penulis membaginya kedalam 2 dua bahagian, yaitu: pidana mati yang ada didalam dan diluar KUHP.
119
a. Pidana mati didalam KUHP.
Adapun pasal-pasal KUHP yang mengatur tentang tindak pidana yang diancam dengan pidana mati adalah:
1. Pasal 104 makar terhadap presiden atau wakil presiden, Pasal ini berbunyi:
”Makar aanslag yang dilakukan dengan niat hendak membunuh presiden atau wakil presiden atau dengan maksud hendak merampas kemerdekaannya
atau kendak menjadikan mereka itu tiada cakap memerintah, dihukum mati atau dipenjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun”
120
Pasal ini mengancam pidana mati kepada orang yang melakukan makar dengan maksud membunuh, merampas kemerdekaannya, dan menjadikan
presiden atau wakilnya tidak cakap memerintah. Makar dalam tahap perbuatan persiapan voorbereidings-handeling belum dapat dipidana sesuai
dengan kehendak pasal diatas. 2.
Pasal 111 ayat 2 membujuk negara asing untuk bermusuhan atau berperang. Pasal ini berbunyi:
”Jika permusuhan itu dilakukan atau peperangan terbit, maka dijatuhkan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementaraselama-
lamanya dua puluh tahun”.
121
119
Tindak pidana yang diatur diluar KUHP sering juga disebut dengan tindak pidana khusus.
120
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001, hlm. 43.
121
Ibid, hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
Pasal ini mengandung ancaman pidana terhadap tindak pidana pengkhianatan kepada negara dengan cara menjadi mata-matakaki tangan
negara asing dengan maksud agar terjadi peperangan dengan negara . 3.
Pasal 124 ayat 3 membantu musuh dalam berperang. Pasal ini berbunyi: ”Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun dikenakan, apabila sipembuat mengkhianatkan kepada musuh, menyerahkan kepada kekuasaan musuh,
membinasakan atau menjadikan tak dapat dipakai lagi sesuatu tempat penjagaan yang diperkuat atau diduduki sesuatu alat perhubungan, sesuatu
gudang, sesuatu bekal perang atau sesuatu kas perang, ataupun angkatan laut atau angkatan darat atau sesuatu bagian dari pada itu”.
122
4. Pasal 124 bis menyebabkan atau menganjurkan huru-hara, Pasal ini
berbunyi: ”Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun dikenakan, apabila sipembuat penyebab atau memudahkan huru-hara, pemberontakan atau melarikan diri dikalangan
tentara”.
123
Tindak pidana yang diancam dengan pidana mati dalam kedua pasal tersebut diatas pada dasarnya terdiri dari 2 dua macam, yaitu sengaja
merugikan negara bagi kepentingan musuh dan yang kedua sengaja memberikan pertolongan kepada musuh.
5. Pasal 140 ayat 3 makar terhadap raja atau kepala negara sahabat yang
direncanakan dan berakibat maut, Pasal ini berbunyi:
122
Ibid, hlm. 50.
123
Ibid, hlm. 54
Universitas Sumatera Utara
”Jika makar terhadap jiwa dengan niat terlebih dahulu itu dilakukan dan menyebabkan mati, dijatuhi hukuman mati atau hukuman penjara seumur
hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
124
Berdasarkan pasal tersebut diatas, maka makar pembunuhan itu harus dilakukan terhadap kepala negara baik berupa kaisar, raja, atau presiden
negara yang bersahabat. Selain itu, pelaku kejahatan harus mengetahui bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang kepala negara sahabat tersebut.
6. Pasal 340 pembunuhan berencana. Pasal ini berbunyi:
”Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan moord dengan
hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama- lamanya dua puluh tahun”.
125
Pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu moord dalam pasal ini berbeda dengan doodslag pembunuhan biasa sebagaimana yang diatur
dalam pasal 338. namun, yang dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu voorbedachte rade adalah adanya tempowaktu bagi sipelaku kejahatan
antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya dilapangan, sehingga tempo itu dapat dipergunakannya untuk memikirkan
dengan tenang, misalnya dengan cara apa dan bagaimana pembunuhan itu dilakukan, atau digunakannya untuk mengurunkan niatnya, dan tempo
tersebut tidak boleh terlalu sempit dan tidak pula terlalu lama. Jadi, hanya sebatas tempo untuk berfikir apakah dilanjutkan atau diurungkannya niat
pembunuhan itu.
124
Ibid.
125
Ibid, hlm. 123.
Universitas Sumatera Utara
7. Pasal 365 ayat 4 pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan luka berat
atau mati. Pasal ini berbunyi: ”Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidupa atau hukuman penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun, jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh dua orang bersama-
sama atau lebih dan disertai pula oleh salah satu yang diterangkan dalam no. 1 dan no. 3”.
126
Pasal ini menerangkan pencurian dengan kekerasan. Yang termasuk dalam kekerasan misalnya mengikat korban didalam rumahnya, menyekap didalam
kamar dan sebagainya. Kekerasan yang dimaksud disini harus pula ditujukan terhadap orangnya bukan kepada hartanya. Jadi, seorang pencuri yang
merusak rumah korbannya tidak dapat dipidana sesuai dengan kehendak Pasal diatas, karena kekerasan merusak tersebut ditujukan kepada orangnya.
8. Pasal 444 pembajakan dilaut pesisir, dan disungai yang mengakibatkan
kematian. Pasal ini berbunyi: ”Jika karena perbuatan kekerasan yang diterangkan dalam Pasal 438-441 itu
menyebabkan mati seseorang yang ada dikapal perahu yang diserang atau mati seseorang yang diserangnya, maka nakhoda kepala atau penghanjur
kapal perahu itu atau mereka yang turut campur melakukan perbuatan kekerasan itu dihukum mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun”.
127
Berdasarkan pasal ini, jika pembajakan yang dilakukan dilaut, pesisir, pantai atau sungai dan mengakibatkan matinya orang tersebut, maka nakhoda,
kepala atau penghanjurnya komandan, termasuk penumpangnya yang ikut serta melakukan pembajakan itu dapat dipidana mati.
126
Ibid, hlm. 130
127
Ibid, hlm. 158.
Universitas Sumatera Utara
9. Pasal 479 ayat 2 pembajakan diudara yang mengakibatkan matinya orang
atau hancurnya pesawat udara. Pasal ini berbunyi: ”Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya sesorang atau hancurnya pesawat
udara itu, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
128
Berdasarkan pasal ini, maka dapat diketahui bahwa kejahatan yang dilakukan seseorang terhadap pesawat udara melalui kekerasan dengan
maksud merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai pengendalian pesawat tersebut yang mengakibatkan matinya orang atau
hancurnya pesawat udara itu dapat dipidana mati.
b. Pidana mati diluar KUHP.