Insulin-like Growth Factor-1 mempunyai peranan dalam hal induksi progresi sintesis dan mitosis sel. Secara bersamaan, IGF dapat berfungsi sebagai faktor penolong
dalam hal mengurangi apoptosis pada berbagai sel. Regulasi anti apoptosis IGF-1 ini dimediasi oleh jalur phospotidilinositol-3 kinase. Insulin-like Growth Factor-1 juga
mempunyai peranan dalam hal menguatkan proses diferensiasi dan proliferasi.
8
Hampir semua sel di tubuh manusia dipengaruhi oleh kerja IGF-1, khususnya di otot, tulang rawan, tulang, liver, ginjal, saraf, kulit dan paru-paru. Beberapa studi terbaru
menunjukkan pula adanya kaitan IGF-1 dengan proses penuaan. Selain itu juga ditemukan adanya korelasi antara IGF-1 dengan proses kanker pada kolon, prostat dan payudara.
Namun bagaimana hubungan itu terjadi masih belum diketahui secara pasti.
7
C. Hubungan antara akne vulgaris dengan IGF-1
Growth Hormone diketahui mempunyai pengaruh dalam produksi sebum oleh sebosit. Growth Hormone dibentuk di kelenjar hipofisis dan akan mempengaruhi produksi
IGF-1 dan IGF-2. Insulin-like Growth Factor-1 terutama disintesis di hepar dan mempengaruhi hampir semua sel di tubuh manusia. Insulin-like Growth Factor-2 di
produksi di otak, ginjal, pankreas dan otot. Dalam kaitannya dengan akne vulgaris, IGF-1 mempunyai peranan besar dalam proses patogenesisnya.
2,9
Akne vulgaris mempunyai prevalensi paling tinggi pada masa remaja, bersamaan dengan waktu produksi GH dan kadar IGF-1 dalam serum paling tinggi sepanjang usia
hidup manusia. Dan kemudian, sesudah masa remaja prevalensi akne vulgaris akan semakin berkurang seiring juga dengan penurunan kadar IGF-1 dalam serum. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pada pasien akromegali didapati peningkatan laju ekskresi sebum dibandingkan orang normal. Selain itu, penelitian di bidang endokrinologi menunjukkan
bahwa laju ekskresi sebum dapat digunakan sebagai prediktor klinis terhadap pasien akromegali.
4
Universitas Sumatera Utara
Vora dkk 2008, menemukan adanya korelasi antara produksi sebum wajah dengan kadar IGF-1 dalam serum pada pasien akne vulgaris. Penelitian ini didasarkan atas beberapa
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iozawa dkk 1995 dan Deplewski 2005 yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan bermakna kadar IGF-1 dalam serum pada pasien
akne vulgaris wanita remaja dibandingkan dengan orang normal.
11,12
Banyak hipotesis telah dibuat untuk mencoba menerangkan bagaimana sesungguhnya efek IGF-1 dalam serum terhadap produksi sebum oleh sel sebosit di kelenjar
sebasea. Penelitian paling awal untuk hal ini dilakukan dengan memakai bahan percobaan pada sel prepusium tikus yang diketahui mempunyai struktur dan fungsi yang sama dengan
sel sebosit pada kelenjar sebasea dermis. Ebling dkk 1975 mendapatkan fakta dalam penelitiannya bahwa tikus yang mengalami penurunan fungsi kelenjar hipofisis akan
mengalami penurunan secara bermakna pada berat kelenjar prepusium. Selanjutnya
Deplewski 1998 melakukan percobaan lanjutan dengan memberikan IGF-1 dalam serum rekombinan pada kultur sel prepusium tikus secara in vitro. Didapati bahwa IGF-1 dalam
serum mempunyai efek mitogenik yang kuat pada sel prepusium melalui kerja pada level DNA. IGF-1 dalam serum mengakibatkan peningkatan laju pertumbuhan dan diferensiasi
dari kelenjar sebosit.
6
Smith 2006 mencoba untuk mengetahui secara detail pada tingkat biomolekuler tentang bagaimana sebenarnya kerja IGF-1 dalam serum pada sebosit dalam menginduksi
produksi sebum. Insulin-like Growth Factor-1 dalam serum ternyata bekerja dengan meningkatkan ekspresi dari Sterol Response Element Binding Protein –1 SREBP-1 pada
inti sel sebosit. Sterol Response Element Binding Protein-1 merupakan suatu nuclear transcription factors yang bekerja mengatur ekspresi dari berbagai gen yang terlibat dalam
biosintesa lipid.
7,8
Antara androgen dan IGF-1 sendiri ternyata mempunyai efek timbal balik yang saling mempengaruhi. Peningkatan kadar androgen serum kelihatannya mempunyai
Universitas Sumatera Utara
hubungan dengan peningkatan kadar IGF-1 dalam serum. Sebagai contoh, pada wanita menopause yang kemudian diberikan suntikan DHEA-S, akan didapati peningkatan kadar
IGF-1 dalam serum. Diduga bahwa androgen serum sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat menstimulasi pembentukan IGF-1. Sebaliknya, IGF-1 dalam serum dapat
menstimulasi pembentukan DHEA-S oleh kelenjar adrenal. Hal ini terjadi karena IGF-1 dalam serum dapat mempengaruhi ekspresi dari beberapa enzim yang berperan dalam
sintesis DHEA-S dari bahan kolesterol. Insulin-like Growth Factor-1 juga dapat menginduksi kerja 5
α-reductase pada kulit manusia yang mengakibatkan peningkatan konversi dari testosteron menjadi DHT.
12
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang cross sectional study yang bersifat analitik.
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010 – Juni 2010 bertempat di Poliklinik
Sub bagian Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan.
2. Pengambilan sampel darah dilakukan di Poliklinik Sub bagian Kosmetik
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan, untuk selanjutnya akan dikirim ke Laboratorium Klinik Prodia Jl. Letjend. S.
Parman No. 17223 G Medan. Sampel darah kemudian akan dikirim lagi ke Laboratorium Klinik Prodia Pusat yang berlokasi di Jl. Kramat Raya No. 150 Jakarta,
untuk pemeriksaan kadar IGF-1.
C. Populasi penelitian
1. Populasi
Pasien yang menderita akne vulgaris.
2. Populasi terjangkau
Pasien yang menderita akne vulgaris, yang berobat ke Poliklinik Sub bagian Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik
Medan pada bulan Januari 2010 – Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara