Hubungan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

Dari hasil kuesioner diketahui bahwa pekerja mencuci tangan hanya ketika istirahat dan makan, setelah melakukan reparasi tidak semua pekerja langsung mencuci tangan. Pekerja mencuci tangannya tidak menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun cuci tangan, namun mereka mencuci tangan mereka dengan menggunakan bensin terlebih dahulu untuk menghilangkan noda-noda, dan terkadang menggunakan sabun lalu dibilas dengan air. Hal ini dimungkinkan dapat mempermudah terjadinya gejala dermatitis kontak pada pekerja bengkel. Kebiasaan mencuci tangan yang tidak sesuai prosedur akan menyebabkan kontak bahan kimia terhadap kulit menjadi lebih lama sehingga dapat merugikan kulit Cohen, 1999. Selain itu, dari semua pekerja hanya 1 pekerja bengkel yang menjaga pakaian kerjanya agar terhindar dari noda-noda minyak pelumasoli, bensin dan bahan kimia lainnya, 16 pekerja bengkel lainnya tidak menjaga kebersihan pakaian kerjanya. Ada juga pekerja yang tidak menggunakan pakaian kerja yang disediakan pemilik bengkel dengan alasan tidak nyaman dipakai. Tetapi semua pekerja bengkel selalu mencuci pakaian yang mereka gunakan saat setelah selesai bekerja. Hipp dalam Lestari dan Utomo 2007 berpendapat bahwa mencuci pakaian juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya gejala dermatitis kontak. Sebaiknya pakaian kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak digunakan kembali sebelum dicuci. Akan lebih baik lagi pakaian kerja dicuci setiap hari setelah digunakan bekerja di bengkel seperti yang telah dilakukan pekerja bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan.

5.5 Hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015 Berdasarkan tabel hasil dapat diketahui bahwa pekerja bengkel tidak ada yang menggunakan APD lengkap. Selama bekekrja pekerja tidak ada yang menggunakan pakaian kerja, sarung tangan, dan sepatu pengaman secara lengkap. Banyak pekerja bengkel yang menggunakan APD tetapi tidak lengkap yaitu sebanyak 11 orang pekerja bengkel diantaranya 9 orang mengalami gejala dermatitis kontak dan 2 orang tidak mengalami gejala dermatitis kontak. Pekerja hanya menggunakan pakaian kerja yang disediakan pemilik bengkel tanpa menggunakan sarung tangan dan sepatu pengaman. Pekerja tidak menggunakan sarung tangan dikarenakan mereka tidak leluasa untuk mereparasi motor jika menggunakan sarung tangan. Pekerja yang tidak menggunakan APD lengkap sebanyak 6 orang, diantaranya mengalami gejala dermatitis sebanyak 5 orang dan yang tidak mengalami gejala dermatitis sebanyak 1 orang. Pekerja yang tidak menggunakan APD lengkap yaitu pekerja bengkel tidak menggunakan pakaian kerja, sarung tangan, dan sepatu pengaman. Pekerja hanya menggunakan pakaian kaos dan sandal jepit selama bekerja di bengkel. Hasil uji statistik bivariat penggunaan APD menunjukan P value sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dan gejala dermatitis kontak pada pekerja bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan tahun 2015. Menurut suma‟mur 2014, Alat Pelindung Diri adalah suatu alat untuk melindungi diri atau tubuh dari bahaya-bahaya kecelakaan kerja, namun diakui secara tekhnis Alat Pelindung Diri tidak sempurna untuk melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan pada kecelakaan yang terjadi.

5.6 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015 Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya pekerja bekerja sebagai pekerja bengkel sejak awal bekerja sampai penelitian berlangsung dalam hitungan tahun. Masa kerja dilihat dari pertama kali pekerja bekerja sebagai mekanik motor di bengkel yang saat penelitian berlangsung. Namun, jika pekerja sebelumnya pernah bekerja sebagai mekanik motor pada bengkel lain, maka masa kerja ditambahkan dari masa kerja pada bengkel sebelumnya. Pada tabel hasil dapat diketahui bahwa jumlah pekerja dengan masa kerja ≤ 2 tahun sebanyak 11 orang dan yang 2 tahun sebanyak 6 orang. Pekerja dengan masa kerja ≤ 2 tahun mengalami gejala dermatitis kontak sebanyak 11 orang atau seluruh pekerja dengan masa kerja ≤ 2 tahun. Sedangkan pekerja dengan masa kerja 2 tahun tidak mengalami gejala dermatitis kontak sebanyak 3 orang dan yang mengalami gejala dermatitis kontak sebanyak 3 orang. Hasil uji statistik bivariat masa kerja menunjuk P value sebesar 0,029, yang bearti ada hubungan antara masa kerja dengan gejala dermatitis kontak pada pekerja bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo 2007 yang menunjukan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri.