengan DOT adalah rekomendasi utama.
4 TB resisten banyak obat MDR TB yang resisten terhadap INH dan
rifampisin sulit untuk diobati. Pengobatan harus berdasarkan pada riwayat pengobatan dan hasil studi kerentanan. Dokter yang belum terbiasa dengan
pengobatan MDR TB harus bertanya pada konsultan yang ahli. 5
Anak-anak harus diberikan regimen yang sama dengan orang dewasa, dengan dosis obat yang disesuaikan.
6 INH dan rifampisin regimen 4 bulan lebih cocok ditambah dengan piazinamid
untuk 2 bulan pertama, regimen ini direkomendasikan untuk orang dewasa dengan TB aktif dan untuk orang dengan pulasan dan biakan negatif bila
terdapat sedikit kemungkinan resistensi obat. Faktor penting untuk keberhasilan pengobatan adalah ketaatan pasien
meminum regimen obat. DOT adalah satu cara untuk memastikan bahwa pasien taat melanjankan pengobatan. Dengan DOT, pekerja parawat kesehatan atau
seeorang yang ditunjuk, mengawasi pasien menelan masing-masing dosis pengobatan TB. Langkah-langkah seperti DOT dipilih untuk meningkatkan
ketaatan dan memastikan bahwa pasien meminum obat yang dianjurkan.
Universitas Sumatera Utara
Respons terhadap pengobatan anti TB pada pasien dengan biakan sputum yang positif dinilai dengan mengulang pemeriksaan sputum. Sediaan biakan harus
diambil setiap bulan sampai hasil biakan negatif. Pasien yang hasil biakan sputumnya negatif setelah 2 bulan pengobatan harus dilakukan sedikitnya satu
kali lagi apusan dan biakan sputum diakhiri regimen terapi obat. Sputum pasien dengan MDR TB harus dibiak setiap bulan sepanjang pengobatan. Radiografi
dada pada saat akhir terapi merupakan dasar untuk perbandingan foto dada di masa depan. Namun, pasien dengan sputum negatf sebelum pengobatan
seharusnya menjalani radiografi dada dan pemeriksaan klinis. Jarak untuk prosedur tersebut bergantung pada keadaan klinis dan diagnosis banding.
Tindak lanjut rutin setelah terapi tidak diperlukan pada pasien yang respons bakteriologisnya adekuat setelah 6 hingga 9 bulan terapi dengan INH dan
rifampisin. Pasien yang organismenya ternyata sensitif terhadap pemberian obat seharusnya memberikan laporan berbagi gejala TB seperti batuk yang
berkepanjangan, demam, atau penurunan berat badan. Pada pasien dengan organisme TB yang resisten terhadap INH atau rifampisin atau keduanya,
diperlukan tindak lanjut perorangan. INH juga dipakai untuk mengobati infeksi laten TB LTBI dengan dosis
300 mghari untuk dewasa, paling balik selama 9 bulan. Bukti terbaru mengindikasikan bahwa 6 bulan pengobatan LTBI memberikan perlindungan kuat
dalam melawan keganasan infeksi TB LTBI menjadi penyakit TB. Seseorang dengan infeksi HIV dan anak-anak harus selalu mendapatkan 9 bulan pengobatan.
Paling penting bahwa kemungkinan awal adalah mencegah penyakit TB sebelum pengobatan untuk LTBI CDC 2000a, 2000c.
Semua orang dewasa tes kulit TB yang positif adalah calon-calon untuk mendapatkan pengobatan LTBI.
Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis memiliki efek samping seperti :
Universitas Sumatera Utara
A. Isoniazid INH
Insiden dan beratnya efek samping dari INH berkaitan dengan dosis dan lamanya pemberian.
• Reaksi alergi Demam, kulit kemerahan, dan hepatitis sering terjadi.
• Toksisitas langsung: efek toksis yang paling sering 10-20 terjadi pada sistem saraf perifer dan pusat. Hal tersebut disokong dengan adanya defisiensi
piridoksin, mungkin merupakan hasil kompetisi INH dengan piridoksal fosfat terhadap enzim apotriptofanase. Reaksi-reaksi toksik ini termasuk neuritis
perifer, insomnia, lesu, sentak otot, retensi urin, dan bahkan konvulsi serta episode psikotik. Kebanyakan dari komplikasi ini dapat dicegah dengan
pemberian piridoksin, dan kecelakaan akibat takar lajak INH dapat diobati dengan piridoksin dalam jumlah yang setara dengan INH yang di makan.
INH berkaitan dengan hepatotoksisitas. Uji fungsi hati abnormal, penyakit kuning, dan nekrosis multilobular telah diketahui. Pada kelompok besar, lebih
kurang 1 individu menderita hepatitis secara klinis dan lebih dari 10 mengalami gangguan abnormal subklinik. Beberapa keadaan fatal telah terjadi.
Hepatitis dengan kerusakan hati progresif bergantung pada usia. Hal ini jarang terjadi pada umur dibawah 20 tahun, 1,5 pada umur antara 30-50 tahun, dan
2,5 pada orang tua. Resiko hepatitis lebih tinggi pada alkoholik. Pada defisiensi glukosa -6-fosfat dehidrogenase, INH dapat menyebabkan
hemolisis. INH dapat menurunkan metabolisme fenitoin, sehingga
meningkatkan kadar fenitoin dalam darah dan toksisitasnya. B. Rifampin
Rifampin menimbulkan warna orange yang tidak berbahaya pada urin, keringat, air mata, dan lensa mata. Efek samping yang sering terjadi termasuk
kulit kemerahan, trombositopenia, nefritis, dan gangguan fungsi hati. Rifampin biasanya menyebabkan proteinuria rantai ringan dan mungkin mengganggu
respon antibodi. Bila obat ini diberikan kurang dari dua kali seminggu, rifampin
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan syndrome flu dan anemia. Rifampin menginduksi enzim mikrosomal misalnya, sitokrom P450. Jadi, obat ini dapat meningkatkan
eliminasi antikoagulan dan kontrasepsi. Tambahan lagi, pemberian rifampin dengan ketokonazol, siklosporin, atau kloramfenikol menimbulkan menurunnya
kadar serum dari obat tersebut secara bermakna. Rifampin meningkatkan ekskresi metadon dalam urin, menurunkan konsentrasi metadon dalam plasma, dan dapat
menimbulkan gejala putus obatdari metadon.
2.1.9 Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis Paru
Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk deteksi dini dan pengobatan kasus dan sumber infeksi secara dini. Menurut hukum, semua orang
dengan TB tingkat 3 atau tingkat 5 harus dilaporkan ke departemen kesehatan. Penapisan kelompok berisiko tinggi adalah tugaspenting departemen kesehatan
lokal. Tujuan mendeteksi dini seseorang dengan infeksi TB adalah untuk mengidentifikasikan siapa saja yang akan memperoleh keuntungan dari terapi
pencegahan untuk menghentikan perkembangan TB yang aktif secara klinis. Program pencegahan ini memberikan keuntungan tidak saja untuk seseorang yang
telah terinfeksi namun juga untuk masyarakat pada umumnya. Karena itu, penduduk yang sangat berisiko terkena TB harus diidentifikasi dan prioritas untuk
menentukan program terapi obat harus menjelaskan risiko versus manfaat terapi. Eradikasi TB meliputi penggabungan kemoterapi yang efektif, identifikasi
kontak dan kasus serta tindak lanjut yang tepat, penganganan orang ya ng terpajan pada pasien dengan TB infeksius, dan terapi kemoprofilaktik pada kelompok-
kelompok populasi yang berisiko tinggi.
2.2 Mikobakterium Tuberkulosis
2.2.1 Ciri-ciri Khas Organisme
Dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µ m. Pada pembenihan buatan, terlihat bentuk
kokus dan filamen. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya, 95 etil alkohol yang mengandung 3 asam hidroklorida
Universitas Sumatera Utara
asam-alkohol dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakteria. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk
identifikasi bakteri tahan asam. Pada dahak atau irisan jaringan diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning- jingga setelah diwarnai dengan zat
warna fluorokrom misalnya auramin, rodamin.
2.2.2 Biakan Terdapat tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk
pembenihan selektif maupun nonselektif.
2.2.1.1 Pembenihan agar semisintetik
Pembenihan ini misalnya Middlebrook 7H10 dan 7H11 mengandung garam tertentu, vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin,
katalase, gliserol, dan malasit hijau; pembenihan 7H11 mengandung juga hidrosilat kasein. Pembenihan agar semisintetik digunakan untuk
pemantauan morfologi koloni, untuk uji kepekaan, dan dengan penambahan antibiotik, sebagai pembenihan yang selektif.
2.2.1.2 Pembenihan telur tebal
Pembenihan ini misalnya Lowenstein-Jensen mengandung garam tertentu, gliserol, dan substansi organik kompleks misalnya telur segar atau
kuning telur, tepung kentang dan bahan-bahan lain dalam bentuk kombinasi. Malasit hijau dimasukkan untuk menghambat bakteri lain.
Inokula kecil dalam bahan yang berasal dari pasien akan tumbuh pada pembenihan ini dalam waktu 3-6 minggu. Dengan penambahan antibiotik,
perbenihan ini digunakan sebagai perbenihan selektif.
2.2.1.3 Pembenihan kaldu
Misalnya middlebrook 7H9 dan 7H12 mendukung proliferasi inokula kecil. Biasanya, mikobakteria tumbuh dalam bentuk kelompok atau
Universitas Sumatera Utara
sebagai sekelompok massa, akibat ciri khas hidrofobik permukaan selnya. Jika ditambahkan tweens ester dalam lemak yang dapat larut dalam air, ini
akan membasahkan permukaan, dan karena itu memudahkan penguraian pertumbuhan dalam pembenihan cair.
2.3 Sifat-sifat Pertumbuhan