H. Alat, bahan dan cara kerja
1. Alat
a. Mesin Immulite 2000
®
untuk mengukur kadar IGF-1. b.
Untuk pengambilan masing-masing sampel darah : 1. Satu pasang sarung tangan.
2. Satu buah alat ikat pembendungan torniquet. 3. Satu buah spuit disposable 3 cc.
4. Satu buah vacutainer tabung pengumpul darah steril 5 cc yang mengandung heparin.
5. Satu buah plester luka. c.
Satu unit alat sentrifuge alat pemusing untuk memisahkan serum. d.
Microtube tabung mikro 1 ml untuk menampung serum. e.
Satu buah freezer untuk menyimpan serum.
2. Bahan
a. Kapas alkohol 70. b.
Dua ratus dua puluh lima mikroliter larutan pretreatment IGF-1 LGFA untuk masing-masing sampel.
c. Dua puluh lima mikroliter serum darah kelompok pasien akne vulgaris dan kelompok
kontrol.
3. Cara kerja
a. Pasien didiagnosis akne vulgaris dan selanjutnya dilakukan penghitungan lesi untuk menentukan derajat keparahan akne vulgaris menurut kriteria Lehmann oleh peneliti
dengan pengawasan dari pembimbing penelitian. b. Kemudian petugas laboratorium memakai sarung tangan steril lalu kulit dibersihkan
di atas lokasi tusuk dengan alkohol 70 dan dibiarkan sampai kering. Lokasi penusukan harus bebas dari luka dan bekas lukasikatrik. Darah diambil dari vena
Universitas Sumatera Utara
mediana cubiti pada lipat siku. Ikatan pembendungan torniquet dipasang pada lengan atas, pasien diminta untuk mengepal dan membuka telapak tangan berulang
kali agar vena terlihat jelas. Lokasi penusukan didesinfeksi dengan kapas alkohol 70 dengan cara berputar dari arah dalam keluar. Spuit disiapkan dengan
memeriksa jarum dan penutupnya. Setelah itu vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 derajat dengan jarum menghadap ke atas. Darah dibiarkan mengalir
ke dalam jarum kemudian jarum diputar menghadap ke bawah. Agar aliran darah bebas, pasien diminta untuk membuka kepalan tangannya dan darah dihisap
sebanyak 3 cc. Torniquet dilepas, lalu jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol 70. Selanjutnya tempat bekas penusukan ditekan
dengan kapas alkohol 70 sampai darah tidak keluar lagi. Kemudian bekas tusukan ditutup dengan plester. Darah kemudian dimasukkan ke dalam vacutainer 5 cc.
Selanjutnya sampel darah segera dikirim ke Laboratorium Klinik Prodia Medan. c. Di Laboratorium Klinik Prodia Medan, sampel darah pasien akne vulgaris dan
kontrol disentrifugasi menggunakan sentrifuge dengan kecepatan 2000 rotation per minute rpm selama 10 menit untuk mendapatkan serum. Serum yang diperoleh
kemudian dimasukkan ke dalam microtube 1 cc untuk penyimpanan serum. d. Setelah diperoleh serum, selanjutnya diambil 25
μl dari serum tersebut untuk kemudian dilarutkan secara manual dengan larutan pretreatment IGF-1 yaitu LGFA
dengan perbandingan 1:10. Oleh karena itu, 25 μl sampel serum ditambahkan ke
dalam 225 μl LGFA.
e. Sampel serum pasien akne vulgaris dan kontrol kemudian disimpan dalam freezer pada suhu -25
o
C yang akan stabil selama 12 bulan sebelum pemeriksaan. Hindari kontaminasi dan pajanan langsung terhadap sinar matahari.
f. Sampel serum pasien akne vulgaris dan kontrol selanjutnya dikirim ke Laboratorium Klinik Prodia Pusat di Jakarta untuk pemeriksaan kadar IGF-1. Pengiriman sampel
Universitas Sumatera Utara
dari Laboratorium Klinik Prodia Medan ke Laboratorium Klinik Prodia Pusat di Jakarta yang dilakukan satu kali per minggu yaitu setiap hari Senin.
g. Di Laboratorium Klinik Prodia Jakarta, proses pemeriksaan kadar IGF-1 dilakukan setiap hari Rabu dan hasil analisisnya dapat diperoleh dalam waktu lebih
kurang 1 jam. h. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat sebagai nilai IGF-1 dan kemudian
dibandingkan dengan kadar IGF-1 pada kelompok kontrol.
I. Definisi operasional
1. Usia adalah usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila
lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia dibulatkan ke bawah.
2. Akne vulgaris adalah suatu gangguan pada unit pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papul, pustul dan nodul pada daerah populasi kelenjar sebasea yang paling padat yaitu pada daerah wajah, dada bagian atas dan punggung.
3. Derajat keparahan akne vulgaris adalah suatu pengukuran objektif terhadap
beratnya akne vulgaris yang dialami oleh sampel berdasarkan pemeriksaan fisik dengan memakai skala pengukuran Lehmann yaitu derajat ringan bila komedo
20, atau lesi inflamasi sebanyak 15, atau jumlah total lesi 30 dan derajat sedang bila komedo 20-100, atau lesi inflamasi sebanyak 15-50, atau jumlah total
lesi 30-125, sedangkan derajat berat bila kista 5, atau jumlah total komedo 100, atau lesi inflamasi 50, atau jumlah total lesi 125.
4. Insulin-like Growth Factor-1 adalah suatu polipeptida dengan urutan yang sangat
mirip dengan insulin yang terdapat di dalam serum. Kadarnya dalam serum diukur dengan menggunakan alat Immulite
®
2000 dan hasilnya dinyatakan dalam satuan ngml.
Universitas Sumatera Utara
5. Obat kontrasepsi adalah golongan obat-obatan yang merupakan turunan dari preparat estrogen dan progesteron untuk mencegah terjadinya kehamilan.
6. Siklus haid yang tidak teratur adalah keadaan wanita yang mendapatkan haid tidak
reguler sekali sebulan atau haid lebih dari 1 kali atau tidak mendapat haid lebih dari 1 bulan tidak hamil tanpa obat-obatan.
7. Hirsutisme adalah gejala munculnya rambut pada bagian tubuh perempuan yang
biasanya tidak ditumbuhi rambut seperti di bawah dagu atau di atas bibir, atau wanita yang memiliki pola penyebaran rambut seperti pria dewasa.
8. Alopesia androgenetika adalah rambut pada kulit kepala pria yang menjadi rontok
botak yang ditandai dengan hilangnya rambut kepala secara simetrik, progresif, difus, berawal dengan resesi frontal yang khas dan akhirnya hanya tinggal
selingkaran rambut di tepi kepala. Dapat menyebabkan kebotakan yang komplit. Pada wanita, rambut menipis di seluruh kulit kepala, dan garis batas rambut tidak
mengalami resesi. Jarang menyebabkan kebotakan komplit. 9.
Pasien yang menderita penyakit hati adalah pasien yang secara anamnesis dan pemeriksaan fisik dicurigai menderita penyakit hati akut atau kronis yang
selanjutnya dikonfirmasi secara pasti oleh dokter spesialis anak atau dokter spesialis penyakit dalam.
10. Pasien yang menderita diabetes melitus adalah pasien yang secara anamnesis dan
pemeriksaan fisik dicurigai menderita penyakit diabetes melitus yang selanjutnya dikonfirmasi secara pasti oleh dokter spesialis anak atau dokter spesialis penyakit
dalam. 11.
Merokok adalah pasien yang merupakan perokok aktif dan secara teratur mengisap minimal satu batang rokok perhari dengan waktu minimal 1 bulan.
35
12. Immulite
®
2000 adalah suatu mesin chemistry analyzer yang bekerja berdasarkan prinsip solid phase, enzyme-labeled chemiluminescent immunometric assay. Mesin
Universitas Sumatera Utara
ini mempunyai sertifikasi : ISO 13485:2003. Diproduksi oleh Siemens Medical Solutions Diagnostics, Jerman. Hasil pengukurannya dinyatakan dalam satuan
ngml.
J. Kerangka operasional