2.4.2 Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan DKI jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka hipersensitif.
Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh
masyarakat. Namun informasi mengenai prevalensi dan insidensi DKA di masyarakat sangat sedikit, sehingga berapa angka yang mendekati kebenaran
belum didapat Djuanda, 2011. Dermatitis kontak alergik merupakan 15-20 dari semua dermatitis akibat
kerja. Respon biasanya spesifik untuk satu bahan, tetapi biasanya tertunda satu minggu atau lebih setelah kontak. Episode sensitisasi pertama mungkin
memerlukan waktu beberapa jam, tetapi reaksi berikutnya dapat tercetus oleh pemajanan yang sangat singkat Harrington, 2005.
Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80 dan DKA 20 tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukan bahwa
dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60 persen. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi
DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering dari pada DKA akibat kerja Djuanda, 2011.
2.4.3 Etiologi
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah 1000 dalton, merupakan alergen yang belum diproses,
disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya sel hidup Djuanda, 2011.
Mekanisme respon itu merupakan reaksi hipersensitivitas yang lambat. Alergen hapten bergabung dengan protein dalam epidermis, ditelan oleh
makrofag kulit, dan dibawa ke jaringan limfe. Didalam kelenjar limfe regional, dihasilkan antibody sirkulasi yang kemudian siap bereaksi lokal kontak
selanjutnya dengan kompleks hapten-protein. Efek akutnya adalah eritema, erupsi, vesikulasi, mengeluarkan lendir, dan deskuamasi. Dalam bentuk kronik, reaksi ini
menimbulkan penebalan jaringan kulit Harrington, 2005. Faktor yang berpengaruh dalam timbulnya DKA menurut Djuanda 2011:
1. Potensi sensitisasi alergen, dosis perunit area 2. Luas daerah yang terkena
3. Lama pajanan 4. Oklusi
5. Suhu 6. Kelembaban lingkungan
7. Vehikulum 8. pH
Faktor individu yang berpengaruh dalam timbulnya DKA menurut Djuanda 2011:
1. Keadaan kulit pada lokasi kontak keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis