di Singapura pada populasi penduduk Asia dilaporkan bahwa pada remaja usia 13-19 tahun bahwa hampir 88 diantaranya mengalami akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 51,4
diklasifikasikan sebagai akne vulgaris ringan, 40 akne vulgaris derajat sedang dan 8,6 akne vulgaris derajat berat.
16
Akne vulgaris merupakan penyakit dermatologi dengan angka diagnosis tertinggi di Amerika Serikat AS, dengan 10,2 juta kasus baru didiagnosis setiap tahunnya dan angka
tersebut merupakan 25,4 dari keseluruhan diagnosis penyakit kulit di AS.
17
Pada tahun 1996-1998, survei di AS menunjukkan bahwa didapati 6,5 juta penulisan resep baru untuk kasus akne vulgaris dengan nilai totalnya mencapai 1 miliar dolar US.
Secara global, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan akne vulgaris, baik sistemik atau topikal mencapai 12,6 dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk kasus
dermatologi.
13
Di RSUP. H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari 2008 – Desember 2008, dari total 5.573 pasien yang berobat
ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 107 pasien 1,91 diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 8,41 berusia
0-12 tahun, 90,6 berusia 13-40 tahun dan hanya 0,93 yang berusia 41-65 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa pasien akne vulgaris yang terbanyak adalah usia remaja dan dewasa
muda.
3. Biologi kelenjar
sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar holokrin dan sekresinya terjadi akibat desintegrasi komplit dari kelenjar glandular. Fungsi utama dari kelenjar sebasea adalah
memproduksi sebum dan peningkatan ekskresi sebum merupakan salah satu keadaan yang terjadi pada akne vulgaris.
18
Universitas Sumatera Utara
Telah diketahui luas bahwa kelenjar sebasea manusia mengekspresikan beberapa macam reseptor neuropeptida biologis. Neuropeptida merupakan suatu kelompok peptida
aktif biologis yang muncul secara alami di sistem saraf baik sistem saraf pusat atau sistem saraf perifer. Reseptor neuropeptida yang diekspresikan sebasea antara lain adalah
Corticotropin Releasing Hormone CRH, melanocortin, β endorphine, vasoaktif intestinal
polipeptida, Neuropeptide Y NPY dan calcitonin gene-related peptide. Reseptor-reseptor ini memodulasi produksi berbagai sitokin inflamasi, proliferasi, diferensiasi, lipogenesis dan
metabolisme androgen pada sebosit.
19
Kelenjar sebasea terdiri dari dua sel penting yaitu keratinosit dan sebosit. Kedua jenis sel ini mempunyai peranan dalam sistem imun. Propionibacterium acnes dapat
merubah ekspresi keratinosit dan sebosit melalui Toll Like Receptor-3 TLR3, Cluster of Differentiation-14 CD14 dan molekul CD1, serta dapat mengenali produksi sebumlipid
yang berlebih oleh kelenjar sebasea dan diikuti dengan produksi sitokin-sitokin inflamasi ke daerah tersebut.
9
4. Patogenesis akne vulgaris
Terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis akne vulgaris, namun secara umum ada 4 mekanisme utama yang mempunyai peran terbesar yaitu 1
hiperproliferasi folikuler epidermal, 2 produksi sebum yang berlebihan, 3 proses inflamasi dan 4 aktivitas dari P. acnes.
1
Hiperproliferasi folikuler epidermal mengakibatkan terbentuknya lesi primer akne vulgaris yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut bagian atas akan menjadi hiperkeratotik
dan mengalami peningkatan kemampuan kohesi antar keratinosit. Jumlah sel yang berlebihan disertai dengan pembentukan sekret-sekret akan mengakibatkan penyumbatan di
ostium folikuler. Sumbatan ini akan mengakibatkan penumpukan keratin, sebum dan bakteri
Universitas Sumatera Utara
di dalam folikel. Stimulus terhadap hiperproliferasi keratinosit mencakup pengaruh hormon androgen, penurunan kadar asam linoleat, dan peningkatan aktivitas IL-1.
20
Dihidrotestosterone DHT adalah androgen yang paling poten dalam merangsang hiperproliferasi keratinosit. Dihidrotestosterone merupakan hasil konversi dari
dehydroepiandrosterone sulfate DHEA-S yang diperantarai oleh kerja enzim 17 β-
hydroxysteroid dehydrogenase dan 5 α-reductase. Peranan regulator lain dalam proses
proliferasi keratinosit adalah asam linoleat. Asam linoleat adalah suatu asam lemak esensial yang jumlahnya diketahui lebih sedikit di kulit pasien akne vulgaris. Jumlah dari asam
linoleat akan dapat dinormalkan melalui terapi isotretinoin. Kadar asam linoleat yang rendah dapat merangsang hiperproliferasi keratinosit folikuler dan menghasilkan sitokin
proinflamasi. Kadar asam linoleat di kulit dilaporkan akan semakin berkurang bila didapati peningkatan produksi sebum. Peran mediator lain yang telah cukup banyak diteliti adalah
peranan mediator inflamasi IL-1 yang dapat merangsang hiperproliferasi keratinosit folikuler dan pembentukan mikrokomedo.
19
Proses kedua yang memegang peranan kunci dalam patogenesis akne vulgaris adalah produksi sebum oleh kelenjar sebasea yang berlebihan. Pasien akne vulgaris terbukti
mempunyai laju eksresi sebum yang lebih besar dibandingkan orang normal, walaupun kualitas dari sebumnya sendiri adalah sama. Salah satu materi penyusun sebum yaitu
trigliserida yang akan mengalami konversi menjadi asam lemak bebas oleh P.acnes di dalam unit kelenjar sebasea. Asam lemak bebas ini akan mengakibatkan peningkatan
kolonisasi P.acnes, memperberat inflamasi dan bersifat komedogenik.
1,20
Hormon androgen selain berperan besar dalam memicu hiperproliferasi keratinosit folikuler, juga mempunyai pengaruh penting terhadap aktivitas sel sebosit dalam
memproduksi sebum. Sedangkan peranan estrogen sendiri sampai saat ini masih belum begitu jelas. Setidaknya ada 3 peranan estrogen dalam proses pembentukan sebum yaitu
1 secara langsung bersifat inhibisi terhadap kerja androgen di kelenjar sebasea, 2 inhibisi
Universitas Sumatera Utara
produksi androgen oleh jaringan gonad melalui efek ’negative feed back mechanism’ terhadap produksi Gonadotropin Releasing oleh hipofisis dan 3 mengatur kerja gen-gen
yang menekan produksi dan pertumbuhan kelenjar sebasea.
1
Androgen yang terpenting dalam stimulasi produksi sebum adalah testosteron dan akan dirubah menjadi bentuk aktif yaitu 5
α-DHT oleh enzim type I-5 α reductase. Adanya
korelasi antara peningkatan produksi sebum dengan munculnya akne vulgaris sudah umum diketahui dan hal ini menjelaskan mengapa akne vulgaris biasanya muncul bersamaan
dengan saat memasuki usia pubertas. Peningkatan produksi sebum dapat terjadi secara primer akibat peningkatan kadar androgen, atau akibat peningkatan respon sebosit terhadap
rangsangan androgen atau akibat peningkatan aktivitas enzim type I-5 α reductase.
20
Akne vulgaris terjadi akibat hiperproliferasi dan diferensiasi sebosit, yang muncul di bawah pengaruh androgen. Hal ini terjadi dengan perantaraan reseptor Peroxisome
Proliferator Activated Receptor PPAR, suatu molekul yang berperan dalam hal lipogenesis. Reseptor PPAR akan memicu lipogenesis pada sel sebosit yang matur dalam
rangka memproduksi sebum.
20
Growth Hormone diketahui juga mempunyai peranan besar dalam produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Growth Hormone diproduksi di kelenjar hipofisis dan bekerja sama
memproduksi IGF atau somatomedin. Insulin-like Growth Factor sendiri mempunyai dua bentuk yaitu IGF-1 lebih besar jumlah dan fungsinya dan IGF-2. Diduga kuat, ada peranan
IGF-1 dalam serum dengan patogenesis akne vulgaris.
