Hubungan Usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja

Cronin dalam Lestari dan Utomo 2007 berpendapat bahwa usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Berdasarkan teori ini maka yang lebih memungkinkan untuk mengalami gejala dermatitis kontak yaitu pekerja dengan usia yang lebih tua. Hasil analisis bivariat menunjukan P value sebesar 1,000 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan gejala dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di Kelurahan Merdeka Kota Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Astrianda 2012 yang mengatakan bahwa faktor usia tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap terjadinya dermatitis kontak.

5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015 Dalam penelitian ini, lama kerja dinyatakan dengan lamanya pekerja bengkel bekerja dalam satu hari. Lama kerja pada pekerja diketahui dari kuesioner yang diisi oleh pekerja. Lama kerja dalam satu hari dapat meningkatkan terjadinya gejala dermatitis kontak. Semakin lama pekerja kontak dengan bahan kimia di bengkel maka akan semakin memungkinkan terjadinya gejala dermatitis kontak. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semua pekerja bengkel bekerja dengan lama kerja 8 jam. Pada variabel lama kerja tidak dapat dilakukan uji statistik dikarenakan pekerja dengan lama kerja ≤8 jam tidak ada. Menurut Cohen 1999, lama kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga kelapisan yang lebih dalam dan resiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin tinggi. Agius 2004 juga mangatakan bahwa semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit, maka penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit akan semakin luas dan dalam hingga menyebabkan reaksi peradanganiritasi yang lebih berat.

5.4 Hubungan

Personal hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015 Personal hygiene adalah kebersihan diri pekerja selama melakukan pekerjaan di bengkel. Personal hygiene dikatakan baik jika pekerja di bengkel mencuci tangan mereka dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian kerja bersih dari noda-noda minyak dan pelumas, pakaian kerja dicuci setelah melakukan pekerjaan. Dikatakan kurang baik jika pekerja di bengkel tidak melakukan salah satu dari mencuci tangan mereka dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian kerja bersih dari noda-noda minyak dan pelumas, pakaian kerja dicuci setelah melakukan pekerjaan. Pekerja dengan personal hygiene baik dari hasil penelitian hanya ada 1 orang yang berarti pekerja mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian kerja bersih dari noda-noda minyak dan pelumas, pakaian kerja dicuci setelah melakukan pekerjaan hanya 1 orang dari 17 orang pekerja yang diteliti. Sedangkan pekerja dengan personal hygiene kurang baik terdapat 16 orang diantaranya 13 orang mengalami gejala dermatitis kontak dan 3 orang tidak mengalami gejala dermatitis kontak. Hasil uji statistik bivariat personal hygiene menunjukan P value sebesar 0,824 yang berarti tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan gejala dermatitis kontak.