Dermatitis kontak Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015
Menurut Harrianto 2013 dermatitis kontak ialah reaksi peradangan yang terjadi pada kulit akibat terpajan dengan suatu substansi dari luar tubuh, baik dari
substansi iritan maupun substansi alergen. Dermatitis merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat umum,
terlebih lagi masyarakat industri. Dalam era industrialisasi saat ini, terdapat kecenderungan untuk semakin banyak menggunakan bahan-bahan industri, yang
merupakan substansi alergen dan iritan, sehingga menyebabkan kenaikan prevalensi dermatitis kontak.
Dermatitis kontak adalah penyakit CD4
+
yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan
bahan seperti formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang menimbulkan dermatitis kontak.
Table 2.2. Patofisiologi dermatitis kontak
Infiltrasi selular pada dermis oleh: Iritan ringan
Eritema dan vesikel-vesikel kecil yang mengeluarkan cairan, bersisik, dan gatal
Iritan kuat Bula dan ulserasi
Alergen Lesi yang berbentuk sangat jelas,
dengan garis-garis lurus yang mengikuti titik-titik
kontak respon
klasik; eritema yang mencolok, pembentukan
bula, dan edema pada area yang terkena respon yang berat
Sosiawan, 2014.
Gambar 2.1 Mekanisme terjadinya dermatitis kontak 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Banyak literatur yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak. Pernyataan-pernyataan tersebut mengarah pada dua kategori
penyebab dermatitis kontak yaitu direct causesinfluence dan indirect causesinfluences. Secara garis besar faktor-faktor tersebut antara lain Lestari dan
Utomo, 2007 : a.
Direct causes penyebab langsung yaitu bahan kimia, mekanik, fisika, racun tanaman, dan biologi.
b. Indirect causes penyebab tidak langsung yaitu faktor genetik alergi,
penyakit kulit yang telah ada sebelumnya, usia, lingkungan, personal
hygiene, jenis kelamin, ras, ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap, keringat, obatpengobatan, lama kerja, alat pelindung diri, dan musim.
1. Lama Kerja Menurut Cohen 1999, lama kerja mempengaruhi kejadian
dermatitis kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga kelapisan yang lebih dalam dan
resiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin tinggi. Agius 2004 juga mangatakan bahwa semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit, maka
penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit akan semakin luas dan dalam hingga menyebabkan reaksi peradanganiritasi yang lebih berat.
2. Personal Hygiene Kebiasaan mencuci tangan yang tidak sesuai prosedur akan
menyebabkan kontak bahan kimia terhadap kulit menjadi lebih lama sehingga dapat merugikan kulit Cohen, 1999. Hipp dalam Lestari dan
Utomo 2007 berpendapat bahwa mencuci pakaian juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya gejala dermatitis kontak. Sebaiknya
pakaian kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak digunakan kembali sebelum dicuci.
3. Penggunaan APD Menurut suma‟mur 2014, Alat Pelindung Diri adalah suatu alat
untuk melindungi diri atau tubuh dari bahaya-bahaya kecelakaan kerja, namun diakui secara tekhnis Alat Pelindung Diri tidak sempurna untuk
melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan pada kecelakaan yang terjadi.
4. Masa Kerja Cohen 1999 mangatakan bahwa pekerja dengan masa kerja
≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa
pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaannya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan
kesalahan dalam prosedur penggunaan bahan kimia, maka hal ini berpotensi meningkatkan angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja
dengan masa kerja ≤ 2 tahun. Pekerja dengan pengalaman akan lebih
berhati-hati sehingga kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit. Menurut utomo 2007 bahwa pekerja dengan
masa kerja ≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam zat kimia, pada pekerja dengan
masa kerja 2 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang digunakan. Resisitensi ini dikenal sebagai
proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus-menerus.