21
Apabila hiperproliferasi keratinosit dan produksi sebum yang berlebihan berlanjut, maka akan terjadi penumpukan mikrokomedo, yang berujung pada terjadinya ruptur dari
dinding folikuler. Ruptur ini dalam waktu singkat akan memicu reaksi inflamasi yang diperantarai oleh limfosit CD4
+
dan CD8
+
. Selanjutnya akibat pelepasan dari mediator- mediator inflamasi oleh limfosit CD4
+
dan CD8
+
, akan terjadi penumpukan neutrofil di sekitar komedo yang mengalami sumbatan.
1,21
Universitas Sumatera Utara
Satu sampai dua hari setelah ruptur, maka akan terjadi pergerakan neutrofil menuju ke tempat inflamasi dan pada akhirnya semakin memperberat inflamasi yang telah terjadi.
Dahulu diduga bahwa inflamasi terjadi sebagai akibat terjadinya pembentukan dan ruptur komedo. Tetapi fakta terbaru menunjukkan bahwa inflamasi pada unit pilosebasea telah ada
sebelum terjadinya ruptur komedo. Hal ini dibuktikan dengan telah ditentukannya tanda- tanda inflamasi pada biopsi kulit normal pada wajah dan akan semakin menunjukkan
pemberatan inflamasi pada saat biopsi dilakukan dengan kondisi komedo sudah terbentuk.
1,21
Proses tersebut akan semakin diperberat dengan munculnya faktor keempat dalam patogenesis akne vulgaris, yaitu P.acnes. Propionibacterium acnes akan mengakibatkan
semakin hebatnya reaksi inflamasi dalam kelenjar pilosebasea sehingga akne vulgaris akan dipenuhi oleh sel-sel lekosit polimorfonuklear PMN dan pelepasan sitokin-sitokin
proinflamasi seperti IL-1, IL-8, IL-12 dan Tumor Necrotizing Factor- α TNF-α.
2
Propionibacterium acnes merupakan jenis bakteri gram positif, anaerob dan mikroaerobik yang dijumpai pada folikel kelenjar sebasea. Populasi pasien akne vulgaris
dewasa mempunyai pertumbuhan P.acnes lebih besar pada kelenjar pilosebasea dibandingkan dengan populasi normal. Namun belum dijumpai adanya hubungan antara
derajat keparahan akne vulgaris dengan progresifitas kolonisasi P.acnes pada kelenjar pilosebasea.
22
Dinding sel P.acnes mengandung antigen karbohidrat yang menstimulasi pembentukan antibodi. Pasien-pasien akne vulgaris berat mempunyai kadar antibodi
terhadap P. acnes yang lebih tinggi dibandingkan dengan derajat keparahan ringan ataupun sedang. Antibodi terhadap P.acnes akan memicu respon inflamasi dengan mengaktivasi
sistem komplemen dan proses kaskade reaksi inflamasi. Propionibacterium acnes juga mengakibatkan terjadinya inflamasi melalui reaksi hipersensitivitas tipe lambat dan
memproduksi lipase, protease, hialuronidase dan faktor-faktor kemotaktik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Propionibacterium acnes mempunyai kemampuan tambahan untuk meningkatkan produksi sitokin proinflamasi dengan berikatan dengan TLR2 pada monosit dan pada PMN di sekitar
folikel sebasea. Setelah berikatan dengan TLR2, maka akan dilepaskan sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-8, IL-12 dan TNF-
α.
1,21,22
Keempat faktor yang menjadi mekanisme terjadi akne vulgaris tersebut berlangsung melalui tahapan-tahapan yang bisa terjadi secara simultan ataupun bertahap. Semua jenis
pengobatan pada penyakit akne vulgaris mempunyai target pada keempat mekanisme tersebut di atas. Dengan mengetahui keempat dan elemen patogenesis pada akne vulgaris,
maka upaya-upaya pengobatan terhadap akne vulgaris akan semakin terarah dan menyeluruh.
5. Diagnosis akne vulgaris