disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya sel hidup Djuanda, 2011.
Mekanisme respon itu merupakan reaksi hipersensitivitas yang lambat. Alergen hapten bergabung dengan protein dalam epidermis, ditelan oleh
makrofag kulit, dan dibawa ke jaringan limfe. Didalam kelenjar limfe regional, dihasilkan antibody sirkulasi yang kemudian siap bereaksi lokal kontak
selanjutnya dengan kompleks hapten-protein. Efek akutnya adalah eritema, erupsi, vesikulasi, mengeluarkan lendir, dan deskuamasi. Dalam bentuk kronik, reaksi ini
menimbulkan penebalan jaringan kulit Harrington, 2005. Faktor yang berpengaruh dalam timbulnya DKA menurut Djuanda 2011:
1. Potensi sensitisasi alergen, dosis perunit area 2. Luas daerah yang terkena
3. Lama pajanan 4. Oklusi
5. Suhu 6. Kelembaban lingkungan
7. Vehikulum 8. pH
Faktor individu yang berpengaruh dalam timbulnya DKA menurut Djuanda 2011:
1. Keadaan kulit pada lokasi kontak keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis
2. Status imunologik misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari
2.4.4 Gejala Klinis
Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi basah.
DKA akut ditempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin
penyebabnya juga campuran. DKA dapat meluas ke tempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi. Scalp, telapak tangan dan kaki relative resisten terhadap DKA
Djuanda, 2011. Perjalanan penyakit termasuk keluhan tambahan seperti kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula, vesikel dan
erosi. Penderita selalu mengeluh gatal Siregar, 2005. Berbagai lokasi terjadinya DKA menurut Djuanda 2011
1. Tangan Kejadian dermatitis kontak iritan maupun alergik paling sering di
tangan, mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat
kerja, sepertiga atau lebih mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi pada penderita Djuanda, 2011.
2. Lengan Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam
tangan nikel, sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat disebabkan oleh deodoran, anti perspiran, formaldehid yang ada
dipakaian. 3. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, spons karet, obat topikal, alergen di udara aero-alergen, nikel tangkai
kacamata, semua alergen yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka, kelopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir
atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstick, pasta gigi, getah buah- buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat
rambut, maskara, eye shadow, obat tetes mata, salap mata Djuanda, 2011.
4. Telinga Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kacamata, cat rambut, hearing-aids, gagang telepon.
5. Leher Penyebab kalung dari nikel, cat kuku yang berasal dari ujung jari,
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian. 6. Badan