Pidana mati diluar KUHP.

9. Pasal 479 ayat 2 pembajakan diudara yang mengakibatkan matinya orang atau hancurnya pesawat udara. Pasal ini berbunyi: ”Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya sesorang atau hancurnya pesawat udara itu, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”. 128 Berdasarkan pasal ini, maka dapat diketahui bahwa kejahatan yang dilakukan seseorang terhadap pesawat udara melalui kekerasan dengan maksud merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai pengendalian pesawat tersebut yang mengakibatkan matinya orang atau hancurnya pesawat udara itu dapat dipidana mati.

b. Pidana mati diluar KUHP.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana yang diancam dengan pidana mati diluar KUHP adalah sebagai berikut: 1. Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal ini berbunyi: ”Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan”. 129 Keadaan tertentu Pasal yang dimaksud disini adalah sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan Undang-Undang 128 Ibid, hlm. 167. 129 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Institute Of Socio- Economics And Political Studies, 2003, hlm. 150. Universitas Sumatera Utara yang berlaku, pada waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi atau pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter. 130 2. Pasal 113 ayat 2 bagian a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Pasal ini berbunyi: Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 satu kilogram atau melebihi 5 lima batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 lima gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 13 sepertiga. 131 3. Pasal 59 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Pasal ini berbunyi: 1. Barangsiapa: a. Menggunakan psikotropika Golongan I selain dimaksud dalam pasal 4 ayat 2 atau b. Memproduksi danatau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 atau c. Mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3 atau d. Mengimfor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan, atau e. Secara tanpa hak memiliki, menyimpan danatau membawa psikotropika golongan I. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun, paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah, dan paling banyak Rp. 750.000.000,- tujuh ratus lima puluh juta rupiah. 130 Ibid, hlm. 165. 131 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, Bandung: Citra Umbara, 2009, hlm. 97. Universitas Sumatera Utara 2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara terorganisir dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama dua puluh tahun dan pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,- tujuh ratus lima puluh juta rupiah. 132 4. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1964 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Pasal ini berbunyi: ”Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang dimaksud dalam pasal 22, dihukum dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun dengan tidak dipecat, atau dipecat dari hak jabatan tersebut dalam pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”. 133 Pasal 22 yang dimaksud diatas adalah membuka rahasia tenaga atom. Pasal 23 tersebut menegaskan bahwa karena hal ini mengenai kepentingan negara, maka kejahatan atasnya diancam pidana berat. 5. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Kepemilikan Senjata Api, Amunisi, dan Bahan Peledak. Pasal ini berbunyi: ”Barang siapa tanpa hak memasukkan ke , membuat menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara setinggi-tingginya dua puluh tahun”. 134 Senjata api yang dimaksud adalah bagian-bagian senjata api, meriam, penyembur api dan bagian-bagiannya dan sebagainya. Sedangkan amunisi adalah bagian-bagian amunisi seperti selongsongan peluru, proyektil untuk 132 Ibid, hlm. 187. 133 Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, op.cit, hlm.21. 134 Ibid, hlm. 23. Universitas Sumatera Utara menghamburkan gas-gas yang merusak kesehatan dan sebagainya. Adapun bahan peledak adalah semua benda yang dapat meledak, misalnya: bom, granat, ranjau, dan sebagainya. 6. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Pasal ini berbunyi: ”Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun”. 135 Dari semua Undang-Undang tersebut diatas, baik yang tercantum didalam maupun diluar KUHP dapat diketahui bahwa tindak pidana yang memungkinkan untuk dipidana mati adalah terbatas pada kejahatan-kejahatan yang tergolong berat saja.

2. Mekanisme eksekusi mati dalam hukum pidana Indonesia .