keras hadd asy-syarb, untuk memelihara keturunan dan atau kehormatan maka ditetapkan pidana zina hadd az-zina, kemudian ditetapkan pula pidana pencurian
hadd as-sirqah untuk memelihara harta.
42
Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dipahami bahwa Tuhan dan Rasul-Nya lewat Al-Qur’an dan Hadis sengaja menetapkan sanksi hukum yang tegas terhadap
pelaku tindak pidana yang dapat merusakmengganggu al-kulliyat al-khams diatas, mengingat kelima unsur tersebut adalah merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Asy-Syatibi sebagaimana dikutip oleh Khalid Mas’ud mendefenisikan Jinayat Hal-hal yang berkaitan dengan tindak
pidana adalah: Sebagai hukum-hukum yang memperhatikan kelima ad-daruriyat al-khams diatas
dengan cara preventif. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam jinayat itu adalah dimaksudkan untuk mengantisipasi dan membersihkan apa-apa saja yang dapat
menghalangi terwujudnya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.
43
Dengan diberlakukannya sanksi hukum yang tegas dan berat berupa pidana mati terhadap tindak-tindak pidana jarimah tersebut baik yang tergolong kedalam
jarimah qisas maupun hudud, maka diharapkan akan terpelihara dan terwujudlah kelima kebutuhan mendasar diatas. Sehingga dengan demikian terwujud pulalah
tujuan disyariatkannya hukum itu maqasid asy-syari’ah, yaitu kemaslahatan manusia itu sendiri dan sekaligus menghindarkannya dari mafsadat.
2. Kerangka konsepsi.
42
Ibid, hlm. 129.
43
Yudian W. Asmin, Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995, hlm. 230.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap tulisan ini, peneliti akan menegaskan beberapa terminologi yang digunakan dalam tulisan ini.
1. Pidana Mati
Pidana mati dalam penelitian ini adalah hukuan mati. Penulis sengaja menggunakan terminologi pidana, karena istilah ini menurut penulis lebih khusus
disbanding dengan istilah hukuman, walaupun sebagian pakar menganggap keduanya sinonim. Penulis lebih cenderung kepada pendapat yag menyatakan
bahwa hukuman merupakan istilah yang bersifat umum untuk segala macam sanksi baik perdata, administrative, disiplin dan sebagainya. Sedangkan pidasna
merupakan istilah khusus yang berkaitan dengan hukum pidana. Dalam hukum pidana nasional pidana itu dikategorikan kepada dua macam pidana pokok dan
pidana tambahan. Pidana mati merupakan pidana pokok yang diletakkan dalam urutan pertama pasal 10 KUHP. Dalam hukum pidana Islam, pidana itu
diistilahkan dengan ‘uqubah. Secara gaaris besar, ‘uqubah itu dikategorikan kepada tiga macam, yaitu: hudud, qisas atau diyat dan ta’zir.
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1969
UU No 2Pnps1964 Penpres No 2Pnps1964 LN 1964 No 138 yang ditetapkan menjadi undang-undang dengan UU No. 5 Tahun 1969 Tentang Cara
Pelaksanaan Pidana Mati Yang Dijatuhkan Oleh Pengadilan Di Lingkungan Peradilan Umum Dan Militer.
3. Hukum Pidana Islam
Universitas Sumatera Utara
Adapun hukum pidana Islam yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kitab-kitab fiqh, baik yang berupa warisan ulama terdahulu maupun karangan ulama ilmuan
muslim kontemporer yang bersumber dari Al-qur’an dan hadis yang berkaitan dengan aspek kepidanaan jinayat.
4. Esekusi.
Pengertian Eksekusi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan putusan hakim, atau pelaksanan hukum badan peradilan, khususnya pidana mati.
5. Hak Asasi Manusia HAM
Hak berarti derajat, martabat, atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Sedang kan asasi adalah sesuatu yang bersifat mendasar, atau pokok. Adapun manusia
merupakan makhluk yang berakal budi. Dengan demikian manusia merupakan makhluk tuhan yang berakal budi, memiliki harkat dan martabat yang tinggi. Jika
dikaitkan dengan pidana mati, maka HAM disini berarti penarapan pidana terberat itu itu melanggar merendahkan hak manusia yang paling mendasar itu.
6. Tindak Pidana Jarimah
Yang dimaksud tindak pidana dalam tulisan ini adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan seseorang yang melanggar hukum. Dalam istilah belanda disebut
dengan straf baar feit. Istilah tersebut dalam bahasa Arab disebut Jarimah.
G. Metode Penelitian.