Latar Belakang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015
mempunyai resiko yang lebih tinggi dalam kaitannya dengan gangguan kesehatan yang diderita akibat dari pekerjaan Anies, 2005.
Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang disebabkan oleh perkerjaan atau
lingkungan kerja Kepmenakertrans Nomor 609 Tahun 2012. Penyakit akibat kerja yang sering terjadi adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah
dermatitis disebabkan bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon
noniminologi dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis
kontak memiliki gejala-gejala yang dapat dirasakan penderita setelah kontak dengan bahan kimia iritan. Gejala atau keluhan subjektif seperti gatal, rasa
terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit.
Dermatitis kontak dapat disebabkan oleh bahan kimia yang ada di lingkungan kerja, karena bahan kimia dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan
dan merupakan bahan yang sering digunakan untuk berbagai jenis pekerjaan. Zat kimia dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran cerna, saluran napas
dan kulit Frank, 2006. Bahan kimia iritan merupakan bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak
dengan permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata dan saluran pernafasan. Bahan kimia pada umumnya adalah bahan korosif. Bahan kimia korosif seperti
asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang dioksida dapat bereaksi dengan
jaringan tubuh seperti kulit, mata dan saluran pernafasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan, iritasi gatal-gatal, dan sensitisasi jaringan
menjadi amat peka terhadap bahan kimia Cahyono, 2004. Terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada umumnya dapat disebabkan
oleh tiga faktor yaitu faktor kimiawi, faktor mekanisfisik, faktor biologis. Dari faktor-faktor tersebut yang paling banyak disebabkan karena faktor kimiawi.
Berdasarkan penelitian di United Kingdom UK, ditemukan bahwa agen dengan jumlah tertinggi untuk kasus dermatitis kontak alergi adalah karet 23,4 kasus
alergi dilaporkan oleh ahli kulit, nikel 18,2, epoxies dan resin lainnya 15,6, amina aromatic 8,6, krom dan kromat 8,1, pewangi dan kosmetik
8,0, dan pengawet 7,3. Sedangkan sabun 22,0 kasus, pekerjaan basah 19,8, produk minyak bumi 8,7, pelarutsolvent 8,0, dan cutting oil dan
pendingin 7,8 adalah agen yang paling sering ditemukan dalam kasus dermatitis iritan Meyer, 2000.
Biro statistik Amerika Serikat 1988 menyatakan bahwa penyakit kulit menduduki sekitar 24 dari seluruh penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Health
and Safety Exekutive dalam Lestari 2007 menyatakan bahwa antara tahun 2001 sampai 2002 terdapat sekitar 39.000 orang di Inggris terkena penyakit kulit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau sekitar 80 dari seluruh penyakit akibat kerja. Di Negara maju, penyakit dermatitis kontak ditemukan lebih dari 90 dari
seluruh kasus penyakit kulit akibat kerja Harrianto, 2013. Dalam Lestari 2007 penyakit dermatitis, telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat
kerja. Hasil studi Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 di 8 provinsi pada
pekerja informal didapatkan 23,2 perajin batu onix mengalami gangguan dermatitis kontak alergika. Begitu pula hasil studi pada tahun 2005 tentang „Profil
Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia‟ tahun 2005 didapatkan 40,5 pekerja mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang diduga terkait dengan pekerjaan,
salah satunya yaitu gangguan kulit sebesar 1,3 Kurniawidjaja, 2012. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan cara mengubah pH nya,
bereaksi dengan protein-proteinnya denaturasi, mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya atau merendahkan daya tahan kulit, sedangkan reaksi yang menimbulkan
alergi kulit umumnya adalah hipersensitivitas tipe lambat Anies, 2005. Di Indonesia banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan
dermatitis kontak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo 2007 dari 80 responden pada industri otomotif terdapat sebanyak 48,8 pekerja
mengalami dermatitis kontak dengan faktor-faktor yang berhubungan yaitu jenis pekerjaan, usia, lama bekerja dan riwayat dermatitis. Penelitian yang dilakukan
oleh Astrianda 2012 pada 101 pekerja bengkel didapatkan bahwa 37,6 pekerja mengalami dermatitis kontak dengan faktor-faktor yang berhubungan yaitu
riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi. Data mengenai insidensi dan prevalensi penyakit kulit akibat kerja di
Indonesia sukar didapat. Pelaporan umumnya tidak lengkap karena tidak terdiagnosis atau tidak terlaporkan. Effendi dalam Carko 2010 melaporkan
insiden dermatitis kontak akibat kerja sebanyak 50 kasus per tahun atau 11.9 persen dari seluruh kasus dermatitis kontak yang didiagnosis di Poliklinik Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kelurahan Merdeka adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Kelurahan Merdeka meliputi jalan Jamin Ginting, jalan
Sei Padang, Sei Kuala, dan memiliki lokasi yang sangat strategis karena dekat dengan Universitas Sumatera Utara. Lokasi yang strategis ini telah dimanfaatkan
banyak orang untuk mendirikan suatu usaha. Contoh usaha-usaha yang terdapat di Kelurahan Merdeka yaitu percetakan, kos-kosan, toko alat tulis, rumah makan,
dan bengkel. Bengkel merupakan salah satu usaha informal yang berada di Kelurahan
Merdeka. Keberadaan bengkel di Kelurahan Merdeka sangat menguntungkan bagi pengusaha bengkel dan mahasiswa. Keuntungan bagi mahasiswa yaitu dapat
memperbaiki kendaraan mereka dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari kampus maupun dari kos-kosan, sedangkan keuntungan bagi pengusaha bengkel banyak
pelanggan seperti mahasiswa yang menggunakan jasa bengkel. Bengkel yang menjadi lokasi penelitian di Kelurahan Merdeka ini adalah
bengkel yang bergerak dalam bidang perbaikan dan penggantian suku cadang motor. Pada dasarnya kegiatan di bengkel terbagi atas perbaikan dan penggantian
suku cadang dan semua kegiatan ini menggunakan bahan kimia salah satunya oli atau pelumas. Oli atau pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang
berasal dari minyak bumi, bahan sintetik dan bahan lainnya yang tujuan utamanya untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya Kepres RI No. 21 Tahun 2001.
Pekerja di bengkel motor merupakan salah satu pekerja yang memiliki resiko besar untuk terpapar bahan kimia. Bahaya dan resiko yang ada harus
diantisipasi oleh para pekerja bengkel motor yang bergerak pada sektor informal
karena tidak adanya perhatian khusus dalam menangani masalah kesehatan yang terjadi. Salah satu penyakit yang bisa menjadi masalah kesehatan pekerja bengkel
motor adalah masalah yang terjadi pada kulit yaitu dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitits kontak pada pekerja bengkel motor diakibatkan oleh paparan
penggunaan air aki asam sulfat, serta produk minyak bumi seperti minyak pelumas, bensin, serta cairan pendingin. Accu zuur H
2
SO
4
pekat merupakan salah satu contoh bahan kimia yang dapat menimbulkan dermatitis kontak pada
pekerja bengkel motor. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, didapatkan bahwa jumlah
bengkel yang berada di Kelurahan Merdeka yaitu sebanyak 7 bengkel dengan jumlah seluruh pekerja adalah 34 orang. Jam kerja di setiap bengkel berbeda-beda,
ada yang buka mulai pukul 10.00-22.00 WIB ada juga yang mulai pukul 09.00- 18.00 WIB. Jumlah motor yang diperbaiki dimasing-masing bengkel juga
berbeda. Bengkel yang terletak lebih dekat dengan kampus USU memiliki pelanggan lebih banyak dari pada bengkel lainnya. Beberapa pekerja yang
disurvei tidak menggunakan Alat Pelindung Diri, saat bekerja mereka hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sandal jepit. Selain itu, kebersihan pekerja
bengkel selama bekerja sangat sulit untuk dijaga. Pekerja selalu menggunakan oli untuk memperbaiki sepeda motor, oli yang menempel pada kulit sangat sulit
dibersihkan, sehingga mereka membersihkan kulit yang terkena oli dengan menggunakan bensin. Dari survei awal yang dilakukan ditemukan beberapa
pekerja mengalami gejala dermatitis kontak seperti kulit kasar, panas, nyeri, dan kulit kering.
Berdasarkan pemaparan tersebut yang berkaitan dengan dermatitis kontak dan gejala yang dialami pekerja bengkel, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala dermatitis kontak pada pekerja bengkel.